Â
Pemberitaan hangat soal tragedi jatuhnya pesawat Hercules milik TNI AU di Medan, belum lama ini, masih terus menghiasi media, baik cetak, elektronik dan online. Selain soal kepiluan keluarga korban, berita lainnya terkait ditemukannya penumpang sipil menjadi korban pesawat militer. Ironisnya, mereka harus membayar supaya bisa naik pesawat berbadan besar itu.
Â
Adalah wajar jika sebuah running news berkembang serta menimbulkan fakta-fakta yang kemudian menjadi berita turunan dari berita kejadian straight news. Wajar pula jika jatuhnya Hercules kemudian memunculkan fakta-fakta lain, seperti ada warga yang selamat, ada dugaan pesawat menabrak antena radio, serta ditemukannya penumpang sipil.
Â
Hanya saja, sebuah kewajaran juga harus bernilai logis jika ingin terus dikembangkan sebagai berita turunan, apalagi untuk berulang kali. Pertanyaannya, logiskah mengangkat tema penumpang sipil harus bayar jika dihubungkan dengan peristiwa kecelakaan pesawat?
Â
Ukuran logis sebaiknya tidak subyektif tapi harus obyektif. Harus bisa diterima mayoritas akal sehat. Kalau kita mau logis, seharusnya persoalan substantif yang dijadikan berita utama. Apakah penyebab kecelakaan tersebut? Akan lebih penting jika kita berkeringat berdiskusi soal penyebab dan mencari solusi untuk menghindari peristiwa serupa. Daripada capek-capek mengangkat berita ada penumpang sipil di pesawat militer.Â
Â
Okelah mengangkut penumpang sipil di pesawat militer dan menarik ongkos dari mereka dinilai tidak wajar. Tapi soal ini masih debatable. Bukankah pesawat militer dibeli dengan uang rakyat sipil juga? Boleh donk orang sipil ikut naik? Meskipun dibeli dengan uang rakyat, bukankah Hercules juga perlu avtur untuk terbang? Bukankah anggaran militer kita, terutama untuk TNI AU, sangat terbatas hingga bantuan ongkos penumpang sipil masih diperlukan untuk membeli avtur?
Â