Mohon tunggu...
erna dwi
erna dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesona Sigale Gale dan Gatotkaca

19 Desember 2023   21:04 Diperbarui: 19 Desember 2023   22:04 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kisah yang cukup menarik dari asal-usul patung si gale gale ini. Dikisahkan ada sosok raja yang bijaksana dalam memimpin Kerajaannya, ia bernama raja Rahat seorang raja yang menguasai keseluruhan pulau samosir. Raja Rahat mempunyai anak laki-laki yang bernama Manggale namun sayang, ibu dari manggale ini meninggal dan sang raja hanya hidup berdua dengan manggale. Sikap dan perilaku manggale ini tidak beda jauh atau bisa dikatakan hampir mirip dengan sikap sang ayah, maka dari itu rakyat yang dibawah kepemimpinan Raja Rahat sangat menghormati dan mencintai Manggale.

Kerajaan itu sangat amat tentram kehidupannya, namun suatu hari pasukan membawa kabar buruk, bahwa ada pasukan tetangga yang menunggu di hutan perbatasan, pasukan itu hendak menyerang, dan ingin menjarah harta kekayaan dari Kerajaan Raja Rahat. Dengar berita seperti sang raja tidak tinggal diam, raja mengumpulkan semua tetuah adat dan tidak ketinggalan panglima perang yaitu Manggale. Tujuan dari dikumpulkannya tetuah adat dan manggale yaitu untuk menyusun strategi bagaimana cara pasukan tetangga itu mundur. Setelah strategi terbentuk akhirnya Manggale pun berangkat dengan pasukan terbaiknya.

Lahirnya Gatotkaca

Salah satu tokoh yang paling terkenal dalam pewayangan tersebut adalah Raden Gatotkaca, seorang ksatria sakti yang digambarkan dengan otot yang terbuat dari kawat besi. Ia adalah putra dari Bimasena, nama ibunya adalah Dewi Arimbi. Dalam pementasan wayang, Gatotkaca adalah raja muda Pringgadani yang rakyatnya hampir seluruhnya terdiri dari monster. Modus ini diwarisi dari ibunya. Nama awal Gatotkaca adalah Tetuka.

Anehnya, tali pusar Tetuka tidak bisa dipotong dengan pisau setelah lahir. Segala senjata dan kesaktian digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Akhirnya dalam pertarungannya melawan Kresna, Arjuna mendapat warisan yang bisa memotong tali pusar Tetuka.

Tetuka Berubah Menjadi Gatotkaca

Setelah diasuh Batara Narada, Tetuka diminta mengalahkan Prabu Kala Sekipu di Padang Oro-Oro sebelum bertemu ayahnya. Tetuka pergi melawan Padang Oro-Oro dan kehilangan kesadaran karena digigit lagi di bagian leher. Batara Narada menuangkan air kehidupan dan akhirnya Tetuka mampu mengalahkan Prabu Kala Sekipu. Kemenangan ini pun menjadi motivasi Prabu Kala Praceka untuk membalas dendam, namun berakhir dengan kemenangan Tetuka. Sesuai janjinya, Batara membawa Narada menemui ayah Tetuka.

Namun Raden Werkudara tidak mengenali anak yang berubah itu bahkan ia memiliki gigi. Untunglah Raden Werkudara akhirnya mengambil kembali anaknya. Tetuka diberi nama Raden Gatotka oleh Hyang Pramesthi dan diberi topeng baja yang membuatnya lebih kuat serta rompi Antakusuma yang membuatnya bisa terbang.

Gatotkaca Menjadi Raja Pringgadani

Sebelum kembali ke Pringgandan, Gatotka dinobatkan sebagai raja di Jonggring Saloka selama satu hari. Dewi Arimbi dan Raden Werkudara dengan gembira menyambut kembalinya Gatotkaca. Raden Gatotkaca kemudian dinobatkan menjadi Raja Pringgandani.

Usai penobatan, ayah kembali ke Amarta sedangkan Raden Gatotkaca memimpin bersama ibu Dewi Arimbi. Di bawah kepemimpinan Raden Gatotkaca, kerajaan Pringgadan menjadi lebih makmur, aman dan kuat. Ketika dia menjadi raja. Gatotkaca semakin kuat setelah mendengar Resi Seta yang memberinya Narantaka Ajian. Narantaka Ajian adalah kekuatan telapak tangan yang mampu menghancurkan batu menjadi abu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun