Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar
Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh akan orang-orang yang berpendidikan agar dapat membangun Negara yang maju.Â
Tapi selain itu karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang telah ia raih, melainkan juga pada karakter dari pribadi dari setiap orang.
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.Â
Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.Â
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya. Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah "pedagogik" yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai "educare", yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia.Â
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai "Erzichung" yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.Â
Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak.Â
Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan Educere.Â
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar "didik" (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa.Â
Sering kali kemajuan suatu bangsa diukur sejauhmana masyarakatnya mengenyam pendidikan. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut.Â
Sehingga tercapai masyarakat berpendidikan dan berkhlakul karimah yang dapat membawa kemajuan dalam berbagai bidang. Dengan adanya pendidikan, dapat meningkatkan kualitas moral, pengetahuan dan teknologi.Â
Maka dari itu, sangat diperlukan adanya kesinergian antara pendidikan dan sumber daya manusia. Pendidikan karakter pada dasarnya adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter dari anak didik.Â
Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya untuk memberikan anak ilmu pengetahuan tetapi juga untuk menanamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat agar ia bisa tumbuh dengan memahami nilai dan norma tersebut.Â
Ini bisa membaur dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari maka dari itu perlu adanya sesuatu yang membuat anak tidak sekedar memahami nilai dan norma secara tekstual tetapi juga dalam praktek di kehidupannya ia dapat mengamalkan apa yang ia peroleh dari pendidikan tersebut dan untuk itu pendidikan karakter dibutuhkan untuk membangun citra diri pada anak.
Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya.Â
Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia empat tahun. Â Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia delapan tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua Perkembangan kecerdasan diiringi oleh perkembangan mental kepribadian lainnya sampai usia remaja.Â
Setelah dewasa, kecerdasan maupun perilaku kepribadian sudah relatif stabil, oleh sebab itu jika ingin membentuk kecerdasan dan karakter, waktu yang paling tepat adalah pada saat usia anak-anak sampai dengan remaja
Pendidikan karakter telah lama menjadi perhatian pemerintah. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 (satu) antara lain disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Â
Selain di dalam Undang-undang, karakter positif juga banyak ditulis dalam visi dan misi lembaga pendidikan. Pada umumnya, lembaga pendidikan menyusun visi yang tidak hanya bermuatan untuk menjadikan lulusannya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.
Pendidikan karakter menjadi isu strategis dalam konteks pendidikan di Indonesia, hal ini berkaitan dengan krisis moral yang terjadi belakangan ini. Di mana, hampir semua kasus yang terjadi berkaitan dengan dekadensi moral ditengarai akibat kegagalan pendidikan karakter yang diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan.Â
Kasus-kasus yang beskala nasional  misalnya banyak dipicu oleh kurang dalamnya proses internalisasi pendidikan akhlak yang diberikan di sekolah dan di lingkungan keluarga.Â
Bagaimana pendidikan karakter dalam perspektif Islam khususnya untuk siswa SD? Â Pembentukan karakter siswa SD harus dilakukan secara bersama-sama oleh semua pihak.Â
Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan keteladanan. Keteladanan berawal dari suatu peniruan antar manusia. Keteladanan dalam dunia pendidikan sering melekat pada seorang guru sebagai pendidik.Â
Keteladanan dalam dunia pendidikan dapat diartikan sebagai perilaku dan sikap guru danm tenaga pendidik dilingkungan sekolah maupun luar sekolah yang dijadikan contoh oleh para siswanya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Guru dikatakan sebagai guru teladan erat kaitannya dengan guru yang baik dan profesional.Â
Menjadi guru yang baik dan profesional harus memenuhi kriteria dan syarat-syarat menjadi guru. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan syarat-syarat untuk menjadi guru yaitu seseorang harus memiliki ijazah, sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkelakuan baik, bertanggung jawab dan berjiwa nasional.Â
Pernyataan tersebut telah menyatakan dengan jelas mengenai syarat dan ketentuan untuk menjadi seorang guru yang baik dan profesional. Pernyataan tersebut juga menyebutkan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar, seperti berkelakuan baik, bertanggung jawab dan berjiwa nasional. Guru yang bersikap baik dan professional sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dan suasana lingkungan sekolah.
Akhir-akhir ini, salah satu isu penting pendidikan yang sering dikaji  dari berbagai sudut pandang adalah pembentukan karakter pada anak. Karakter merupakan wadah dari berbagai karakteristik psikologis yang membimbing anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan variasi lingkungan yang dihadapi.Â
Dengan kata lain karakter akan "memimpin" diri untuk mengerjakan sesuatu yang benar dan tidak mengerjakan sesuatu yang tidak benar Karakter inilah menjadi penentu apakah anak mampu atau tidak menyesuaikan diri dengan keanekaragaman situasi yang dihadapinya.Â
Hal ini terlihat dalam cara berperilaku anak yang merupakan akumulasi dari berbagai pembentukan aspek diri yang baik. Bila dilihat dari sudut pandang Psikologi Perkembangan, tentu saja karakter yang terbentuk bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada.Â
Namun merupakan hasil dari proses perjalanan hidup anak yang terbentuk dari kematangan biologis maupun perkembangan psikologisnya. Kematangan mengacu pada perubahan-perubahan yang terjadi secara alamiah dan spontan, sementara itu, perubahan yang terkait perkembangan psikologis terkait dengan pengalaman belajar yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Â
Oleh karena itu, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana proses pendidikan dan pengasuhan yang didapatkan anak, sehingga membentuk pengalaman belajar yang bermakna bagi dirinya. Â
Karakter siswa SD bisa dibangun melalui berbagai macam cara dalam pembelajaran matematika yaitu dengan melatih siswa konsisten dalam berpikir, konsisten dalam memakai istilah, konsisten dalam perhitungan, konsisten dalam mengetrapkan kesepakatan-kesepakatan.Â
Cara lain juga dapat dilakukan dengan melatih siswa disiplin dalam menggunakan waktu, toleransi dengan menghormati pendapat orang lain dalam pembelajaran.Â
Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi dalam interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru baik secara diskusi kelas, maupun diskusi kelompok.Â
Hal ini juga sesuai dengan karakter matematika yang. melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan pengelolaan proses belajar-mengajar bidang studi matematika di SD, antara lain pengetahuan guru, terbatasnya dana dan sarana untuk membuat atau mengadakan serta menggunakan media, termasuk alat peraga dalam pembelajaran matematika. Selain itu peranan alat peraga dalam mengajarkan matematika di SD penting dan itu telah diketahui oleh sebagian besar pengelola pendidikan.
Pembentukan karakter anak usia dini dapat mengikuti suatu pola tertentu, yaitu suatu perilaku yang teratur, disiplin, dan baku (sesuai standar) artinya berbagai jenis dan pola perilaku tersebu dapat di kembangkan melalui penjadwalan secara terus menerus hingga perilaku yang diharapkan melekat pada anak secara kuat dan menjadi bagian dari perilaku positif yang. Â
Di sekolah, para guru pada wajib menunjukkan teladan kepada siswa, hal ini menuntut para guru untuk menjadi suri teladan. Â mengungkapkan Keteladanan itu ada dua macam, yaitu disengaja dan tidak disengaja.Â
Keteladanan yang tidak disengaja adalah keteladanan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifa keikhlasan, dan sebangsanya, sedangkan keteladanan yang disengaja ialah seperti memberikan contoh membaca yang baik, mengerjakan shalat yang benar.Â
Keteladan yang disengaja ialah keteladan yang memang disertai penjelasan atau perintah agar meneladaninya, keteladanan yang tidak disengaja dilakukan secara tidak formal keteladanan yang disengaja dilakukan secara formal.Â
Menunjukkan keteladanan juga berarti para guru harus mampu menunjukkan kepada siswa tokoh-tokoh yang pantas untuk diteladani, karena yang menjadi persoalan saat ini adalah terjadinya krisis keteladanan dimana para siswa menurut kesulitan dalam mencari contoh teladan yang baik (uswah hasanah) atau living moral exemplary di lingkungan sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H