Lestari membuat sebuah keputusan besar!Di usianya yang masih 40-an ia keluar dari pekerjaannya, menghilang dari beberapa komunitas inti, dan melamar menjadi ibu Asrama di Pondok Usia Indah, tidak jauh dari kediamannya.
Pondok Usia Indah adalah sebuah wisma atau asrama bagi para lansia berumur 65 tahun ke atas. Semacam panti wreda.
Keputusan Lestari menimbulkan banyak pertanyaan dari teman-teman dan keluarganya. “Mengapa mengurusi lansia?” tanya Om Pit, adik ayahnya. “Kamu masih muda dan belum menikah. Bagaimana bisa menemukan jodoh kalau ketemunya sama orang-orang tua?”
Lestari cuek saja. Om Pit tidak begitu mengenal dirinya sebaik kedua orangtuanya. Tak apa, tapi aku berterimakasih karena Om Pit sekarang yang menjadi orangtuaku. “Bukan jodoh yang aku cari Om Pit, melainkan teman. Aku membutuhkan mereka,” jawab Lestari.
Sang paman belum paham. Masak cari teman di lingkungan lansia? Tetapi ia mencoba memahami pilihan kemenakannya ini. Dari Abangnya ia pernah mendengar, Lestari sejak muda suka sekali bergaul dengan ibu-ibu, sesekali dengan bapak-bapak. Tapi ia masih menyimpan pertanyaan, betulkah itu satu-satunya alasan bagi Lestari untuk bekerja di panti wreda?
***
Lestari berusaha santai menghadapi interview dengan ibu Yani, pemilik Yayasan Insani yang menaungi Pondok Usia Indah.
"Adik serius mau bekerja di sini?" tanya ibu Yani.
Lestari mengangguk. Agak heran dengan sebutan 'adik' yang dialamatkan padanya. Kenapa tidak dipanggil 'Anda' saja karena ini merupakan interview formal. Apakah karena ia masih muda? Sementara peran yang ingin didapatkan adalah sebagai ibu asrama yang umumnya seorang yang sudah sepuh?
"Adik akan menghadapi orang-orang tua yang banyak maunya."
"Tidak apa-apa bu. Saya siap."
Ibu Yani diam sejenak. Ia kemudian membaca beberapa bagian dari berkas yang terhampar di mejanya.