Mohon tunggu...
Erna Davariz
Erna Davariz Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pegiat dan Pembelajar Demokrasi dan Adat Bugis ernajpp28@gmail.com 085243477344

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Zainuddin dan Halaman 310

10 April 2016   22:13 Diperbarui: 10 April 2016   22:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tibalah kami di Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unhas. Kulihat kanan kiri. Tidak ada yang berubah sejak terakhir aku meninggalkan Makassar. Hanya pada di halaman depan Fisipol, terlihat megah. Bertuliskan nama Fakultas tersebut. Berlatar putih bersih.

Karena waktu telah menunjukkan pukul 14:45 WITA. Aku mengurungkan niatku untuk tidak masuk ke fakultas. Takut waktunya tidak dapat. Penerbangan selanjutnya pukul 20:05 WITA. Maka Aku mengajaknya untuk makan di Workshop sebelum ke bandara lagi.

***

Taksi sudah datang menjemput. Aku mengeluarkan buku dari ransel coklatku, yang telah kubungkus rapi dnegan kertas buram kecoklatan sehari sebelum ke Makassar. “Buku kesukaanku, jagakanka Kak (Buku kesukaanku, tolong dijaga Kak),” nada suaraku merendah. “Kenapa dikasika, Dek, nah kita butuh juga pasti (Kenapa kamu memberikannya ke saya, pasti kamu butuh juga). Aku hanya tersenyum. Enggan menangis di hadapannya. 

Sebelum menutup pintu mobil, dia meraih tanganku dan berkata, ”Kusayangki, tolong jaga cintaku”, sambil menyerahkan buku kumpulan cerpen yang sudah sangat tidak asing lagi bagiku, Menetak Sunyi. Kumpulan cerpen yang ditulis bersama dua rekannya. Yang sudah kudamba sedemikian bulan. Yang dia berjanji akan diberikan pada pertemuan pertama.

“Pergima Kak”, taksi melaju.

Kututup mataku dengan kedua telapak tanganku. Enggan melihatnya di kaca spion. Enggan melihatnya yang berdiri memandangi taksi yang mengantarku menjauh dari tempatnya berdiri. Dia pasti begitu sedih.

Aku meninggalkannnya setelah kusempatkan waktuku hanya beberapa jam. Hanya karena macet. Yang kuperhitungkan bisa tiba on time di bandara. Aku tidak ingin tiba di bandara dengan mata membengkak. Untuk meredakan tangisku. Aku minum air yang dia sudah belikan untukku. Agar dalam kemacetan aku tidak kehausan. Kukuatkan diriku mengambil handphone untuk mengiriminya pesan:

Sayangku, terima kasih atas waktumu di tengah sibukmu. Dan maaf, di hadapanmu, aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu: Erna, bahagiakah engkau denganku?. Maka di sini aku ingin menjawabnya: Sayangku, saya sangat bahagia denganmu. Adakah saya tidak bahagia, ketika menggenggam tanganku saat akan menyeberang? Adakah saya tidak bahagia, ketika engkau dengan cepat menali sepatuku yang lepas?

Dia membalas: I LOVE YOU SAYANGKU (dengan smiley sedih)

Kubalas: Sayangku, aku tahu engkau begitu pilu, di pertemuan pertama kita yang hanya beberapa jam saja. Dengan itu, saya mempersiapkan segalanya di buku yang aku berikan kepadamu pada perpisahan kita. Buka halaman 310 sayangku. Ada luapan rindu yang bisa engkau baca di setiap engkau merinduku yang melebihi beberapa jam pertemuan tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun