Mohon tunggu...
Erdya InekaS
Erdya InekaS Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sarjana

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh gelar sarjana Ilmu Hubungan Internasional. Memiliki minat dalam mempelajari sejarah dunia, mengkaji sejarah, dan menganalisis isu-isu Internasional saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Stabilitas Ekonomi Global Terhadap Perang Rusia Ukraina

30 Maret 2024   10:05 Diperbarui: 30 Maret 2024   10:17 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua tahun sejak invasi skala besar Rusia terhadap Ukraina hingga hari ini masih belum usai. Serangan yang dilancarkan oleh Rusia pada tahun 2022 tersebut diklaim sebagai langkah demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Lanjut Rusia mengklaim bahwa invasi tersebut untuk mengakhiri dugaan genosida orang Rusia di wilayah Ukraina. Namun, hingga saat ini Rusia masih belum berhasil menguasai wilayah Ukraina secara penuh. Hanya 18 persen wilayah Ukraina berhasil diduduki oleh Rusia. Sedangkan Ukraina telah merebut kembali 54 persen wilayah yang telah diduduki sebelumnya.

Perang yang sengit dan berdarah di Ukraina telah menghancurkan negara tersebut. Membuat Rusia semakin terisolasi dari Barat dan meningkatkan ketidakamanan ekonomi global. Meskipun dampak ekonominya mungkin tidak signifikan, namun peristiwa tersebut menimbulkan dampak yang berkepanjangan. Setidaknya secara pertumbuhan ekonomi dan pangan global.

Namun demikian, mengamati perang Rusia-Ukraina tidak dapat diamati secara ekonomi saja. Hubungan internasional menjadi teropong lain untuk mengamati persoalan perang Rusia-Ukraina. Baik secara dampak yang ditimbulkan, maupun sebab yang bermula.

Stabilitas Moneter Global Terganggu?

Menteri Keuangan Rusia, Antonov Siluanov mengatakan bahwa USD 3OO miliar dari cadangan emas dan valuta asing negara dibekukan oleh Amerika Serikat. Antonov melanjutkan bahwa hampir setengah dari total aset negara berkurang karena adanya pembekuan tersebut. Maka AS disini telah berhasil melemahkan Rusia terhadap nilai tukar rubel yang memanfaatkan cadangan devisa. Tidak hanya melemahkan saja, bahkan pembekuan oleh AS berdampak pada kenaikan inflasi di negara tersebut. Kenaikan inflasi tersebut disebabkan harga-harga barang yang naik di Rusia khususnya barang-barang hasil perdagangan Internasional. Sedangkan Rusia, umumnya masih menggunakan USD dalam perdagangan internasional.

Dalam memberikan solusi atas masalah tersebut, pada tanggal 28 Maret 2022 pemerintah Rusia secara resmi merubah sistem nilai kurs. Rusia mengubah sistem nilai kurs mengambang terkendali menjadi sistem nilai kurs tetap. Perubahan ini memberikan dampak positif terhadap penguatan rubel terhadap USD yang tercatat USD 1 = 80 Rubel. Namun dibalik dampak positif tersebut terdapat resiko gagal bayar atau default. Resiko gagal bayar ini muncul sesuai dengan laporan Rodrigo Olivares-Caminal, Profesor Hukum Perbankan dan Keuangan, Queen Mary University of London menyebut Rusia mengalami gagal bayar pada dua obligasi pemerintahannya. Terdapat dua obligasi antara lain, obligasi 2026 dalam bentuk USD dan obligasi 2036 dalam bentuk Euro.

Tetapi, Rodrigo Olivares-Caminal berargumen bahwa risiko default yang menjadi peramasalahan Rusia tidak akan menimbulkan ketidakstabilan moneter global. Hal tersebut disebabkan para investor yang mulai mengurangi investasi dan kepemilikan saham di Rusia sejak invasi Crimea 2014. Namun, hal ini tidak bisa dianggap remeh karena pasalnya setiap kebijakan suatu negara pada bidang moneter bisa mempengaruhi moneter negara lain. Kondisi tersebut bisa terjadi sebab globalisasi menyatukan semua negara seolah tanpa sekat. Maka kebijakan moneter suatu negara dapat berdampak pada moneter negara lain.

Dalam diskusi bulanan, Institute for Global and Strategic Studies (IGSS), dosen ilmu hubungan internasional (HI) Universitas Islam Indonesia menjelaskan invasi Rusia ke Ukraina tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap kondisi moneter global. Namun yang diwaspadai disini adalah perekonomian negara-negar Uni Eropa. Pasalnya dosen HI tersebut melanjutkan bahwa total ekspor Rusia ke Uni Eropa mencapai 42 persen dari total impor 33 persen. Hal ini menjadi timbul dilema tersendiri bagi pihak Uni Eropa dalam menghadapi Rusia. Apalagi tingkat ketergantungan pasokan energi dan gandum menjadi pukulan berat bagi UE jika mereka tidak hati-hati dalam mengambil kebijakan. Rusia akan mengalami iklim panjang dalam upaya memperbaiki sektor perekonomian, pertahanan, dan citra negara.

Impact Terhadap Pasar Keuangan Global

Konflik ini jelas berdampak pada bisnis global dan juga konsumen. Pasar saham menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan kuat dengan Rusia, melalui perdagangan atau kepemilikan, mengalami penurunan harga saham yang signifikan setelah invasi tersebut.

