Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis dan CPNS Mundur, Mengapa Tidak dari Awal?

17 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 17 Oktober 2022   19:30 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menantang begitu mirip dengan godaan. Sambil menggerutu, di kalangan aparatur sipil sering muncul ungkapan sebagai logika atau prinsip hidup, yaitu logika pengabdian.

Orang tidak yakin lagi untuk menantikan keadilan bagi aparatur sipil golongan rendahan yang memiliki keterampilan di bawah rata-rata atau akibat kerja berbasis kinerja. 

Yang dituntut berapa jumlah keluaran dan hasil kegiatan, yang dijadikan tolok ukur berdampak pada tunjangan kinerja dan tunjangan lain.

Kebutuhan setiap bulan terhanyut dalam arus kesenangan melalui pengeluaran keseharian. 

Sementara, esensi pegawai negeri bagaimana menunaikan tugas dan fungsinya demi keutuhan perwujudannya sebagai pelayan masyarakat.

Tidak penting apakah itu ritual otomatis (gajian per bulan, tunjangan) atau bukan. Yang ada hanyalah proses penampilan kerja profesional yang nyata. 

Hidup sebagai tujuan pragmatis bisa dikatakan telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan paling mendesak.

Hak untuk hidup layak sejalan dengan makan untuk hidup menentang hidup untuk makan. 

Atas perhatian kesejahteraan merupakan tanda kurva kehidupan dalam garis naik-turun, yang semuanya bisa diterima dan ditolak menurut pilihan ekonomi hasrat.

Karena itu, hak untuk hidup layak terletak di tanda kesejahteraan, ruang berkembang seluruh perwujudannya sebagai manusia. 

Pemenuhan hak untuk hidup sejahtera bukanlah jenis hasrat yang tidak terkontrol. Ia bukanlah sesuatu yang bisa dijebak oleh karier, dikejar oleh fantasi dan mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun