Mohon tunggu...
Ernando BastioPutra
Ernando BastioPutra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang senang rebahan tapi ingin tetap produktif

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pembelajaran Daring "Untung atau Buntung?"

18 April 2021   13:24 Diperbarui: 18 April 2021   13:33 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tahun 2021 merupakan tahun kedua kita semua merasakan pandemi wabah covid 19 di Indonesia. Hal itu membuat Indonesia harus mengalami karantina dan penyesuaian terhadap keadaan yang baru yang bias akita kenal dengan “new normal”. Situasi yang baru ini menuntut kita semua untuk lebih menerima dan mengerti bahwasannya wabah ini wabah yang mungkin tidak akan mudah hilang peryataan ini diperkuat oleh pernyataan Presiden Joko Widodo yang dimuat di laman Tempo.co

“"Sekali lagi kita berdampingan hidup dengan Covid.  yang penting masyarakat produktif dan aman dari Covid," tutur Jokowi dalam maklumat resminya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 15 Mei 2020.”[1]

 

Selanjutnya, sejak saat itu berbagai upaya dilakukan pemerintahan Indonesia dalam upaya melawan covid 19 yakni pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menerapkan 3M (Menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), dan mengkampanyekan slogan “#dirumahaja”.

 

            Selama masa karantina para pelajar dan mahasiswa di seluruh tanah air harus menelan kenyataan yang pahit bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah sementara waktu harus ditiadakan dengan begitu mereka harus melakukan semua itu melalui pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh memang salah satu solusi di situasi pandemi seperti saat ini. Tetapi, pembelajaran jarak jauh belum efektif dan efisien karena pembelajaran yang seperti ini bisa memberikan dampak yang positif maupun negatif untuk berbagai aspek yang ada di dalamnya khususnya orang-orang yang terlibat di dalam pembelajaran daring.

 

Pembelajaran Daring dan Pemanfaatan Gawai

 

Dalam sebuah pembelajaran daring gawai adalah salah satu komponen terpenting. Karena selain menjadi alat komunikasi dan media hiburan gawai juga bisa menjadi sarana pembelajaran jarak jauh. Fungsi dari gawai ini dapat berjalan optimal jika dibantu dengan adanya ketersediaan paket internet sebagai sarana penunjang pembelajaran. Paket internet dapat kita peroleh dari berbagai penyedia layananan yang ada.

 

Selanjutnya, gawai dimanfaatkan untuk dapat melakukan pertemuan secara daring melalui platform online untuk menggantikan proses belajar mengajar yang tadinya dilakukan secara tatap muka berganti menjadi tatap maya melalui beberapa platform seperti : zoom, google meet, skype, dan lain lain. dan untuk penugasan sendiri sangat bervariatif mulai dari google classroom, google form, dan youtube.

 

Dari semua inovasi yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media, pembelajaran daring masih saja memiliki beberapa kekurangan, sehingga muncul berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran daring  seperti :

 

1. Kendala Jarinngan 

 

Kendala jaringan merupakan musuh utama dalam pembelajaran daring, tetapi juga suatu keuntungan bagi sebagian pelajar ataupun mahasiswa karena kalau ada kendala jaringan sudah pasti ada kerugian maupun keuntunggan di dalamnya. Keuntungan yang dimaksud yakni privilege seperti bisa mematikan kamera disaat pembelajaran yang mengharuskan kamera gawai itu aktif dengan begitu mahasiswa atau pelajaran bisa melakukan kegiatan lain tanpa pengawasan dari dosen atau guru tetapi tetap dianggap masuk kelas di hari itu. Sementara itu, kerugian yang mungkin dialami dari kendala jaringan adalah kurangnya partisipasi didalam pembelajaran dan ketertinggalan materi pembelajaran

 

2. Muncul Sebuah Pandangan “pembelajaran jarak jauh dapat nilainya mudah”

 

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang punya fleksibelitas yang tinggi. Mengikuti kelas dimana saja dan kapan saja adalah salah satu buktinya. Dilansir oleh megapolitan okezone Pada Jumat, 04 September 2020

 

“Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk siswa tidak sepenuhnya efektif. Khususnya topik pengawasan terhadap tugas tes yang diberikan oleh sekolah. Karena kesempatan untuk mengikuti tes di kelas akan sangat berbeda dengan mengerjakannya di rumah melalui web.”[2]

 

Ini adalah bukti  pembelajaran daring juga meningkatkan solidaritas pertemanan tidak hanya dalam hal yang positif tetapi juga soal kerjasama untuk mendapatkan nilai yang bagus.

 

3. Penurunan Kualitas Pendidikan

 

Karena pandemi covid 19 tiap-tiap sekolah dan perguruan tinggi tetap harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar walaupun harus dengan kegiatan daring. Karena adanya karantina wilayah sejak mewabahnya covid kegiatan belajar mengajar juga ikut terdampak. Meskipun pembelajaran tetap berlangsung, akan tetapi penurunan dari segi kualitasnya amat dapat kita semua rasakan. Kehadiran sosok seorang pengajar tidak terlalu terasa selama pembelajaran daring. Menurut cerita dari salah seorang teman yang merasakan dampaknya ia bercerita bahwa selama tatap maya di zoom, guru beliau hanya sibuk mengabsen dan memberikan tugas kepada anak didiknya. Ia juga menambahkan bahwa gurunya itu gagap teknologi sehingga pembelajaran terasa kurang efektif.

 

Dari cerita tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa adanya keterbatasan sumber daya manusia dalam melakukan pembelajaran secara e-learning ini. Selain itu, ada masalah terkait transparansi nilai bagi tiap pelajar maupun mahasiswa hal seperti inimerupakan hal yang amat penting transparansi informasinya karena perolehan skor di tiap tiap tugas adalah hak tiap pelajar maupun mahasiswa.

 

Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Perilaku Individu

 

Pembelajaran daring yang sudah dua tahun kita rasakan tentu saja akan menimbulkan perasaan jenuh karena secara tidak langsung segala aktifitas kita hanya sebatas dari ruang ke ruang lain yang ada di rumah. Kegiatan yang seperti itu oleh sebagian orang disebut sebagai kegiatan yang membosankan. Ditambah lagi situasi pembelajaran daring yang kurang inovatif, yakni pembelajaran yang pada akhirnya berujung pembebanan pekerjaan rumah terhadap pelajar dan mahasiswa. Dilansir dari tirto.id Selasa, 10 November 2020 :

 

“ Peninjauan KPAI mengenai pelaksanaan pembelajaran daring di 20 provinsi dan 54 kabupaten/kota menyatakan 73,2% siswa dari 1.700 responden, atau 1.244 siswa, mengaku terbebani tugas dari guru. Sebanyak 1.323 siswa dari seluruh responden berkata susah mengumpulkan tugas karena guru menginginkan mereka mengerjakannya dalam waktu singkat.”[3]

 

Perilaku seeseoramg erat kaitan dengan kesehatan mental orang tersebut. Menurut saya, kesehatan mental merupakan suatu keadaan dimana kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri, kita merasa hidup ini damai dan tentram sehingga output yang dapat kita rasakan adalah rasa syukur kepada Tuhan. Pernyataan ini diperkuat oleh argumen (Zakiah Daradjat ;1985) :

 

“Beliau menyimpulkan orang yang memiliki mental yang sehat memiliki empat karakteristik, diantaranya :

 

  • Seorang yang sehat mentalnya adalah orang tidak memiliki gejala, baik gejala gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psychose).
  •  
  • Seorang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu beradaptasi baik antar individu ataupun dengan lingkungan tempat tinggalnya.
  •  
  • Seorang yang sehat mentalnya adalah orang yang memiliki pengetahuan dan mampu mengaktualisasi dirinya baik melalui bakat minat ataupun sikap agar mencapai sebuah kebahagiaan bagi diri sendiri ataupun orang lain.
  •  
  • Seorang yang sehat mentalnya adalah orang yang mempunyai keselarasan fungsi jiwa sehingga ia dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan merasakan aura-aura positif setelahnya.[4]

 

Jika kita melihat dari karakteristik seseorang yang mentalnya sehat, pada situasi seperti sekarang ini tentu kita merasakan bahwa poin kedua dari ciri yang di sebutkan perlahan mulai menghilang dan tergantikan dengan interaksi di dunia maya. Yang seharusnya kita bertemu teman-teman di sekolah atau kampus, tapi kini harus berinteraksi via ruangan zoom meeting.

 

Kita semua merasakan betapa beratnya bersekolah ataupun berkuliah selama pandemi dengan sistem daring ini. Kita semua merasakan bahwa baik siswa maupun guru pasti sama sama merasakan kesulitan dalam menjalani kewajibannya dalam belajar maupun belajar. Belajar dengan berbagai macam tekanan baik itu di pikiran maupun tekanan fisik rasanya sudah bosan di rasakan, karena sadar kita pun tidak tahu kapan pandemi ini akan cepat berlalu dan segera menanggalkan kata “kenormalan baru”. Sebenarnya tidak ada istilah kenormalan baru, menurut saya yang ada saat ini adalah kehidupan baru, karena, karena kehidupan normal yang dahulu kita rasakan  hilang secara perlahan-lahan dan entah kapan situasi baik yang diharapkan datang kehadapan kita sebagai rakyat Indonesia.