Rata-rata, hubungan perdagangan dengan Rusia menyebabkan penurunan nilai indeks pasar saham agregat masing-masing negara sebesar 1,53%, menurut studi London School of Economics. Sebelum perang, ketergantungan perusahaan terhadap Rusia rata-rata sebesar 0,25%. Artinya, sebuah perusahaan dengan output sebesar USD 1 miliar akan melakukan ekspor dan impor ke dan dari Rusia senilai total USD 2,5 juta.

Namun beberapa negara lebih bergantung pada Rusia dibandingkan negara lain. Negara-negara Eropa menderita kerugian terbesar. Negara-negara Eropa Timur termasuk yang paling terkena dampak melalui hubungan perdagangan, sedangkan negara-negara Eropa Barat paling terkena dampak melalui hubungan kepemilikan. Sebaliknya, negara-negara yang kurang memiliki hubungan dekat dengan Rusia, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, tidak terlalu menderita. Hal ini menunjukkan bahwa Eropa akan merasakan dampak finansial internasional jangka panjang dari perang tersebut.

Ritme Pertumbuhan Perekonomian Menurun Seiring Lamanya Peperangan

Dampak ekonomi dari perang di Ukraina mungkin tidak separah penderitaan dan kematian di zona perang. Namun, hal ini terbukti sangat besar -- terutama bagi Ukraina dan Rusia. Dampaknya sendiri menyebabkan kerugian lebih lanjut dengan mendorong kerawanan pangan dan kemiskinan ke tingkat yang ekstrem. Semakin lama perang berlangsung, semakin dalam pula krisis ekonomi yang terjadi.

Mengulas Alasan Dibalik Invasi Rusia ke Ukraina

 

Sejak Rusia berani mencaplok Crimea pada tahun 2014 silam, urgensi Ukraina untuk bergabung dengan The North Atlantic Treaty Organization (NATO) semakin meningkat. Peningkatan tersebut semakin jelas ketika Ukraina mengadopsi amandemen konstitusi yang berkomitmen menjadi anggota NATO pada tahun 2017. Kemudian tahun 2021 Ukraina mengadopsi Strategi Keamanan Nasional yang bertujuan untuk mengembangkan kemitraan NATO-nya pada 2021. "Proses aplikasi NATO telah berlarut-larut untuk waktu yang sangat lama," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba pada September 2021.

Ketika Rusia mengetahui niat Ukraina yang semakin menguat untuk bergabung dengan NATO membuat Rusia terusik. Pasalnya Rusia menganggap rencana NATO untuk mengajak Ukraina bergabung mengganggu stabilitas keamanan Rusia. Hal tersebut disebabkan lokasi Ukraina yang strategis bersebelahan dengan Rusia. Ditambah NATO bagian dari kekuatan Barat. Apabila Ukraina berhasil bergabung dengan NATO akan adanya kemungkinan penempatan pangkalan militer NATO di Ukraina. Lebih buruknya misil rudal nuklir yang dimiliki oleh NATO dapat ditempatkan di Ukraina. Hal inilah yang justru mengusik keamanan kedaulatan Rusia.

Operasi demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina menjadi respon keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Pada kuartal keempat tahun 2022 Rusia melancarkan serangan untuk menduduki wilayah-wilayah Ukraina. Pencaplokan inilah termasuk ke dalam langkah realisme dalam hubungan internasional. Perbuatan Rusia tidak sepenuhnya salah apabila kita mengambil perspektif realisme dan sudut pandang Rusia.

Realisme sendiri memandang politik dunia sebagai kompetisi abadi di antara negara-negara yang mementingkan diri sendiri. Bersaing untuk mendapatkan kekuasaan dan posisi dalam sistem global yang anarkis tanpa otoritas terpusat. Dimana bertumpu pada kekuatan militer dan aliansi secara strategis untuk meningkatkan pengaruh global sambil menjaga keseimbangan kekuatan. Realisme menegaskan bahwa dinamika arena internasional berkisar pada negara-negara yang secara aktif memajukan kepentingan nasional dan memprioritaskan keamanan. Menurut Machiavelli keberhasilan dan kekuasaan adalah yang terpenting, dan kadang-kadang tindakan yang tampak tidak bermoral dapat diterima jika itu menguntungkan kepentingan nasional. Machiavelli juga menekankan pentingnya kekuatan dan keberanian dalam mempertahankan kepentingan nasional suatu negara. Baginya, negara harus menjadi kuat dan tegas dalam melindungi dirinya sendiri dari ancaman luar dan menjaga stabilitas internal.

Dibalik dampak kerusakan yang ditimbulkan baik secara ekonomi, sosial dan lainnya konflik Rusia-Ukraina tidak dapat dipandang satu sisi saja. Konflik berdarah ini juga semata-mata sebagai langkah Rusia untuk menjaga keamanan kedaulatan negaranya dari NATO. Dimana resolusi politik sudah tidak memumpuni meredam konflik yang terjadi. Maka perang menjadi solusi terakhir untuk memperoleh kedamaian.

Dengan demikian, kestabilan dunia menjadi faktor penting kemakmuran dan kesejahteraan warga negara. Oleh karenanya, stabilitas politik dan moneter menjadi tanggung jawab bersama. Langkah Rusia tidak dapat dipandang hanya dalam satu sisi saja. Seolah-olah Rusia menginvasi tersebut didasarkan atas keinginan tanpa adanya pertimbangan belaka. Masalah tersebut menyangkut kedaulatan keamanan negara. Apabila terdapat ancaman yang mengancam jelas kedaulatan keamanan negara, tentu sebagai negara sudah sewajarnya bertindak tegas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun