Tetapi, sudahlah, kita abaikan saja karena hal itu hanya kasuistik. Saya khawatir ketika saya menyenggol netizen.
Yang jelas, para netizen sudah tahu masalah apa, siapa, dimana, kemana, ini dan itu lainnya tentang judi online. Mereka juga sadar kalau ada pejabat atau pegawai terkait terlibat skandal judi online. Tuh, ada netizen yang menyarankan agar lebih baik sekarang pemerintah lebih peduli pada kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bagaimana mereka mencari duit hingga persoalan susahnya hidup di tengah himpitan ekonomi yang tidak pasti. Para netizen dan telepon seluler yang menemaninya untuk menelesuri perkembangan di sekitarnya.
Sesungguhnya masih ada yang terdengar kocak, seperti pernyataan Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin. "Jujur saja ada pegawai yang ikut (main judi online)," ujar Burhanuddin. Kok, iseng-iseng, begitu kecamuk di benak saya. Mungkin saja terlontar celetukan dari para netizen terhadap pernyataan Jaksa Agung.
Kalau demikian, pegawai Kementerian Komdigi yang memelihara web judi online atau transaksi judi online sekitar 200 triliun rupiah itu semuanya hanya iseng-iseng di tahun lalu.Â
Iseng-isengan pegawai Kejaksaan jadi lucu dan ironis bin absurd, bukan?
***
Mulanya, mereka tak mengenal batas antara gelisah dan hidup tenang saat mereka terjatuh dalam kecanduan judi online. Saat kecanduan judi online, mereka tidak peduli apa itu derita dan senang.
Saking dalam kenikmatan dan godaannya, mereka seakan lupa dampak dari main judi online. Makanya, tidak heran kalau ada ungkapan yang mengatakan kalau judi online lebih kejam dari ibu tiri dan pembunuhan. Judi online menjadi kejam dan pembunuh secara perlahan-lahan. Memang benar, saya tidak menganggap lucu atau kocak terhadap iseng-isengan main judi online.
Di luar dugaan saya, saat Jaksa Agung berarti dia juga sedang iseng-iseng berbicara tentang iseng-iseng anak buahnya saat main judi online.Â
Hei! Anda suami-suami yang terlibat judi online di Kementerian Komdigi dan Kejaksaan apakah tidak punya isteri yang menjadi korban judi online?
Sampai pada satu titik, iseng-isengnya lebih serius setelah tidak ada lagi yang serius saat seorang ibu mengadu. "Saya korban suami saya yang kecanduan judol. HP, TV habis dijual. Terjerat utang. Dikeluarkan dari tempat kerja. Tadinya kerja enak di pabrik baterai," keluh seorang ibu.