Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Dua Anak Diperbudak dan Global Estimates of Modern Slavery

3 Desember 2022   21:33 Diperbarui: 5 Desember 2022   04:56 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dua Anak yang Diperbudak (Sumber gambar: tribunnews.com)

Seorang petugas PJKA bertanya ke anak itu.

"Ki kau uda makan, belum makan, sejak kapan, kau belum makan."

"Belum makan bang, kalau kasih makan biasa jam 12 siang sama malam, kalau pagi tidak ada," jawab anak itu.

"Kalau aku orang Sibolga disini tinggal bersama buk Dhora, kalau dia dalam adat batak kami namboru kami lah dia ini," ujar anak itu.

Petugas PJKA bertanya kembali soal alasan anak itu dikurung oleh tuannya.

"Biasa bantu bantunya, tapi karena aku dituduh mencuri uang (makanya dikurung)," ujar dia.

Anak berinisial RMS mencoba untuk menceritakan saat mengambil uang tuannya.

"Karena kan kalau mau ujian harus bayar uang sekolah, kemarin itu aku belum bayar uang sekolah 5 bulan. Makanya itu kemarin pas ada dimintai," ujar dia.

Keluh kesah RMS ditumpahkan pada petugas PJKA. Anak polos itu mengaku sudah bekerja di tempat tuannya selama dua tahun tanpa digaji sekaligus selama dua tahun disekap dalam ruangan karena dituduh mencuri.

Di mata tuannya, RMS telah mencuri uang sebanyak 600 juta rupiah. Tetapi, RMS menyatakan tidak benar tuduhan itu.

"Aku kerja sama buk Dhora itu sudah dua tahun dan disekap aku uda dua tahun. Gara gara dituduh mencuri uang Rp 600 juta padahal tidak ada," jawab anak itu.

"Kalau aku maunya pulang, karena aku disini dituduh tuduh mencuri terus, dituduh menjual minuman Anggur Merah (minuman beralkohol) terus. Padahal tidak pernah," tutur anak itu.

Begitulah kisah kedua anak tersebut, yang terperangkap dalam perbudakan anak, perbudakan modern. Terbongkar sudah kasus kemanusiaan itu.

Skandal biadab tidak berprikemanusiaan itu bukan basa-basi lantaran kedua anak tersebut selama empat tahun mengalami perbudakan.

***

Terdengar berita, kedua bocah itu sempat viral lewat video sudah diurus oleh tim Lembaga Perlindungan Anak Kota Tebingtinggi. Kasus tersebut juga sudah ditangani oleh pihak kepolisian setempat.

Terkuaknya kisah tragis ini sekitar dua bulan lalu, November 2022. Sekali lagi, dua anak berinisial RMS (17) dan adiknya SPM (10) menderita karena diperbudak, disekap, dan dipaksa oleh tuannya bernama Dora Silalahi.

Dilaporkan, Dora Silalahi, pemilik toko penjualan minuman keras (miras), di Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara. 

Dora Silalahi sebagai tersangka harus menerima konsekuensi hukum karena ulahnya, yang amat kebangetan.

Kisah piluh nan tragis yang menimpah kedua anak tersebut diangkat kembali dalam kaitannya dengan peringatan Hari Penghapusan Perbudakan Internasional, 2 Desember 2022.

Rasa piluh dibawah mimpi. RMS dan SPM dirundung derita demi untuk hidup. Keduanya menahan tangis kala disekap, dipaksa bekerja oleh sang tuannya.

Kondisi yang memaksa kedua anak menahan pahit getirnya hidup. Mereka tidak menyesal bekerja. Malam jadi siang, siang jadi malam.

Si RMS dan si SPM tidak sedang bermimpi, kecuali mimpi buruk dialaminya.

Tidak terbayang, si RMS dan si SPN bisa bertahan di bawah tekanan dan siksaan sang tuannya. Perih rasanya, tetapi apa boleh buat. Hidup harus dijalani. 

Terbayang pula, dimana kiranya kedua orang tua RMS dan SPM? Jangankan orang tuanya bertutur sayup-sayup pun tidak, apalagi bisa bersua kembali dengan kedua anaknya.

Si RMS dan si SPM ingin merahi impiannya. Kembali ke rumahnya. Di kampung mereka berdua, di rindukan canda tawanya oleh sanak keluarganya. Mereka juga dinantikan oleh kawan-kawan sepermainannya.

***

Apa itu perbudakan? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  kata perbudakan berarti "sistem segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia lain."

Baik KBBI, Komnas HAM hingga lembaga internasional yang menangani soal kekerasan dan perbudakan anak mengkategorikan sebagai perbudakan modern.

Karena itu, perbudakan anak termasuk bentuk pelanggaran HAM yang serius.

Menurut laporan Global Estimates Modern Slavery (dirilis di bulan September 2022), menyatakan, bahwa terdapat 2,3 juta di antaranya adalah anak-anak dari 50 juta orang hidup dalam perbudakan modern 2021.

Lanjutnya, data tersebut melansir kantor berita Anadolu menjadi laporan bersama, yang dirilis oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dan lembaga nirlaba Walk Free, seperti di bawah ini.

"Di antara orang-orang ini, ada 28 juta orang melakukan kerja paksa dan 22 juta terperangkap dalam perkawinan paksa." Kata lain, terdapat 10 juta yang menunjukkan lebih banyak orang dalam perbudakan modern (tidak termasuk si RMS dan si SPM) tahun 2021, ketimbang perkiraan yang dirilis tahun 2017.

Hubungan antara sang tuan dan sang budak adalah hubungan eksploitasi dan penyiksaan. Sang tuan, Dhora, seakan-akan membayar ketidakadilan dengan perbudakan. 

Anehnya, sang tuan tidak mampu membeli esensi manusia. Apapun alasannya.

Lebih lanjut laporan tersebut menyatakan, bahwa: "Perempuan dan anak perempuan mencapai 11,8 juta dari total pekerja paksa. Lalu, dari total pekerja tersebut, terdapat lebih dari 3,3 juta pekerja paksa adalah anak-anak." Suatu angka yang tidak sedikit dalam kondisi krisis dan ketidakpastian hidup.

Apa pemicunya? Meningkatnya bentuk perbudakan modern ditengarai karena adanya pandemi, perubahan iklim, dan rawan konflik.

Bentuk interaksi itu mencuat perbudakan anak di tengah era disrupsi yang tidak diharapkan.

Kondisi krisis corona berdampak pada kemiskinan dan pengangguran. Akhirnya, kondisi yang serba tidak mengenakkan jadi pelariannya pada kerja paksa dan anak jongos alias jadi budak demi tuntutan hidup.

Kita sepakat 100 persen. Bahwa perbudakan modern, perbudakan anak muncul karena hilangnya rasa keadilan sosial. Bagi yang hafal sila Pancasila juga faham. "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab" dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia," sila kedua dan ketiga Pancasila. Enteng dihafal, berat dipengamalannya.

Lihatlah? Makin hari makin berat tanggungjawab kita. Tanggungjawab orang tua pada anak-anaknya, misalnya. Bukan kepalang tantangan hidup, kian hari kian terjal dan curam jalan hidup. 

Begitulah hidup. Kadangkala senang hari ini, besok lusa jadi susah. Semuanya silih berganti dalam kehidupan.

Anda lebih faham, jika perbudakan menyalahkan kehidupan tanpa ingin membebaskan dari belenggunya. Berarti Anda termasuk gagal memahami makna kehidupan yang dianugerahkan sejak kakek nenek terdahulu hingga gen Z ini. 

Sumpah serapah tidak dimiliki oleh si RMS dan si SPM yang lugu sekali.

Sangat disayangkan, ada sebagian pihak yang berpandangan tentang perbudakan anak karena hanya tertuju pada kehidupan yang tidak adil. Bahkan sebagian orang juga menyalahkan dirinya.

Meratapi nasibnya yang dirundung malang. Mengapa orang layak menyalahkan kemiskinan? Sulit untuk menjawabnya dengan kasus per kasus. Begitu kompleks permasalahannya.

Apa yang ditangkap dari kisah si RMS dan si SPM, diantaranya pelajaran tentang bagaimana hidup tanpa melipatgandakan derita dan rasa budak. Hidup tanpa pembenaran atas kemiskinan dan penderitaan.

Banyak orang pede jika orang lain tidak boleh menguasai dirinya. Menolak tubuhnya dimiliki oleh sang tuan.

Lebih jauh lagi, hubungan antara sang tuan, Dhora dan sang budak, RMS dan SPM bukanlah hubungan hirarkis atau dialektis.

Si RMS dan si SPM tidak punya persfektif budak. Pernah si RMS dan si SPM bermimpi jadi budak? Apa yang diimpikan oleh keduanya adalah masa-masa indah, tanpa sekat-sekat, dan tanpa bayangan gelap dari sang tuan. Si RMS dan si SPM berkata, "enyahlah engkau sang tuan dari kehidupanku." Tekad sudah bulat, langkah makin mantap, meniti hidup dengan kepala tegak sama tegaknya dengan jiwa besar kedua anak tersebut. Maju terus, raihi masa depanmu RMS dan SPM!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun