Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Pada Sosok Aa Gym

14 Maret 2012   09:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:03 2954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13317174781368612864

Tadi malam, saya mendengar berita soal menikahnya Aa Gym dengan mantan istrinya, Teh Ninih.Sebagai orang yang pernah mengikuti pengajian Aa Gym, jauh sebelum beliau sukses dan terkenal, dan sejenak pernah melihat bagaimana kondisi Aa dan Teh Ninih ketika mereka berjuang dari nol dan bukan siapa-siapa,tentu pernikahan mereka kembali menjadi keharuan tersendiri bagi saya.

Saya teringat benar, ketika itu suara Aa masih "jernih", rendah hati dan penuh kasih kepada istrinya. Teh Ninih yangtenang dan lemah lembut dengan segala pengabdiannyamenopang dakwah dan memberikan kekuatan dalam "kemiskinan" Aa.Analoginya, ketika Aa "semiskin" itu,tak akan ada satu perempuan pun yang mau menjatuhkan dirinya ikut larut dalam "kemiskinan" untuk dijadikan istri kedua, kecuali perempuan dengan seluruhkeikhlasan dengan pengorbanan jiwa raga yang luar biasa.Tetapi, saya tidak ingin membahas soal poligaminya. Itu bukan wilayah saya, sebagai orang luar. Urusan rumah tangga orang terlalu privat, tak pantas bagi saya mengurusinya.

Saya juga sempat mengenalAlfarini Eridani di Yayasan Kalam Firman, Jl. Dr. Setiabudi Bandung,milik Dr. Armijn Firman, Sp.A dan Drg. Mantra Firman, sekitar tahun 2004-2005. Ketika itu saya pernah bekerja menjadi konsultan disana. Beliau adalah orang tua murid, untuk putranya dari pernikahannya yang kedua (dengan Aa adalah pernikahan yang ke-3). Alfarini Eridani adalah sosok yang sangat cantik, luwes dan cerdas.

Pola Komunikasi Dakwah Aa Gym

Dalam komunikasi dakwah, efektivitaskomunikasi tergantung kepada karakteristik komunikator. Aa Gym memiliki pola komunikasi dakwah yang dramatic & friendly. Gaya ini sangat disukai oleh orang-orang yang senang disentuh secara emosional.Sepertinya Aa mengenal benar karakter audience-nya, ia jadikan jama'ah sebagai sahabat, sekaligus fans-nya. Pola dakwah Aa menyentuh hati, menghibur dengan retorika ke arah dialog.

Dukungan dakwah kepada Aa Gym semakin deras mengalir, Aa tahu bagaimana cara memanfaatkan media massa.Fans Aa umumnya adalah kaum perempuan dan kelas-kelas masyarakat yang tidak terlalu suka berpikir rumit tanpa topik penuh dengan dialektika. Dakwah Aa Gym sangatlah praktis,tema-temanya lebih banyak membicarakan soal ahlak, soal-soal rumah tangga, kehidupan sehari-hari dan menghindarkan diri dari tema-tema fikih.Ideologi Aa juga tak terlalu tersembunyi, sangat mudah dibaca, yakni ideologi ekonomi. Ideologi ekonomi . Aa memberi semangat kewirausahaan dan memberi contoh, ini terlihat nyata ketika Aamembangun kampium bisnisnya. Dalam masa kejayaannya, apa pun yang di branding atas nama Aa Gym pasti laku.

Aa memang sukses. Pada tahun 2005 salah satu unit bisnisnya, koperasi pesantren, membukukan laba sebesar 11 milyar. Aa juga mengembangkan bisnis lainnya, radio, TV, tabloid, air mineral, cottage dan lainnya, disamping panggilan ceramah yang mengalir deras, dengan bayaran yang konon katanya sangat fantastis. Saya menyaksikan sendiri bagaimana sesaknya orang-orang berbondong-bondong wisata ruhanidengan mobil-mobil bis, kendaraan pribadi yag memacetkan jalan. Geliat Jalan Gegerakalong Girang yang dulu tidak terlalu ramai menjadi hiruk pikuk dan tumbuh pengusaha-pengusaha baru yang turut kecipratan rezeki kesuksesan Aa.

Kejatuhan Aa Gym

Pembicaraan tentang keluarga sakinah merupakanandalan Aa dalam dakwahnya. Tak segan-segan Aa merangkul dan berbicara penuh kasih dan mesra didepan publik. Tema-tema keluarga dan bagaimana cara menyelesaikan problem rumah tangga sangat disukai banyak pendenganya. Karenanya ketika pada akhir 2006ia memutuskan menikahi Alfarini sebagai istri kedua, dengan sangat dramatis ia ditinggalkan jama'ahnya. Jama'ah menilai antara kata dan perbuatan Aa Gym tak sinkron. Ternyata dibelakang mimbar ia menyakiti istrinya sendiri, Teh Ninih.

Maka tamu-tamu dari luar kota menyusut drastis. SCTV dan RCTI memutuskan kontrak.Darut Tauhidmenjadi lenggang. Satu persatu bisnisnya tumbang. Yang paling menyedihkan, sejumlah karyawan-karyawan yang biasa bernaungmencari nafkah di DTharus berhenti. Banyak yang membatalkan diri pelatihan MQ dan pembatalan keberangkatan haji melalui KBIH DT.

Walaupun Aa keukeuh, bahwa apa yang dilakukannya tak menyalahiagama. Namun persepsi jama'ah terlanjur sulit menerimaseorang publik figur ditengahsemangat egaliterianisme, era emansipasi ini melakukan poligami.

Aa semakin terpuruk lagi ketika ternyata dalam perjalanan rumah tangganya. Ternyata ia tak sanggup mengelola istri-istrinya. Bahkan Teh Ninih yang telah memberikan 7 putra-putri kepadanya diceraikan. Publiktelah terlanjur berpihak kepada teh Ninih, dan mencintai Teh Ninih, tentu ikutterluka.

Namun apakah pernikahannya kembali Aa Gymdengan Teh Ninih akan mengembalikan kejayaan Aa Gym dan DT ? Wallahu' alam.

Aa & Media

Apa yang disaksikan oleh kita, perjalanan dakwah Aa Gym sesungguhnya dinaikan melalui media dan dijatuhkan oleh media pula.Bukan hanyaAa Gym saja yang sudah sulit dibedakan statusnya sebagai ulama ataukah selebritis, adapenceramah-penceramah lainnya misalnya ustadz Solmed.Dan setiap penggunaan media massa dalammenaikan citra diri apalagi berlangsung intens, suatu saat akan mengalami kejenuhan dan kebosanan dari pemirsa.

Namun "kejatuhan" Aa Gym, bukanhanya faktorpoligami saja yang menjadi penyebabnya.Dalam penelitian untuk disertasinyaMa'arif " Pola Komunikasi Dakwah K.H Absullah Gymnastiar & K.H. Jalaluddin Rakhmat" Poligami ditenggaraihanya sekedar salah satu pemicu saja. Prof. Ahmad Tafsir telah memprediksi, bahwa umur dakwah Aa dengan gaya yang mendayu-dayu tak akan bertahan lama.Bila menyimak materi dakwahnya yang berputar-putar dari itu ke itu, boleh jadi memperkaya bathin pemikiran kaum awam, tetapi bukan kaum terpelajar.Namun kaum awam pun satu saat akan mengalami titik jenuh, karena orang diajarkan menerima pesan dakwah dan takdir dengan sikap dan kesadaran yang pasif.

Sosok Aa yang kian lekat dipandang sebagai selebritis tak lepas dari penggunaan media massa yang mengusung dirinya menjadi sosok yang populer dan favorit, yang disebut Ma'arifyang bertumpu pada self monitoring & self presenting. Media elektronik yang kerap digunakan Aa Gym menyebabkan keterlibatannya pada pesan menjadi rendah (low involvement).

Berbeda dengan para sosok ulamayang menulis pemikiran-pemikirannya dalam media cetak atau sesekali saja masuk media elektronik.Ia mengajak masyarakat berpikir kritis dan objektif dan melibatkan jama'ahnya dalam kondisi high involvement, sehingga jamaah mencari pesannya, menganalisis, sehingga mereka dapat berpikir penuh (mindfulness), yang kemudian akan membuka penalaran. Ulama seperti ini akan cenderung akan lama bertahan dan sekaligus jadi rujukan. Atau ulama-ulama yang bertahan melakukan kaderisasi dakwah sehingga dakwah menancap dan mengakar. Dakwah mereka tak bertumpu pada figuritas, melainkan seperti shaf-shaf. Mati satu tumbuh seribu. Banyak diantara mereka berjuang dengan tulus ikhlas, tak peduli diberitakan atau tidak, mendapat imbalan atau tidak. Ia pertaruhkan seluruh jiwa dan raganya demi cintanya pada sesama dan pengabdian pada Tuhannya.

"Ulama Selebritis" Belajarlah Pada Aa Gym

Saya selalu melihat Aa Gym adalah manusia biasa yangtak mungkin berharap kesempurnaan padanya, sekali pun disebut ulama. Ketidaksempurnaan Aa adalah ketidaksempurnaan kita juga yang tak mungkin berubah menjadi malaikat.

Namunsudah sepantasnya media massamelakukan asketik jurnalisme. Kita semua mengetahui bahwa media massa selalu dapat berwajah ganda, menaikan citra sekaligus mempermalukan orang hingga ke titik nadir, hingga sosok figur nampak terihat sangat naif. Para pendakwah yang menggunakan pendekatanmedia elektroniksudah sepantasnya belajar pada Aa Gym, menjaga integritas dan mau terus melakukan inovasi dalam dakwah, tidak hanya pandai membuat tertawa dan mengharu biru perasaan.

Akhir kata, selamatberkumpul kembali Aa Gym & Teh Ninih. Kemanapun pergi, kekasih sejati akan selalu saling mencari, untuk pulang pada dermaga cinta, tembang pulang ke hatimu *) Barakallah...

____

*) Meminjam kalimatdari Danny Wijaya.

Rujukan : Ma'arif, Bambang Syaiful, Pola Komunikasi Dakwah KH Abdulah Gymnastiar dan KH Jalaluddin Rakhmat (disertasi), Universitas Padjadjaran Bandung.

Sumber  gambar : www.ririegranita.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun