Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kala Survei Hingga Hasilnya Diragukan

29 Mei 2023   20:27 Diperbarui: 18 Maret 2025   11:13 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Koleksi Foto Pribadi

Ketiga, 99, 9 persen (hanya perkiraan saya) tulisan Denny JA berbasis data, termasuk hasil riset beliau. Ditambah referensi buku. Sepanjang yang kutahu, Denny JA punya integritas yang dahsyyaatt!

Selain adik DengMarakka, datang pula adik lainnya "nyeruduk" masuk ke grup WA yang sama. Masuk mas! Sebutlah adik tergagah sejagat RW ini. Firman Gelong namanya. Tanyanya apa ya adik? "Kira-kira lembaga survei ini dapat dana dari mana kanda untuk membiayai lembaganya? Dan adakah lembaga survei yang transparan terkait aliran dana dan pembiayaanya dalam beroperasi selama ini?" 

Di situlah pertanyaan beratnya. Saya tarik nafas dibuatnya.

Orang yang gampangan bisa menjawabnya, Lembaga Survei (LS) juga manusia biasa. Ia butuh mengurus "kampoeng tengah" lewat kerja-kerja survei. Tapi, mulut saya tidak mampu berkomat-kamit tentang soal itu. Saya tidak tahu yang gituan dik. Ungkapku singkat.

Sudah banyak yang sampai di kuping saya soal darimana sumber funding LS. Tapi, ... titik titik giccuu. Lembaga Survei bukan hanya lembaga nirlaba, tapi juga diakui ia butuh funding. Entah itu dalneg, luneg. Terserah LS, apa pilihannya.

Jangankan LS, mendirikan Parpol saja, dari ujung Sabang ke batas Papua butuh sekitar 110 milyar (ini menurut ahli). Taruhan intelektual bagi LS. Taruhan moral itu sudah lain ceritanya.

Hampir sesiang suntuk, obrolan dan diskusi warga grup WA kesayangan berlangsung dengan syahdunya. Adik DengMarakka kembali "hot." Pernyataan dari adik yang "terbang bebas" satu ini sudah mulai menukik. "Di sini letak kekuatan cuan para oligark kak, kita bisa lihat hasil beberapa lembaga survei yang beberapa bulan sebelumnya sudah membuat hasil yang dibuat sebisa mungkin sama dengan hasil hitung cepat di Pilpres." 

Untungnya, saya bukan pelakunya. Andai pelakunya, bisa kena "tamparan" dari pernyataan dari adik DengMarakka. Bagi oknum yang "tebal muka" bisa cuek-cuekan dengan istilah oligark, oligarki segala. Oligark alias cukong, apapun namanya itu ada sebagaimana demokrasi itu nyata (kayak judul tulisan ini dek).

Ruang obrolan ini mulai "terkipas" oleh umpan balik antarwarga grup WA. Bak jauh dari "jurus mabuk," adik Firman Gelong yang gagah kini tidak kalah nyentriknya. "Berarti masyarakat wajar meragukan hasil lembaga survei kanda, meskipun yang disampaikan secara ilmiah tapi dibalik itu semua siapa yang tahu bahwa ada transaksinya dengan siapapun itu untuk menghasilkan sebuah data misalkan, ada yang bisa menjamin kanda tidak ada transaksinya?" 

Namanya pembuktian ilmiah. Curiga boleh, nuduh jangan. Bukti itu tidak sesederhana yang kita bayangkan.

Jika ada transaksi yang mencurigakan antaranya para kontestan dan LS, maka harus dibuktikan secara ilmiah. Di situlah kuncinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun