Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Aku dan Ketidakhadiran Sang Lain

9 April 2023   12:05 Diperbarui: 9 April 2023   15:38 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendekati cahaya "Sang Lain" (Sumber gambar: pinterest)

Ia tidak datang padaku dengan aura kekerasan. Aku tidak tahu siapa memanggilku yang bertumpang-tindih dengan suara bergambar dan suara-tulisan yang tidak pernah Aku dengar sebelumnya. Dia “Sang Lain” (Sang Cahaya) memanggilku di tengah kewarasan orang-orang yang tenggelam dalam ilusi kebenarannya sendiri.” Demikian pula, selama tidak membelenggu kita, setiap teks, seperti jam dinding, suara adzan di masjid, jadwal imsakiyah, atau syiar agama muncul di televisi adalah kode atau tanda. Tetapi, dalam hadits qudsi: Aku selalu ada sesuai dengan persangkaan hamba-Ku pada-Ku sebagai tanda keintiman yang tidak terkira. 

Puasa Ramadhan memperkenalkan dirinya melalui “tanda kerahasiannya sebagai tanda keistimewaan” melebihi “tanda irasionalitas yang rasional” (Foucauldian) justeru memiliki perbendaharaan bahasa tanpa batas sebagai ruang dialog antara ‘unsur hewani’ dan ‘unsur malakuti’.

Jadi, pernyataan dan hubungan logis dari “sang Lain” menjadi ‘penanda ego yang lain’. 

“Sang Lain” seperti lainnya dimurnikan dan direfleksikan melalui orang beriman sebagai “Aku yang lain” yang menjalankan puasa Ramadhan mencoba meniru sifat “sang Lain” (sang Ilahi), diantaranya meliputi rangkaian kata sifat “penyayang,” “penyantun,” “pengampun,” “perkasa,” atau “mengetahui” secara relatif dari seseorang sebagai makhluk, ‘yang diciptakan’ semula bersifat pribadi menjadi bersifat sosial.

Karena itu, “Sang Ilahi sebagai Sang Lain” dengan segala energi-Nya mampu diserap sekaligus dipancarkan oleh orang-orang beriman yang berpuasa sebagai “Aku yang lain” tidak terbeli dengan egoisme (ananiyah)

Kata lain, “Aku yang ter-Ilahiakan” tidak tereduksi dengan egoku sendiri. Ingatlah! 

Ketidakhadiran “Sang Lain” (Allah) bagi seorang hamba adalah dosa-dosa membuat hatinya atau orang-orang yang mengingkari-Nya. Ya Allah, ya Maha Pengampun, ampunilah dosa-dosaku! Kasihanilah hamba-Mu! Sinarilah dengan Cahaya-Mu! 

Dalam puasa Ramadhan, “Aku yang lain” dari orang-orang beriman yang berpuasa melampaui “Aku adalah ...,” “Aku berpikir ...” “Aku berhasrat …” Ada saat kita ditinggikan, ada saat kita direndahkan gara-gara kita sendiri (QS [95] : 4-5). Sampai di sini, “Aku” masih bersifat plural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun