Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tubuhmu Bukan Milikku

8 Juli 2023   19:13 Diperbarui: 20 Juli 2023   15:25 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siti Khotimah sedang dirawat di RSUD (Sumber gambar: iNews.id)

Air panas yang mendidih mengguyur sekujur tubuh Siti Khotimah. Bak jahanam di dunia membakar Siti Khotimah. 

Para pelaku biadab dirasuki monster kecil dalam jiwanya. Setan pikiran yang dekil menyiksa wanita lugu. Usai menumpahi wanita yang lunglai itu, kepalanya dibenturkan di lantai. Tubuhnya sengaja didorong hingga terjatuh. Kedua kaki Siti Khotimah "direbus" ke dalam ember berisi air panas. Akhirnya, kedua kakinya luka parah.

Siksaan dan luka kaki Siti Khotimah tidak dialami oleh rekan kerja. Majikannya bernama Metty Kapantow. Dia otaknya. Inda Yanti, Sutriyah Saodah, dan Pebriana Amelia tidak tersiksa berat karena merekalah pelakunya. Mereka punya andil besar untuk meremuk redam tulang dan mengucurkan darah Siti Khotimah.

Konyolnya, sesama profesi malah turut menganiaya begitu kejam pada Siti Khotimah. Dia layak saudara sendiri dalam satu atap rumah.

Kaki Siti Khotimah diborgol. Borgol kakinya ditautkan dengan sebuah barel dan sebuah meja di ruang tengah selama dua minggu. Jane Sander, anak Metty yang melakukannya.

Siti Khotimah ternyata bisa melepaskan rantai borgol. Salah seorang merantai tangannya yang dililitkan di kandang anjing atas perintah si otak utama, Metty. Agar lebih kuat lilitannya dan tidak bergeliaran di wilayah apartemen, rantai di tangan Siti Khotimah digembok.

Jaksa di pengadilan membacakan surat dakwaan tanpa terbatah-batah. Luka-luka parah Siti Khotimah ada dalam surat dakwaan tersebut. Bagaimana berlangsung kekerasan luar biasa begitu kejinya menimpa Siti Khotimah. Seperti singa kelaparan atau serigala dengan gigi tajam menerjang mangsanya yang lemah, terkulai. Ditemukan luka bakar di kedua tungkai akibat kekerasan suhu tinggi. Tulang tempurung kepala menutupi patah tulang, kedua matanya lebam karena hantaman keras benda tumpul, bibir atas terkena jaringan parut, perut, leher, payudara, tangan kanan kiri memar, dan di sekitaran mata nampak lebam. Sesenti saja maut menjemputnya. Jaksa sudah melihat bukti-bukti luka parah.

Kisah nyata Siti Khotimah masih jauh dari dramatisasi. Kisah tak terbayangkan di luar akal budi juga terhindar dari bumbu-bumbu peristiwa supaya menarik orang. Dalam benakku, mengapa Siti Khotimah agak terlambat melaporkan ke pihak berwajib.

***

Peristiwa itu terjadi di bulan September 2022. Siti Khotimah seorang Asisten Rumah Tanggap (ART). Untuk memperhalus kosa kata, ART adalah nama lain dari pembantu rumah tangga (PRT). 

Bahasa anak gaul alias bahasa slang dari ART, yaitu pembokat. Bahasa prokem dari pembokat sama dengan pembantu. Benang merahnya bukan soal semantik.

Sesuatu yang kita herankan, tatkala proses persidangan berlangsung nampak tidak ada bukti-bukti kuat secara hukum jika Siti Khotimah mencuri milik majikannya. Seperti tuduhan Metty padanya telah mencuri ternyata hanya rekayasa untuk menutupi kekejiannya. Saat busana Siti Khotimah digeledah oleh rekannya atas komando Metty tidak terkuak ada barang curian ditemukan. Remeh temeh tuduhan barang curian berupa cokelat. Siti Khotimah diborgol pada kedua tangannya. (detik.com, 28/6/2023)

Pukulan berulang kali dengan tangan atau pakai sendal yang dilakukan oleh Metty dan rekannya sendiri sebagai terdakwa. Sadis dan sadis penyiksaan Siti Khotimah. 

Disebutkan pula, Siti Khotimah sempat dipaksa memakan kotoran anjing. Celakanya, harga seekor anjing lebih tinggi daripada manusia, ART. 

Dogi nama anjing Metty Kapantow dan suaminya, So Kasander berulang tahun. Mungkin Siti Khotimah salah dengar saat diminta untuk mengambil kabel rol. Yang didengarnya kata koran. Seiring koran diberikan, justeru Siti Khotimah dimaki dan disundut rokok oleh So Kasander. Pasutri itu sama saja kelakuannya. Mudah-mudahan saya keliru, keduanya mirip bin daripada bin buasnya. Masakan salah dengar Siti Khotimah harus dicaci dan ditindas. 

Orang yang bersalah saja tidak bisa seenak perutnya memperlakukan demikian. Metty, So Kasander, dan para rekannya harus ngaca diri. Jika Siti Khotimah dianggap ternak berarti mereka lebih dari ternak. Maaf ini agak emosional.

Menyangkut tanggapan beragam dari warganet serupa yang kita rasakan. Ingin ditaruh pikiran kita. 

Otak bisa tumpul membaca kondisi kekejian. Metty keji, So Keji, dan rekan-rekannya keji. Bukti-bukti kekejian di pengadilan begitu terang benderang.

Senada dengan sebagaian suara warganet. Pada kemana semua tetangganya. Pakai apartemen bisa jadi mengidap gejala individualistik. "2L-2G," Lu Lu, Gue Gue. Tinggal di kota besar tidak mengherankan watak seperti itu. Dimana Komnas Perempuan? Bukan lagi miris dan dangkal atas peristiwa tragis menimpa Siti Khotimah. Tetapi, super miris dan super dongkol. Penyiksaan secara keji terhadap Siti Khotimah layak pesta gila-gilaan kejam banget.

Di ruang publik, kecamannya bernada garang. Seperti para terdakwa. Mulai Metty, So Kasander, Jane Sander hingga enam orang lainnya perlu dihukum seberat-beratnya. Pihak keluarga Siti Khotimah juga menuntut hukum yang sama. Hukuman berat hingga hukuman seumur hidup. Apa mau dikata. Tok tok! Empat tahun vonis hukuman bagi Metty Kapantow, suaminya So Kasander tiga setengah tahun. (kompas.com, 05/07/2023)

Sudah jelas tuntutan jaksa atas lama hukuman tersebut dianggap tidak memenuhi rasa keadilan. Alasan jaksa, pelaku utama, otak penganiayaan keji sudah lansia dan mengakui kesalahannya membuat vonis hukuman lebih ringan. Kita berharap rasa keadilan harus tegak. Mentang-mentang wong kecil korban kekejian, keadilan hukum masih sulit terwujud di negeri kita. Harapan besar kita, kiranya keadilan untuk wong cilik tidak sebatas retorika. Usahankanlah keadilan hukum tetap terus memihak pada wong cilik!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun