Mohon tunggu...
Erna Zamasi
Erna Zamasi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi, aku Erna. Penulis amatir🍁

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sial

6 Juli 2024   16:19 Diperbarui: 6 Juli 2024   16:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kulajukan motorku menembus angin pagi yang dingin. Sudah jam tujuh lewat. Tetapi pagi ini tak secerah biasanya. Langit juga abu-abu terlihat menggelap. Seketika terlintas dalam pikiran akan dihantam hujan. Benar saja, belum setengah perjalanan, rintikkan hujan terasa mengenai tanganku. Kucoba pastikan dengan menadahkan tangan, dan benar saja rintik gerimis. Di sepanjang jalan, tampak pengendara motor berhenti untuk mengenakan mantel. Menutupi badan, menghindari hujan yang akan mengguyur. Namun aku tidak, karena sadar belum membawanya. Mau tidak mau harus aku lewati, karena sudah tidak ada banyak waktu untuk sampai ke kampus. Selagi tidak deras, jaket yang kukenakan dapat membentengi tubuhku dari basah hujan gerimis. Sayangnya, harapanku sirna dengan cepatnya. Hujan gerimis beralih menjadi hujan deras. Tak ada pilihan lain selain mencari tempat meneduh. Di kejauhan terlihat warung kecil yang masih tutup. Di bawah atapnya, aku akan meneduh. Terlihat juga seorang pengendara lain yang sudah mendahului untuk meneduh.

Jaket yang kukenakan basah. Kutanggalkan sebelum merembes ke baju dalamku. Tanganku terlipat, merajut kehangatan melawan udara dingin yang menusuk sukma. Sedangkan mataku kosong menatap arah jalan. Hening, merasakan riak hujan yang kian membasahi. Sudah lima menit menunggu, hujan tidak juga memberi pertanda akan mereda. Seketika cemas menggerogoti pikiran. Kucoba mengecek gawaiku, menghitung sisa waktu yang ada. Lima belas menit lagi sebelum ujian dimulai. Hatiku sedikit tenang, waktunya akan cukup untuk menempuh kampus yang berjarak sekitar beberapa kilometer lagi.

Di bawah atap warung kecil ini, aku dan seorang pria asing meneduh bersama. Senyap, tidak ada percakapan, rasa canggung merayap. Kualihkan perhatianku dengan memainkan gawai, tetapi tidak banyak hal yang dapat kulakukan selain membolak-balik galeri. Sangat malang, paket internetku habis. Sembari mengobati rasa penasaran, tak lupa juga mengecek penyebab alarmku tidak bunyi tadi pagi. Ternyata akibat kecerobohanku sendiri. Lagi-lagi salah mengatur jadwal. Pantas saja, alarm jam lima ternyata tersetel untuk besok hari. Dengan gelisah ku terus mengulang-ulang mengecek gawaiku, berharap waktu berjalan lambat. Terlambat ujian akhir di hari pertama bukanlah lelucon, meskipun hanya satu mata kuliah. Upaya matang sudah kusiapkan hingga rela belajar sampai larut malam. Akan jadi hal yang sia-sia dan berakibat pada nilaiku jika gagal. Mengulang mata kuliah bukanlah dambaan mahasiswa, termasuk diriku. Membayangkannya saja sungguh menambah beban pikiran.

"Cuaca yang tidak terduga, ya? Hujannya deras sekali."

Suara yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Aku menoleh ke arahnya, memastikan dia berbicara denganku.

"Iya, sepertinya kita akan lama menunggu di sini," jawabku sedikit canggung.

"Sepertinya begitu," balasnya menyetujui ucapanku.

Dia menoleh ke arahku, tampak memperhatikan tampilanku.

"Oh, mahasiswa ya? Jurusan apa kalau boleh tahu?"

"Pendidikan Bahasa Inggris, masih semester empat," jawabku sambil menunjukkan jari yang berjumlah empat.

"Oh, calon ibu guru," ujarnya sambil tersenyum simpul yang hanya kujawab dengan anggukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun