Mohon tunggu...
ERNA
ERNA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/hobi memasak / baik/publik spiking

nonton drama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gangguan dalam perkembangan sosial emosional

18 Januari 2025   21:14 Diperbarui: 18 Januari 2025   21:14 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gangguan dalam perkembangan sosial-emosional adalah hambatan yang terjadi pada kemampuan seseorang, terutama anak-anak, untuk memahami, mengekspresikan, dan mengelola emosi serta menjalin hubungan dengan orang lain. Gangguan ini dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti interaksi sosial, kemampuan beradaptasi, dan kesejahteraan psikologis. Berikut penjelasannya secara lebih rinci:

1. Kesulitan Regulasi Emosi

Regulasi emosi adalah kemampuan mengelola dan mengendalikan emosi dalam berbagai situasi. Anak yang mengalami gangguan ini mungkin:

  • Sulit menenangkan diri ketika marah atau sedih.
  • Sering mengalami ledakan emosi yang tidak sesuai dengan situasi.
  • Menunjukkan reaksi berlebihan terhadap perubahan kecil.

Dampak: Anak menjadi sulit diterima di lingkungan sosial karena perilakunya dianggap mengganggu.

2. Gangguan Hubungan Sosial

Gangguan ini terjadi ketika anak kesulitan menjalin atau mempertahankan hubungan sosial yang sehat. Contohnya adalah anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD), yang sering kali mengalami:

  • Kesulitan membaca ekspresi wajah atau bahasa tubuh orang lain.
  • Tidak tertarik atau tidak memahami cara berinteraksi dengan teman sebaya.

Dampak: Anak mungkin merasa terisolasi atau dikucilkan dari kelompok sosial.

3. Keterlambatan Empati

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Anak yang mengalami gangguan ini mungkin:

  • Tidak peka terhadap kebutuhan atau perasaan orang lain.
  • Sulit menunjukkan perhatian atau simpati.

Dampak: Anak sering dianggap egois atau tidak peduli, yang dapat memengaruhi hubungan interpersonalnya.

4. Kecemasan Sosial

Kecemasan sosial adalah rasa takut yang berlebihan terhadap interaksi sosial. Anak yang mengalami gangguan ini mungkin:

Takut berbicara di depan umum atau berinteraksi dengan orang baru.

Menghindari situasi sosial yang membutuhkan komunikasi.

Dampak: Anak kehilangan peluang untuk belajar dan berkembang melalui interaksi sosial.

5. Perilaku Agresif

Anak dengan gangguan sosial-emosional kadang menunjukkan agresi, baik secara verbal maupun fisik. Hal ini bisa terjadi karena:

Ketidakmampuan mengungkapkan emosi dengan cara yang sehat.

Rasa frustrasi akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Dampak: Anak dianggap bermasalah dan sering dihukum, yang dapat memperburuk kondisinya.

6. Isolasi Diri

Beberapa anak mungkin menarik diri dari interaksi sosial karena merasa tidak nyaman atau tidak percaya diri. Mereka cenderung:

Menghindari bermain dengan teman sebaya.

Lebih suka menghabiskan waktu sendiri.

Dampak: Anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial.

7. Gangguan Perilaku

Gangguan ini melibatkan pola perilaku yang bermasalah, seperti:

Perilaku menentang otoritas (oposisi).

Kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tindakan mereka.

Dampak: Anak sering mendapat konflik dengan orang tua, guru, atau teman sebaya.

---

Faktor Penyebab

Gangguan perkembangan sosial-emosional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

1. Faktor Biologis:

Genetik atau kelainan neurologis.

Gangguan hormonal yang memengaruhi emosi.

2. Faktor Lingkungan:

Pola asuh yang kurang mendukung.

Trauma atau kekerasan di masa kecil.

3. Faktor Psikologis:

Ketakutan berlebihan atau rasa tidak aman.

Pengalaman buruk dalam interaksi sosial sebelumnya.

Penanganan

Penanganan gangguan ini memerlukan pendekatan yang holistik, meliputi:

1. Terapi Psikologis:

Terapi perilaku kognitif (CBT) untuk membantu anak mengenali dan mengelola emosinya.

Terapi bermain untuk membantu anak belajar berinteraksi secara positif.

2. Pendampingan Orang Tua:

Melatih orang tua untuk memberikan dukungan emosional dan meningkatkan pola asuh.

Melibatkan keluarga dalam proses terapi.

3. Intervensi Pendidikan:

Program intervensi dini di sekolah untuk meningkatkan keterampilan sosial.

Guru dan konselor bekerja sama dalam mendukung anak.

4. Pengobatan Medis (Jika Diperlukan):

Pengobatan untuk gangguan neurologis atau kecemasan berlebihan.

---

Kesimpulan

Gangguan perkembangan sosial-emosional tidak hanya memengaruhi hubungan sosial tetapi juga kesejahteraan mental anak. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan lingkungan, anak dapat bel

ajar mengatasi hambatan ini dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan sosial yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun