Satu sisi, ide kebebasan sendiri adalah cara wujud dan cara berpikir. Seseorang tidak berada dalam jagat kebebasan jika dia sendiri tidak paham dan yakin akan wujud dan pikirannya sendiri. Anda merasa di ruang hampa karena kebebasan itu melekat dalam diri Anda.
Pada sisi lain, pilihan atau kehendak adalah tanda implikasi dari kebebasan. Setelah merahi cara wujud dan cara berpikir menjelma menjadi penegasan dan peniadaan yang diturunkan oleh ide kebebasan.
Kehendak yang direduksi dari kemungkinan-kemungkinan tidak pernah ada dalam tindakan, selain dalam dunia ide.Â
Karena itu, intelek seiring akal budi tidak ada yang berkaitan dengan "pencipta" hukum sebab akibat. Sehingga wajarlah, setiap individu bukan merupakan penyebab bebas dari setiap tindakannya.
Kant rupanya menegaskan kembali konsep kebebasan dalam Fundamental Principles of the Metaphysic of Ethics (1959 : 91). "Karena itu kebebasan adalah hanya Ide [Konsepsi Ideal] dari Akal Budi, dan realitas obyektifnya berada dalam keraguan itu sendiri, ..." Begitulah, sekelumit pandangan Kant tentang permasalahan kebebasan.
Banyak hal yang belum terungkap dalam catatan ini dalam kaitannya dengan kebebasan dan permasalahannya dalam persfektif Kant. Akhirnya, kebebasan tidak lebih dari ilusi kesadaran individu begitu mendalam sejauh kesadaran semu dengan kausalitasnya yang menyelimuti ide kebebasan ala Spinoza.
Patut diakui, manusia tidak terlahir bebas saat bersentuhan dengan dunia materi. Menjadi bebas dan dianggap jika dia mengikuti akal budi dan nuraninya. Dalam keterbatasan, ada sisi yang berbeda dalam kebebasan yang mengirinya. Cahaya, gelap atau melampaui keduanya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI