Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rempongnya Toleransi

5 September 2024   11:17 Diperbarui: 5 September 2024   13:04 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Meluncurlah petuah sakti dari seorang teman di sela-sela waktu pagi. Tidak disangka ada topik hangat yang muncul sebelum mulai kerja kantoran. Katanya, pelarangan adzan dan diganti dengan running text di layar televisi dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) lantaran alasan berpotensi bisa mengusik jalannya Misa Akbar Paus Fransiskus di sekitaran Jakarta. 

Aturan running text dari Kemkominfo bak paduan suara disambut oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia.

Sudah tentu, sedini mungkin kita menyambut gembira atas kedatangan Paus Francis di tanah air. Sebagaimana kita ketahui bahwa kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia dalam rangka perjalanan apostolik yang berlangsung selama empat hari, 3 hingga 6 September 2024.

***

Ketika mata sudah melek dengan jurus intip apa chat warga di grup WhatsApp, terlihat ada satu berita tentang usulan agar adzan Magrib tetap berkumandang di televisi. Kayak ngaji pagi nih!

Memang sebagian kecil akun platform X yang beragama non muslim sebel atau tidak sreg juga dengan aturan Kemkominfo soal adzan cukup running text. Bahwa satu akun platform X justeru tidak merasa terganggu.

Seakan-akan adzan "manual" bisa mengundang sensai "pedas" di kuping umat non muslim saat beriringan Misa Akbar Paus Francis di Indonesia. Dari titik ini, cuma geli rasanya kalau sensasi mengubur substansi.

Kita tahu, substansi Misa Paus Francis itu diantaranya, kasih, perdamaian, dan kemanusiaan hingga ujung-ujugnya menciptakan hati enak tenang antarumat beragama. Tenteram jiwa kita.

Lah, yang merasa terganggu dgn adzan itu siapa? Paus Francis, tukang protokuler, atau penyelenggaranya? Adzan atau cukup running text itu soal teknis.

Selama ini cukup tercipta kondisi ketenteraman antarumat beragama, baik adzan maupun tanpa adzan? Atau bagaimana kalau umat Islam tanpa adzan datang rame-rame ke masjid. Cukup dengar suara batin (saya tertawa dalam benakku)?

Tidak lama kemudian, komentar saya di grup WA ditimpali oleh teman, dia seorang dokter yang jago berdiskusi. Apa komentarnya. Cekidot!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun