Mohon tunggu...
Erni Susanti
Erni Susanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi makan bakso

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Metode Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik

23 Januari 2023   10:29 Diperbarui: 23 Januari 2023   10:45 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlebih lagi untuk pembelajaran praktek, guru dituntut untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan disertai improvisasi, kreasi, menarik dan menyenangkan. 

Guru harus dapat menanamkan keterampilan berbicara dalam suasana belajar dan menyenangkan, sehingga peserta didik merasa bahwa pelajaran sequence of restaurant service itu tidak sulit. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) metode role playing dalam kegiatan belajar megajar.

Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah ini lebih   mengaktifkan peserta didik dalam mencari solusi sesuai  dengan permasalahan yang disajikan oleh pendidik. 

Dalam pembelajaran ini pendidik dituntut untuk berperan sebagai fasilitator, kemudian   peserta didik yang mencari, mencermati, menyimpulkan, mengeluarkan hipotesis atau pendapat, mengeluarkan ide dan gagasan, dan lain sebagainya (Qomariyah, 2016).

Djamarah (2010), mengatakan bahwa model role playing (bermain peran) dapat dikatakan sama dengan sosiodrama, di mana dasarnya adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

B, Uno Hamzah (2012), mengatakan bahwa model pembelajaran bermain peran atau role playing dipelopori oleh George Shaftel yang memiliki asumsi bahwa dengan bermain peran peserta didik akan mendapatkan dorongan untuk mengekspresikan perasaan serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis pada situasi permasalahan kehidupan nyata.

Menurut Nida Hadaina Farida, dkk (2017). Metode pembelajaran role playing pada praktikum Seni Tata Hidang adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan menghayati peran menjadi seorang waiter atau pramusaji. 

Tujuannya dari penerapan metode pembelajaran ini adalah agar peserta didik lebih paham dan mengalami secara langsung tugas yang dilakukan oleh waiter di dalam sebuah restoran. Sehingga diharapkan peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam mata kuliah Seni Tata Hidang.

Menurut B, Uno Hamzah (2017:23) mengemukakan motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. 

Pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklsifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil. (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan. (4) adanya penghargaan dalam belajar. (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang peserta didik dapat belajar dengan baik.

Dari hasil observasi dan analisis data angket, tentang penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode role playing dalam pembelajaran Squence of Restaurant Service disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode role playing dapat meningkatkan meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas XI pada pelajaran Food And Beverage Service materi Squence of Restaurant Service.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun