Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mata Tak Pernah Bisa Berdusta

17 Maret 2011   04:45 Diperbarui: 4 April 2017   17:43 29179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Ketika seluruh kata-kata mencoba mendustakan seluruh isi hatinya, maka lihatlah matanya, Karena mata tak pernah bisa berdusta *

Mata adalah jendela hati, sekaligus jendela dunia. Hampir seluruh keindahan dunia, yang sulit terucap dalam kata-kata dapat di bahasakan secara ringkas oleh mata. Bayangkan, jika kita mengajarkan lagu “Bintang kecil, dilangit yang biru” kepada tunanetra bawaan lahir, akan sangat panjang menjelaskan benda dan sifat dalam lagu itu. Karena mereka belum pernah melihat bintang, langit, pun warna biru itu seperti apa? Maka bersyukurlah orang-orang yang bisa melihat, bisa melihat keindahan dunia yang tak dinikmati oleh orang-orang tunanetra.

Banyak kata yang dipadankan dengan mata untuk merujuk pada keindahan, kasih sayang, cinta, semangat hidup, kebencian sekaligus kegenitan.. Misalnya: “Cahaya mata-ku” kata lain untuk seseorang yang disayangi yang memberikan semangat hidup. “Cendera mata” memberikan sesuatu wujud perhatian, kasih sayang dan empati. Demikian pula ada kata lainnya, yaitu “Mata hati” untuk menunjukkan kepekaan perasaan, “Matahari” sebagai salah satu “sebab” adanya kehidupan, dan istilah-istilah lainnya seperti mata duitan, mata keranjang., mata-mata dsb. Sayang tak cukup diurai satu-persatu dalam tulisan singkat ini.

Sejumlah Isyarat Mata

Kontak mata terikat dalam norma budaya. Dalam budaya Eropa atau Amerika, kontak mata ketika berbicara itu penting. Terlalu sedikit kontak mata dilakukan, bisa menyebabkan seseorang merasa diabaikan dan tak dihargai. Berbeda dengan orang Asia. Orang Asia umumnya lebih nyaman dengan frekuensi kontak mata yang rendah. Bagi orang Asia, tingkat kontak mata yang tinggi menyebabkan rasa malu.Di Jawa, saya sering melihat orang-orang memejamkan matanya untuk meningkatkan konsentrasi untuk mendengar secara serius yang mungkin akan dianggap tak sopan sama sekali dalam budaya Eropa atau Amerika.

Secara gender, perempuan umumnya melakukan kontak mata lebih lama dibandingkan dengan laki-laki. Karena perempuan memiliki kecenderungan menampakkan emosi dibanding laki-laki. Sebagian wanita senang mencari umpan balik positif dibandingkan dengan laki-laki. Dan meminta persetujuan untuk meyakinkan dirinya sendiri dengan kata tanya, “ Gimana..potongan rambut saya pantes, ga ?”.

Mata juga dapat berbicara, memberi sejumlah paket isyarat kepada orang dan mengirimkan sinyal perasaan. Apakah kita akan percaya, ada orang mengatakan bahagia sementara dalam saat bersamaan ia menangis tersedu-sedu, begitu pun sebaliknya. Dan apakah kita akan percaya bahwa ia sangat mencintai kita sementara tatapannya tajam menusuk.

Orang jatuh cinta, dapat diketahui dari pandangannya.Pupilnya membesar, matanya seakan bercahaya namun kemudian -terutama perempuan-tersipu, menundukkan pandangan atau sesaat mengalihkan pandangan. Salah tingkah.

Bila laki-laki atau perempuan terangsang melihat sesuatu, maka pupil akan membesar. Dan pembesaran pupil juga dapat memberi petunjuk ketertarikan, minat dan emosi yang ada didalam hati. Namun apabila reaksi orang itu negatif, pupil biasanya ukurannya mengecil.

Pandangan mata bisa memberikan petunjuk kedekatan secara psikologis. Tatapan mata kasih sayang seorang ibu kepada anaknya sangat lembut. Demikian pula tatapan suami-istri yang saling mencinta, tatapannya hangat dan syahdu. Pandangan mata mereka lebih kerap diselingi dengan sentuhan yang meningkatkan kedekatan psikologis, dan membangkitkan atmosfir rasa aman dan damai dalam keluarga.

Sejumlah petunjuk kebohongan pun dapat dilihat dari matanya. Orang yang berbohong menurut penelitian Mehrabian, bola matanya sering melihat keatas. Ia berbicara lebih lambat dan membuat banyak kesalahan dalam berbicara. Pembohong sering menggunakan sedikit kata-kata dan itu pun tidak mendalam. Pembohong berhenti (pause) lebih lama sebelum menjawab pertanyaan. Beberapa gerak gerik yang menunjukkan kebohongan menurut Morris adalah menutup mulut (tangan dimulut dan ibu jari dipipi), memegang hidung dan menggosokkan mata.

Etika Komunikasi mata

Karena mata adalah sejumlah paket isyarat non verbal yang sangat besar dampaknyauntuk orang lain. Karena itu kita perlu menjaganya agar tatapan mata kita tak sampai menyakiti perasaan orang maupun menggagalkan rezeki yang semestinya kita peroleh.

Pada saat bertemu dan bersalaman dengan orang lain sementara mata kita ‘belanja’ melihat kemana-mana, tentu akan sangat melukai dan menimbulkan perasaan tidak dihargai bagi lawan bicara. Memandangnya dengan menunjukkan ketertarikan atau pura-pura tertarik akan mempertinggi ‘mutu’ kita dihadapan orang. Ketika kita memperlakukan orang lain efeknya seperti bumerang, yang akan terlempar kembali ke pelontarnya.

Pandangan mata yang tajam sebaiknya dihindari, karena melahirkan ketidaknyamanan. Cara menatap seperti ini akan menimbulkan kegagalan lobby bisnis, lobby politik. Memandang dengan cara yang soft akan lebih mencairkan suasana dan membuat urat syaraf lebih rileks, sehingga lebih mudah untuk bertutur dan bernegosiasi.

Mata adalah jendela jiwa yang akan merekam secara visual seluruh kehidupan yang nampak yang akan dikirim ke pikiran dan kalbu kita. Dan kita tak akan mampu sungguh-sungguh mengelola komunikasi mata kita sebelum ‘membersihkan’ mata hati. Kala mata hati tak digunakan ia bagai manusia yang bermata tetapi tak melihat.Oleh karenanya, mengapa kita senang menikmati keindahan mata hati orang yang terefleksi dalam kehidupan nyata. Kita nyaman di dalamnya. Sangat berbeda jika kita bergaul dengan yang bermata indah tetapi buta mata hatinya.

Mata secara fisik ‘tak berarti’ dihadapan Tuhan dan semesta kala manusia tidak menggunakan mata hatinya. Karena itu, Qur’an membuat kalimat metafor yang sangat indah untuk melukiskannya. “ Bukan mata yang sebenarnya buta, tetapi hati yang ada di dalam dada”.

________________

Sumber gambar : google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun