Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Usai "Masa Jomblo" Partai Biru

18 September 2023   21:21 Diperbarui: 7 Oktober 2023   16:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SBY, Demokrat bertandang ke kediaman Prabowo Subianto (Sumber gambar: kompas.com)

Pertemuan itu juga menandai logika dan prinsip politik yang digunakan oleh keduanya mirip "11,12" dalam perubahan dan perbaikan. 

Sensi yang tinggi dari Demokrat akhirnya lebur di tengah tokoh-tokoh dan para pendukung Prabowo. 'Era romantik' gaya AHY-Demokrat dengan permainan bakal calon wakil presiden sebelumnya sudah mantap dan bakal bergabung ke koalisi yang pas dengan "potongan" partainya.

Penggunaan rasionalitas politik turut memberi semacam "resep" untuk menandakan koalisi, dari Demokrat ke KIM. Pertemuan antara Demokrat dan KIM dipandang sebagai semburan cahaya optimisme. Sedangkan yang lainnya memandang dengan tanda-tanda minus tatkala Demokrat menyodorkan AHY sebagai bakal calon presiden Prabowo. Mengapa? 

Di situ ada PAN mengusulkan Erick Thohir (ET) dan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang juga digadang-gadang sebagai bakal calon wakil presiden. Apalagi disebut elektabilitas hasil survei, dimana ET masih "di papan atas" dibandingkan bakal calon wakil presiden yang disebutkan tersebut. 

Sesuai warna biru, Demokrat sebagai partai biru ingin terbang ke angkasa biru agar beban-beban perubahan lepas menjadi sesuatu yang terbuka untuk diobrolkan, diimpikan hingga dibuktikan dalam ranah politik. "Partai biru" tanpa basa-basi.

Dari pertemuan ke koalisi. Dari tekad bulat perubahan hingga sebuah peristiwa suksesif perlu dimenangkan saat bergabung Demokrat ke dalam KIM. Saya kira, setiap isi kepala bakal calon presiden cuma satu. Ingin menang dan menang. 

Akan tetapi, Demokrat perlu lebih meyakinkan dan begitu pula KIM  digambarkan sebagai koalisi yang menciptakan 'suara dukungan yang menanjak' dari berbagai wilayah pemilihan presiden. Ini semestinya menjadi tanda awal sebelum secara sah bergabung dalam koalisi.

Karena di babakan berikutnya, di sana ada lemparan dadu yang lain. Maka, bergabungnya Demokrat ke KIM akan mengukuhkan kunci untuk memahami kode-kode yang diobrolkan dalam pertemuan di Hambalang. 

Saya yakin, Demokrat tanpa sungkan mengobrol kepada koalisi mengenai visi dan konsep seperti Indonesia Maju, yang dihubungkan dengan 'perubahan'. Atau apa bentuk hubungan antara perubahan, perbaikan, dan Indonesia Maju. Sehingga, tak hayal lagi, seorang anak muda atau pemilih sekalipun akan sanggup untuk menggapai dan tersentuh impian berupa program-program yang ditelorkan oleh KIM.

Pertemuan itu atau di babakan berikutnya perlu menyampaikan pada Demokrat tentang lika-liku dunia koalisi baru. Semua anggota koalisi "siap" diterima dan ditolak konsep dan usulannya. 

Dimulai dari saat ini, kata "siap" sudah tuntas jawabannya sebelum terjadi "sesuatu." Demokrat bergabung dengan KIM berarti memberi warna biru sebagai angka yang meyakinkan dalam perhitungan koalisi yang lebih solid dan efektif menjelang pemilihan presiden. "Birunya" "partai biru" itu jalan "maju!" Berharap nyaman selalu di KIM! Selamat mencoba! Selamat "turun gunung" pak SBY! Enak tenang di koalisi!.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun