Dengan semakin canggihnya teknologi digital saat ini komunikasi dan hubungan lintas negara bahkan benua sangat terbuka sekali. Sehingga kehidupan bermasyarakat juga akan sangat beragam. Demikian juga dunia pendidikan sangat terpengaruh dengan adanya kecanggihan teknologi ini. Dengan demikian pendidikan harus cepat menyesuaikan dengan perubahan zaman ini. Jika bicara pendidikan tidak dapat terlepas dari seorang pendidik sebagai motor penggerak pendidikan yang akan memimpin lembaga-lembaga pendidikan dengan toleran, demokrasi dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Seperti yang dikatakan oleh Shapiro "Pada abad ke 21, di mana masyarakat semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis. Kami meyakini bahwa, melalui pembelajaran tentang etika, pemimpin-pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap dalam mengenali, berefleksi, serta menghargai keberagaman."
"In the 21st century, as society even becomes even more demographically diverse, educators will, more than ever, need to be able to develop, foster, and lead tolerant and democratic schools. We believe that, through the study of ethics, educational leaders of tomorrow will be better prepared to recognize, reflect on, and appreciate differences." (Ethical Leadership and Decision Making in Education, Shapiro, J.P., Stefkovich, J.A, Â New York, 2016, hal. 4).
Seorang pendidik pastinya akan selalu dihadapkan dengan pengambilan suatu keputusan, dimana seringkali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsip etika. Etika di sini tidak berkaitan dengan preferensi pribadi seseorang, namun merupakan sesuatu yang berlaku secara universal, seperti yang telah disampaikan di atas. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Â Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.
Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selanjutnya Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain.
Seperti yang dikatakan oleh Bob Talbert "Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Berdasarkan kutipan tersebut, tersirat makna bahwa segala sesuatu harus dipelajari dari hal yang paling mendasar/utama. Dalam materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Hal yang paling mendasar yang perlu dipelajari adalah terkait dengan etika. Etika akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan
universal. Selain nilai kebajikan dasar dari pengambilan keputusan adalah berpihak pada murid dan harus bertanggung jawab, sehingga saat dasar pengambilan keputusan adalah berpihak pada murid dan harus bertanggung jawab, sehingga saat dasar pengambilan keputusan sudah dikuasai, maka permasalahan apapun akan lebih mudah dan lebih terarah dalam menemukan solusi permasalahan dan pengambilan keputusannya.
Dalam pengambilan keputusan pastinya ada prinsip-prinsip yang dianut. Prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan diantaranya berpikir berbasis hasil akhir, peraturan dan rasa peduli, ketiganya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Adapun prinsip yang dianut, tetap harus bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal, sesuai dengan dasar pengambilan keputusan. Dengan mengacu pada prinsip dan nilai yang sesuai, maka kita akan mengambil keputusan yang lebih adil, bijaksana dan berpihak pada murid sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan tempat kita berada. Â
Saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan saya Dalam proses pembelajaran, tak menutup kemungkinan akan ada saja masalah yang terjadi didalam kelas. Sebagai pemimpin pembelajaran, saya harus senantiasa peka terhadap segala persoalan yang terjadi dan mampu mengatasinya dengan baik. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan diantaranya berpihak pada murid, bersumber pada nilai-nilai kebajikan dan harus bertanggung jawab, maka secara tidak langsung kita telah memberikan contoh teladan kepada murid cara pengambilan keputusan yang tepat yang adil, arif dan tidak subjektif.
Terdapat pendapat dari Georg Wilhelm Friedrich Hegel yaitu "Education is the art of making man ethical" Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. Dari pendapat tersebut dapat saya artikan bahwa orang yang berpendidikan akan memiliki etika dibandingkan orang yang tidak berpendidikan. Dengan beretika, maka segala perilaku akan sesuai
dengan norma, nilai dan hukum yang berlaku. Sehingga dengan berperilaku etis sesuai dengan etka dalam pendidikan, maka akan mempermudah dalam proses pembelajaran maupun pengambilan keputusan.Â
Dari kutipan diatas terkait dengan proses pembelajaran yang sedang saya pelajari saat ini yaitu Prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan diantaranya berpikir berbasis hasil akhir, peraturan dan rasa peduli, ketiganya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Adapun prinsip yang dianut, tetap harus bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal, sesuai dengan dasar pengambilan keputusan. Dengan mengacu pada prinsip dan nilai yang sesuai, maka kita akan mengambil keputusan yang lebih
adil, bijaksana dan berpihak pada murid sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan tempat kita berada.Â
Terkait dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Patrap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai
seorang pemimpin yaitu Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh/teladan yang baik bagi yang dipimpinnya (Ing Ngarsa Sung Tuladha). Hasil keputusan harus mampu membangkitkan semangat untuk terus
melakukan inovasi dalam melakukan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid (Ing Madya Mangun Karsa) dan seorang pemimpin harus terus memberikan motivasi/bimbingan saat melakukan proses pengambilan keputusan (Tut Wuri Handayani) agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.