Seperti biasa jika hari libur quality time dengan anak-anak. Pilihan yang paling dekat adalah ke mall. Manusia jaman ini pergi ke pusat perbelanjaan lebih banyak untuk kuliner, perawatan, dan hiburan. Â
Akhirnya jadilah agenda kami  setelah makan menuju ke twenty one yang berada di lantai 4.  Suasana tidak terlalu ramai karena sudah menjelang malam walau malam minggu.  Di depan loket pembelian tiket, dari teater 1 sampai 5 terpampang film yang diputar serta jamnya.  Setelah diskusi maka dipilihlah film Indonesia dengan judul Budi Pekerti.  Dengan pemain utama bintang film kawakan Sha Ine Febriyanti dan Dwi Sasono, sedangkan pemain mudanya  Priliy Latuconsina, Angga Yunanda, dan Omara Esteghlal.Â
Awalnya tidak mengetahui film ini berkisah tentang apa. Adegan dimulai dengan seorang guru yang sedang melakukan pembelajaran virtual melalui aplikasi zoom meeting.  Ternyata  kenangan kembali pada masa pandemi covid-19.  Pada saat itu kegiatan belajar mengajar diadakan secara daring.  Siswa belajar dari rumah.  Aktivitas dilakukan melalui dunia maya.  Muncullah konten-konten kreator.  Pemain utama Bu Prani sebagai guru, ada anaknya yaitu Muklas dan Tita yang juga sedang syuting video untuk program kreatifnya.  Sedangkan suaminya depresi karena usahanya yang hancur dengan adanya wabah covid-19.Â
Cerita mengalir memperlihatkan Bu Prani yang sedang mengantar suaminya Pak Didit konseling ke psikolog. Â Walaupun biaya yang dikeluarkan lumayan banyak untuk pengobatan, namun Bu Prani berusaha memenuhinya. Â Dengan penuh semangat Bu Prani memberikan motivasi pada suaminya untuk berjuang sembuh. Â Suatu hari saat sedang kontrol mengantar Pak Didit, Bu Prani bertemu dengan anak muda yang pernah menjadi muridnya bernama Gora. Â Pada pertemuan itu mereka tidak sempat bercerita banyak.Â
Pak Didit karena depresi suka menunjukkan perilaku yang aneh.  Contohnya membuat tenda di dalam rumah. Bu Prani terus mendukung suaminya supaya sembuh.  Salah satu usaha yang dilakukan oleh Bu Prani membelikan kue putu yang menjadi legenda.  Ketika menyuruh anak-anaknya membeli tidak ada yang bisa berangkat, akhirnya Bu Prani  yang membeli kue putu.Â
Saat sedang antri kue putu, Bu Prani terlibat perselisihan dengan pembeli yang lain. Ternyata ada yang memvideokan peristiwa tersebut.  AKhirnya video viral dengan posisi Bu Prani dianggap bersalah karena membentak penjual kue putu. Padahal peristiwa yang sebenarnya tidak seperti itu.  Bu Prani melihat ada pembeli yang ingin menyerobot antrian.  Hujatan publik diterima Bu Prani karena dianggap perilakunya tidak pantas.  Mengatakan Ah sui artinya anjing sebenarnya yang dikatakan adalah ah suwe yaitu kelamaan. Bola liar berkembang semakin panas ketika Bu Prani mengirim video klarifikasi.  Posisi Bu Prani semakin terancam dan berpengaruh dengan pencalonannya sebagai wakil kesiswaan.  Pihak yayasan keberatan dengan tindakan yang dilakukan Bu Prani ketika melakukan klarifikasi.Â
Barisan alumni siap mendukung Bu Prani, apalagi ada yang bekerja di LSM.  Gerakan save Bu Prani muncul.  Ternyata lawan Bu Prani yang  sebenarnya  saat di video muncul dan menantang Bu Prani.  Ada juga pihak-pihak yang mau mencari keuntungan dengan berita hoax.  Suasana semakin memanas. Tiba-tiba ada video Gora yang menceritakan saat menjadi murid Bu Prani.  Hukuman untuk siswa yang melanggar aturan sekolah oleh Bu Prani disebut dengan Refleksi.  Gora sering berkelahi, maka Bu Prani memberikan refleksi menggali kuburan. Gora berterima kasih dengan Bu Prani karena sejak itu tidak pernah berkelahi dan menganggap kehidupan sangat berharga.Â
Namun opini yang berkembang di masyarakat menganggap tidak pantas memberikan hukuman pada anak remaja mennggali kuburan.  Bu Prani dianggap psikopat. Pihak sekolah semakin menyudutkan Bu Prani.  Alumni yang mendukung Bu Prani juga berbalik arah tidak jadi memberikan  pendampingan.  Ada media online juga yang memberitakan penjual putu tidak jualan karena tertular virus covid - 19 dari Bu Prani. Berita yang membuat Bu Prani dan keluarga semakin dibulying oleh netizen.  Padahal Mbok penjual putu sudah lelah berjualan dan ingin istirahat.  Anak-anaknyalah yang selama ini memaksa Mbok penjual putu untuk terus berjualan.Â
Hantaman semakin kuat terhadap Bu Prani dan keluarga. Â Namun Bu Prani tetap bertahan pada kebenaran. Â Budaya antri harus ditegakkan. Â Ketika ada yang ingin menyerobot, maka Bu Prani dengan tegas menegurnya. Â Tetapi si perekam video membuat sesuai versinya supaya banyak yang menonton, walau tindakannya salah. Â Di negara +62 ini, suatu tayangan akan semakin banyak like jika ada berita yang kontrovesial. Â Orang hanya berkata, "katanya ..... katanya ..... katanya tanpa mencari kebenaran.Â
Film ini sangat bagus untuk ditonton oleh insan pendidikan.  Apalagi sebagai guru akan hanyut dan terbawa perasaan, seakan mengalaminya sendiri.  Untuk siswa juga menjadi bahan literasi yang  memperkaya  sisi kemanusiaan ditengah gempuran film-film horor dan asing. Sepanjang film diputar, air mata tidak sadar mengalir.  Betapa perjuangan seorang guru pada jaman ini sangat berat. Sesuatu yang benar bisa menjadi salah sedangkan yang salah bisa menjadi benar.  Semua karena kepentingan.  Â
Salut untuk sineas Indonesia dengan karya-karyanya yang semakin keren. Â Ayo tonton film Indonesia. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H