Mohon tunggu...
Erna Suminar
Erna Suminar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar, sederhana dan bahagia

# Penulis Novel Gerimis di El Tari ; Obrolan di Kedai Plato ; Kekasih yang tak Diinginkan ; Bukan Cinta yang Buta Engkaulah yang Buta. Mahasiswa Program Doktor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Baiturrahim

6 Maret 2014   16:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:11 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13940731442030382071

[caption id="attachment_326139" align="aligncenter" width="576" caption="Dokumen pribadi"][/caption]

Ya,  salik.

Musafir Debu yang menembus perjalanan di Ulee Lheue[1]

Menyusuri  pantai-pantai kasih sayang Tuhan tanpa tepian

pada lautan dzikrullah,

di mana angin sesayup berhembus,

mengabarkan kedatangan para malaikat rahmat

yang memeluk  hati yang tertawan,

dalam kuyup di keheningan yang Maha Rahman.

Musafir Debu itu tertunduk terdiam, hanya  tertinggal  jiwa gaduh  dalam tanya,

‘Apakah aku terangkum dalam rahmat-Mu? Bukankah Engkau adalah lautan ampunan?’

Wahai kuncup-kuncup iman terbukalah..!

Bauran tawa,  tangis, sedih dan gembira serta segenap cerita perjalanan adalah permulaan kisah.  Engkau datang dari keabadian.’

Lelaki-lelaki tua  dengan sorban mengelayut di pundak saling bercerita.Perempuan-perempuan masih memakai mukena berjalan di halaman mesjid, di antara teriakan anak-anak yang  berlarian membawa  Qur’an.  Musafir Debu duduk di bawah menara, berbisik pada Tuhan-nya :

‘Jadikan aku tawanan Kekasih,pada Rumah Kasih Sayang..’

Baiturahim[2], dia lah yang tertawan di rumah  Kekasih dan yang mengasihi. Jendela-jendela mesjid membuka Cahaya, mengabarkan  romantika perjalanan jiwa yang merindu pada sang Maha Cinta. Melantunkan dzikrulllah bersama  angin dan cemara-cemara yang dilalui tadi di sepanjang jalan pada  batas antara laut dan daratan di  Ulee Lheue.

Ya arhamar-rahimin, irhamna. Wa afina wa’fuanna wa ‘ala tha’atika wa syukrika a’ inna wa ‘alal islami wal imanil kamilaini jam’an tawaffana, wa anta radhin ‘anna wa’an babika fala tathrudna, ya wasi’al maghfirah, ya hayyu ya qayyum, birahmatikal-wasiah, bijahika ya Allah…

Oh  Tuhan Yang Maha Pengasih di antara yang pengasih, kasihilah kami. Ampunilah kami dan hapuskanlah kesalahan kami. Tolonglah kami untuk menaati-Mu dan bersyukur atas nikmat-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan Islam dan iman yang sempurna, dan dalam keadaan Engkau meridhai kami. Dan janganlah Engkau mengusir kami dari pintu surga-Mu, oh Tuhan yang maha  luas ampunan-Nya….

Ya, salik..

Musafir Debu...

Kelana-kelana  bersisian pada jadwal Yang Maha Rahman,  di tempat  bumi dibentangkan, di mana para perempuan menundukkan pandangan,  dan bersujud dalam kerendah-hatian.

Di bawah menara mesjid Baiturahim  mata sang Musafir Debu  berkaca-kaca,

‘Ya, Allah...  yang tersisa padaku  hanya  diri-Mu

dan Kasih Sayang..’

(Banda Aceh, 2013)

[1] Nama sebuah tempat di tepi laut  di Banda Aceh.

[2] Sebuah mesjid dekat pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh,  yang selamat dari tsunami, 2004.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun