Kedua, Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) untuk NU dan Muhammadiyah sebagai anugerah. Ia karunia dari alam. Tambang di mata kedua Ormas Islam terbesar itu tidak sekadar komoditas sebagai tontonan atau tambang sebagai kata benda.
Tetapi, NU dan Muhammadiyah memandang tambang sebagai reversibilitas sekaligus ladang amal sholeh sebagai tanda fungsionalitas kekhalifahan di bumi. Kita tahu, dalam teks agama: khalifatul fil ardh (pengelola di bumi).Â
Itulah blind spot (titik buta yang tidak disadari oleh pengonsep tertulis Muhammadiyah yang berbeda dengan apa yang dimaksud oleh pembaca dan pikiran netizen atau publik) dari kalimat eksploitasi dan degradasi lingkungan menjadi maslahat al-ummah, kepentingan bersama (mazhab teologis).
Ketiga, kita tidak ingin pengelolaan tambang di bawah tangan yang tidak bertanggungjawab, yang ditandai dengan oligarki-oligarkian, dimana tambang akan melahirkan malapetaka, pemiskinan, marjinalisasi, dan proses dehumanisasi lainnya.
Tambang yang dirasionalisasi tanpa batas dan tanpa terkendali oleh para pemodal hanya melahirkan krisis lingkungan, krisis iklim, dan krisis lainnya mesti diubah menjadi ruang kehidupan bersama. Tanpa "lubang hitam," tanpa jeritan pilu (mazhab fatalis).
Singkat kata, NU-Muhammadiyah, tambang untuk kemanusiaan. Tanpa jargon, tanpa cuap-cuap belaka.
***
Selamat menempuh umur panjang perjuangan NU dan Muhammadiyah menjadi bagian dari kalimat ini! "Dipisahkan qunut, disatukan tambang." "Kini, NU dan Muhammadiyah sudah sama-sama satu kolam."Â
Tentu, masih banyak sindiran super pedas di medsos yang tidak disebutkan ruang tulisan ini. Rasanya, ungkapan tersebut menjadi topik hangat di medsos.
Ia menjadi obrolan seru di medsos X. Tidak kalah kencangnya, komentar di netizen bagai kilat menyambar-yambar karena akhirnya Muhammadiyah menerima izin tambang. Para netizen menanggapi sebagai olok-olokan yang tidak terhindarkan.
Kita sadar bahwa masing-masing di kepala Muhammadiyah dan NU masih mengingat peristiwa tragis melanda para pekerja tambang. Terlepas dari tragedi yang menimpa para pekerja tambang ilegal atau liar, maka setidaknya peristiwa tragis itu menjadi pelajaran berharga bagi Muhammadiyah dan NU.