Di kala emas memenuhi genggaman tangan, Â
Seorang insan terlena, lupa akan Tuhan. Â
Dunia bersinar di balik koin yang berkilauan, Â
Sholat terabaikan, tugas suci tersingkirkan.
Kerja dan harta menjadi tuhan kedua, Â
Di setiap nafas, kesibukan menjadi penanda. Â
Namun, waktu bergulir tanpa jeda, Â
Ketika roda hidup mulai melambat, harapan mulai sirna.
Kini, saat langkah mulai meragu, Â
Saat pekerjaan tak lagi memberi perlindungan, Â
Dia ingin kembali ke masa yang lalu, Â
Namun waktu adalah bayangan, tak pernah berulang.
Barulah saat ini, diri tersadar, Â
Waktu terbaik telah pergi, tak kembali. Â
Mengapa baru sekarang teringat dan tersadar, Â
Saat segalanya sudah menjadi bayang-bayang memori?
Waktu yang hilang, tak bisa diulang, Â
Kesempatan emas kini tinggal kenangan. Â
Insaf datang terlambat di penghujung jalan, Â
Mengapa saat terbaik dulu tak pernah kau perhitungkan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H