 

Berikut adalah beberapa cara agar dapat mengurangi rasa stress akibat pembelajaran daring, diantaranya :

 

1. Perbanyaknyaklah Beribadah 

 

Dengan memperbanyak beribadah kita dapat mengurangi tingkat stress kita. Beribadah merupakan salah satu cara terbaik untuk kita bisa mendapatkan ketenangan jiwa. Orang yang rajin beribadah berarti dekat dengan Tuhannya, sementara itu Allah berjanji dalam Al.Quran Surah At.Talaq 65:4

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

 

“Bagi siapapun yang bertaqwa kepada Allah, niscaya ia menjadikan kemudahan baginya disetiap urusannya”[5]

 

2. Berolahraga 

 

Melakukan kegiatan fisik seperti berolahraga merupakan suatu kegiatan yang baik untuk investasi kesehatan diri kita. Dengan berolahraga kita dapat menghilangkan rasa jenuh serta membawa energi-energi positif ke dalam diri kita. Maka dari itu, luangkankanlah sedikit waktu kita untuk berolahraga karena jika fisik kita sehat, kita juga tidak akan mudah stress.

 

3. Berkumpul Dengan Keluarga 

 

            Cara selanjutnya adalah membangun kehangatan antar anggota keluarga dirumah kita sendiri. Kualitas kedekatan kita terhadap orang yang kita cintai akan membuat kita merasakan kebahagiaan ynag begitu besar. Ketika kita bersosialisasi di lingkungan bermain kita pasti kita merasakan kebahgiaan, tetapi ketika saat pandemi seperti sekarang ini target berinteraksi yang paling baik adalah keluarga kita, selain dapat menghilangkan stress, berkumpul juga dsapat membangun kepercayaan antar anggota keluarga.

 

4. Bermain Game

 

            Bermain video game adalah salah satu car akita untuk sejenak melupakan masalah yang sedang kita hadapi. Bermain game tidak hanya berdampak negatif seperti menimbulkan rasa malas dan lupa waktu. Tetapi, bermain game juga bisa berdampak positif bagi kesehatan psikis kita asalkan kita bermain sesuai dengan porsi waktunya.

 

5. Mengembangkan potensi diri dan skill selama karantina pandemi covid 19

 

Peran kita sebagai pelajar dan mahasiswa adalah menuntut ilmu, mengembangkan pola pikir, dan memperluas wawasan agar kita bisa lebih peka sebagai seorang makhluk sosial. Selama pandemi, kita dapat mengeksplor suatu hal baru yang mungkin dapat kita lakukan dan bermanfaat bagi diri kita kedepan. Dengan melatif soft skill dan hard skill kita selama kita berada dirumah, itu akan membuat kita lebih siap dalam menghadapi tantangan dunia kedepannya mungkin setelah keadaan kembali seperti semula.

 

 

Kesimpulan 

 

            Jadi, pandemic covid 19 ini adalah suatu hal yang baru bagi seluruh manusia di dunia bukan hanya di Indonesia. Pandemic ini sudah dua tahun ada di negeri kita tercinta. Semua orang pasti terkena dampak dari wabah ini, tak terkecuali mahasiswa dan pelajar. Berbagai inovasi telah dilakukan demi keberlangsungan hidup yang baik kedepannya. Tetapi, apalah arti sebuah inovasi tanpa adanya integrasi? Seharusnya kita selaku masyarakat dan juga warga negara turut turun tangan berpartisipasi dalam bentuk penyampaian aspirasi kepada penguasa pusat agar kebijakan kebijakan yang dibuat difokuskan untuk menyelesaikan masalah utama semua umat yaitu covid 19.

 

Selanjutnya, peran pelajar daan mahasiswa adalah menjadi garda terdepan perubahan bangsa. Yang mempunyai potensi merubah suatu bangsa menjadi bangsa yang besar adalah peran dari para pemuda. Maka dari itu, bangkitlah dari semua permasalahan yang ada. Mulailah menyelesaikan masalah diri sendiri dahulu, karena suatu dampak yang besar itu dapat tercipta kalau kita terbiasa memberikan dampak terhadap hal-hal kecil dengan konsisten.

 

Berbagai masalah itu akan terus ada selama kita hidup, tetapi skill yang paling prnting yang harus kita miliki adalah skill menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien. Saya merasa bahwa hal itulah yang menjadi faktor utama keberhasilan seseorang dalam menjalani aktifitas selama pandemi walaupun dengan segala keterbatasan yang ada.

Zakiah Daradjat. 1995.Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,Dana Bakti Prima Yasa

Usman el-Qurtuby. Al.Qur’an Cordoba (Al.Qur’an tafsir bil hadist). 2013. Bandung:Cordoba

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun