Berbicara tentang Poso, ada satu hal terlintas di pikiran masyarakat, Poso merupakan pusat teroris, atau Poso kotanya Santoso. Hanya sedikit orang yang mengetahui kondisi nyata daerah Poso, seperti penduduk asli Poso yang memiliki kerabat dan supir kendaraan Makassar-Poso. Hal ini disebabkan pemberitaan tentang Poso cenderung disebut sebagai daerah konflik. Di kampus, ketika bertemu mahasiswa asal Poso ada kecurigaan tersembunyi mengenai identitasnya sebagai mahasiswa dari daerah berkonflik. Dipandang perlunya masyarakat luas mengetahui kondisi nyata secara holistik mengenai daerah Poso agar kecurigaan-kecurigaan yang menjadi stereotip dapat hilang.
Melalui kerja sama dengan Kodam VII Wirabuana, Universitas Hasanuddin melaksanakan KKN Tematik NKRI Poso. Hal ini merupakan pertama kalinya dilakukan oleh pihak kampus merah dan gebrakan baru terhadap pola pencitraan daerah Poso. Diharapkan dengan diadakannya KKN NKRI Poso, mahasiswa dapat berkontribusi terhadap pembangunan ke arah yang baik melalui program kerja yang akan dilaksanakan dengan mencitrakan kepada masyarakat luas bahwa Poso adalah daerah aman karena ada sekumpulan mahasiswa yang melaksanakan KKN di Poso dan kembali dengan selamat
Persiapan dilakukan dengan mengadakan pelatihan bela Negara di Rindam VII Wirabuana selama dua hari. Maksud dari pelatihan ini agar mahasiswa memiliki metal dan fisik yang mumpuni ketika sampai di Poso dan siap melakukan pengabdian kepada masyarakat. Pelatihan yang diberikan meliputi, peraturan baris berbaris, Out Bound militer, malam renungan, dan materi seputar bela Negara. Selain itu, ada pelajaran yang tidak secara langsung diberikan tetapi melalui praktek dalam kehidupan militer seperti, kedisiplinan, kebersamaan, kesatuaan dan pola hidup ala militer. Pelajaran berharga dari pelatihan di Rindam tidak akan pernah diperoleh di bangku kuliah.
Tepat tanggal 15 Juli 2016, pukul 20:00 WITA pemberangkatan 50 mahasiswa Unhas, 2 mahasiswa UNM, 4 orang supervisor dan 2 orang dari TNI siap untuk menuju lokasi dengan menggunakan bus pariwisata. Rute perjalanan melalui kecamatan Mangkutanah kabupaten Luwu timur dan langsung memasuki gerbang kabupaten Poso melalui jalur darat. Perjalanan selama 22 jam akhirnya kami sampai di lokasi dan diterima di kodam 1703 untuk mendapat pembekalan esok harinya oleh bupati Poso.
Sambutan bupati Poso yang hangat akan kedatangan mahasiswa KKN menjadi langkah awal penggambaran daerah Poso yang sebenarnya. Bapak bupati juga berpesan agar keindahan daerah Poso juga diexpose melalui status jejaring sosial media. Pembekalan telah usai dan kami siap diberangkatkan ke desa dan dijemput langsung oleh kepala desa sasaran KKN.
Terdapat dua kecamatan dan lima desa yang menjadi sasaran KKN Tematik NKRI Poso. Kecamatan Pamona Pusalemba dengan desa Peura sasaran posko 1 dan desa Dulumae sasaran posko 2 dan Kecamatan Pamona selatan desa Pendolo sasaran posko 3, desa Pasir Putih sasaran posko 4 dan desa Bangun Jaya sasaran posko 5. Kami ditempatkan untuk sementara di rumah bapak dan ibu sekdes Bangun Jaya karena saat ini kepala desa Bangun Jaya merupakan penanggung jawab sementara desa Bangun Jaya. Berkenalan, Istirahat sejenak dan makan siang dan langsung meninjau posko KKN yang terletak 200 meter dari rumah bapak sekdes. Ternyata di pos polisi kosong yang di sediakan sebagai tempat tinggal. Perabot rumah tangga akan di pinjamkan oleh ibu sekdes.
Shock culture
Keadaan di lapangan yang tidak sesuai terpikirkan selama perjalanan menuju lokasi, meskipun kuliah lapang pernah dilakukan tetapi shock ini tetap terjadi. Hal pertama yang membuat kami shock saat ditempatkan di pos polmas yang tidak dihuni oleh pemiliknya. Keadaan pos yang mengenaskan, kotor, bersarang laba-laba, dan tidak ada fasilitas penunjang untuk hidup layak. Satu-satunya solusi, kami harus membersihkan semua bagian pos polmas dan menata sedemikian rupa agar pos polmas menjadi rumah nyaman bagi kami selama KKN.
Poso itu daerah panas, maka pakaian yang dibawa pun pakaian yang cocok dengan cuaca panas. Ternyata kondisi di desa Bangun Jaya terbalik. Cuacanya dingin dan mendung atau hujan saat sore, pagi hari kadang berkabut. Sekitar jam Sembilan matahari baru mengintip dari ufuk timur. Hal tersebut membuat pakaian butuh 2-3 hari agar kering.
Selanjutnya, hal yang membuat shock ternyata tidak ada satu orang pun suku Pamona yang kami jumpai di desa Bangun Jaya. Padahal orang Pamona dikenal dengan dero dan rencana untuk belajar madero gagal total. Sepekan ini, kami melakukan observasi dengan melakukan kunjungan kerumah warga, ke tempat aktivitas warga dan mencari tahu program kerja yang akan dilaksanakan selama di desa bangun jaya. Hasil observasi itu, kami menemukan bahwa penduduk desa bangun Jaya mayoritas suku Jawa yang menempati wilayah utara desa, suku Bugis yang menempati wilayah selatan desa, dan tidak satu pun suku pamona yang mendiami desa Bangun Jaya. 100 % beragama islam. Mereka bertani padi, sayur, durian ottong, kakao dan ubi jalar serta singkong.
Seperti kebanyakan suku jawa dan suku bugis yang dikenal, masyarakat disini bersikap ramah terhadap kedatangan kami. Mereka menawarkan sayur, ubi, singkong, pisang dan memancing bersama bahkan keliling kota untuk melihat keindahan kota poso. Desa bangun jaya secara administrative memiliki dua dusun, dusun I dan dusun II. Setiap dusun terdapat 3 RT, RT I, RT II, dan RT III. Fasilitas umum yang terdapat didesa bangun Jaya yaitu SD, lapangan bola Voli, 1 buah masjid dan 3 mushallah dan tanah lapang desa.
Proses Adaptif dan program kerja
Setelah melakukan observasi dan mengenali karakteristik masyarakat desa, maka kami mulai menyusun program kerja yang akan dilaksanakan selama disini. Ada sepuluh program kerja yang rencana akan kami laksanakan yaitu,
- KKN mengajar di sekolah dasar 8 Mayoa selama tiga pekan dengan mata pelajaran yang diajarkan Matematika dikelas 3, Bahasa Indonesia dikelas 5, Mulok dikelas 4, dan Agama dikelas 1. Jumlah keseluruhan murid ada 76 orang. Di SD ini mayoritas beragama islam namun, guru mereka orang dari desa pendolo yang notabene beragama Kristen hanya terdapat 2 orang yangguru beragama islam tetapi hal tersebut tidak menghalangi proses belajar mengajar. Selain mengajar SD, mengajar TPA Nurul Falah yang hamper keseluruhanyan adalah murid yang diajar di SD.
- Senam sehat yang merupakan rutinitas murid SD ternyata tidak dilaksanakan. Oleh karena itu kami membuat program kerja senam sehat di SDN 8 Mayoa yang dilaksanakan setiap hari jumat selama tiga pekan. Sebelum hari pelaksanaan senam hari jumat, latihan diadakan sore hari di Posko KKN. Anak-anak sangat antusias datang hal ini dilihat ketika disampaikan untuk datang jam 3 sore malah mereka datang jam 2. Pekan terakhir kami mengadakan senam, video senam diberikan kepada pihak sekolah agar anak-anak tetap senam meskipun penarikan KKN.
- Penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat untuk murid SDN 8 Mayoa agar perilaku hidup bersih dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari.
- Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut beserta sikat gigi massal sebagai bentuk praktek langsung setelah murid mendapat materi cara sikat gigi yang benar,
- Pembenahan masjid yang sengaja dilakukan karena melihat kondisi atap masjid yang bocor dibeberapa titik. Kondisi saat ini sedang musim hujan jadi, ketika hujan ibadah tidak khusyuk. Kondisi keuangan bendahara masjid yang minim dan membutuhkan bantuan untuk pengalangan dana dilakukan dengan mengirim pamflet ke social media.
- Pembuatan marka jalan sebagai media informasi masyarakat agar ketika ada pedatang tidak tersesat.
- Menulis etnografi yang akan di publikasikan di media agar masyarakat luas mengetahui kondisi nyata salah satu desa di kabupaten Poso.
- Konseling perikanan diperuntukan untuk warga yang memiliki kolam ikan air tawar disekitar rumah. Hasil dari budidaya ikan tidak dijual hanya sebagai konsumsi rumah tangga sendiri.
- Pembuatan denah desa sebagai media informasi.
- Toga yang dibuat di tanah lapang desa samping pos Polmas. Beberapa tanaman yang dijadikan obat untuk masyarakat yakni, jahe, kunyit, sereh, cocor bebek, tapak darah, bangle, lengkuas, kumis kucing, sambiloto, temu hitam dan jahe merah. Selain tanaman obat terdapat buku pedoman pengunaan tanaman yang diberikan kepada ibu bidan desa. Sehingga masyarakat yang sakit dapat langsung berkonsultasi kepada ahlinya.
- Pembuatan Jamban bersama Babinsa yang merupakan bantuan bari Kodam VII Wirabuana sebagai bentuk jamban percontohan bagi masyarakat yang belum memiliki jamban.
- Wisata alam bersama aparat desa di Padang Marari dan taman wisata anggrek di Bancea. Di padang marari kita dapat melihat luas dan indahnya danau Poso yang menjadi ikon penting kabupaten Poso. Sedangkan di taman anggrek saying sekali anggrek yang dulunya mempesona dengan keindahanya hanya terdapat didalam hutan sedangkan di pinggir sudah tidak ada lagi. Dipandang perlu untuk melakukan pelestarian bunga anggrek di habitat.
- Selain program kerja desa, program kerja kecamatan juga dilaksanakan seperti pembuatan Green Spot di sekitar tugu perdamaian. Penyuluhan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan sunatan massal yang diadakan pada tanggal 19 Agustus 2016 bersamaan dengan kunjungan rektor universitas Hasanuddin, pangdam Wirabuana, Kemensos, wakil Gubernur Sulawesi tengah, dan Bupati Poso.
Honey moon
Sekian lama bersama masyarakat desa Bangun Jaya membuat tinggal serasa di rumah sendiri. Hajat hidup terpenuhi dengan baik. Tidak ada pertengkaran antara penghuni posko dengan masyarakat dan program kerja terlaksana dengan baik. Hal yang awalnya membuat shock terhadap keadaan kini sudah bersahabat. Merasa nyaman dengan yang dimiliki dan yang dikerjakan membuat kami tidak ingin meninggalkan lokasi KKN. Kampus merah sudah menanti dan aktivitas kuliah harus terus dilanjutkan maka kami bersiap-siap pada tanggal 27 Agustus kembali dari lokasi KKN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H