Sialmu Bukan Milikku
Di bawah langit senja yang merona,
Aku berjalan di lorong sepi tak bernama,
Angin membawa bisik-bisik pilu,
Sialmu, tak lagi mengikutiku.
Air mata yang jatuh di pipimu,
Adalah cerita yang tak pernah kumau,
Luka di hatimu, perih di jiwamu,
Adalah perjalanan yang tak kumampu.
Aku melihatmu dari kejauhan,
Di sana kau berdiri, berbalut kesedihan,
Tapi langkahku menjauh, semakin jauh,
Karena sialmu bukan milikku, bukan jiwaku.
Biarkan angin membawa deritamu,
Biarkan waktu menyembuhkan lukamu,
Sialmu adalah milikmu, bukan milikku,
Dan aku, di sini, melangkah menjauh.
Kita adalah dua jiwa di persimpangan,
Yang bertemu di tengah badai kehidupan,
Tapi sialmu, bukan bagian dari kisahku,
Aku harus pergi, demi bahagia yang kutuju.
Di bawah langit malam yang berpendar,
Aku melangkah dengan hati yang sadar,
Sialmu bukan milikku, bukan takdirku,
Aku mencari cahaya, di jalan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H