Mohon tunggu...
Ermita Rizki Umaya
Ermita Rizki Umaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Biologi, Universitas Indonesia

Hello

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Si Tahan Panas Laut Dalam Cacing Pompeii

29 Desember 2021   05:33 Diperbarui: 29 Desember 2021   05:38 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki panjang tubuh hingga mencapai 3 m, berbagai jenis cacing laut atau Polychaeta menjadi salah satu organisme yang berdistribusi dibawah laut. Polychaeta memiliki struktur tubuh yang menyerupai bulu, karena segmen ditubuhnya yaitu 'chaeta'. 

Salah satu cacing laut dalam (Polychaeta) adalah Alvinella pompejana, mereka merupakan organisme endemik pasifik yang dapat hidup di lingkungan hidrotermal mencapai 80C. Keberadaan cacing pompeii begitu menarik perhatian karena menjadi salah satu organisme yang mampu menghadapi suhu ekstrem. 

Alvinella pompejana atau cacing pompeii dapat bertahan pada suhu ekstrem karena struktur segmen pada tubuhnya bersimbiosis dengan bakteri tahan panas. 

Mekanisme simbiosis antara cacing pompeii dengan bakteri adalah melalui produksi mucus yang akan dikonsumsi bakteri berfilamen yaitu Nautilia profundicola ditubuhnya, sehingga cacing pompeii akan mendapat keuntungan kembali dalam menghadapi lingkungan yang ekstrem. 

Mucus yang dihasilkan oleh cacing pompeii mengandung kaya glukosa, sedangkan bakteri akan mengkonsumsi mucus tersebut dan berperan sebagai insulator.

Alvinella pompejana menjadi salah satu metazoa paling tahan terhadap panas (thermotolerant). Struktur tubuh cacing pompeii umumnya berukuran 10-15 cm. 

Alvinella pompejana mengkonsumsi nutrisi melalui mikroflora dan plankton disekitarnya. Cacing pompeii berdistribusi di wilayah pasifik seperti Baja California, Galapagos, Antartika Pasifik dan hidup dikedalaman laut 1500-3500 m. Habitat Alvinelli pompejana bersamaan dengan polychaeta lainnya seperti polynoids, nereidids, dan hesionids.

Habitat cacing pompei yang bersuhu tinggi, memicu reproduksi secara pseucopulatory dan tidak serempak. Bentuk reproduksi tersebut untuk mencegah terjadinya gangguan di lingkungan yang fluktuatif. 

Organ reproduksi cacing pompeii jantan adalah tentakel peribukal, sedangkan cacing pompeii betina terdiri dari oviduk dan rongga coelom. 

Perkembangan embrio hasil resproduksi cacing pompeii akan di simpan pada lingkungan dengan suhu 2C, karena embrio tidak dapat bertahan dilingkungan bersuhu tinggi.

Sumber Gambar: www.constantinealexander.net
Sumber Gambar: www.constantinealexander.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun