Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahkan Berbicara Porno Saking Berapi-Api di Aksi Unjuk Rasa

5 September 2022   19:33 Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:07 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu potongan kata di ujung kalimat tersebut menandakan bahasa porno tanpa persetubuhan dan tanpa kecabulan. Potongan kata itu jika dilengkapi atau disambungkan sebetulnya menjadi organ seks, MR P. Sebuah kata yang tidak utuh dianggap parodi politik.

Kata-kata yang menyebar di ruang publik datang dari politik yang terseksualkan. Politik kuasa memang tidak bisa dipisahkan dengan tanda seks. Politik seks, begitulah kira-kira namanya.

Berkat zaman kebebasan berbicara, ujaran porno yang dianggap jorok dan kotor tidak mampu disensor, termasuk tidak bisa diinterupsi begitu saja di media sosial. Sudah banyak tulisan mengenai hubungan media, kuasa, dan seks.

Ada juga orang memahami peristiwa aksi unjuk rasa atas kenaikan harga BBM dengan kata-kata jorok atau bernuansa porno yang menciptakan ‘kekerasan bahasa’ dan ‘kekerasan pikiran’, terutama melalui ujaran sang orator. Berani bicara, berani juga bertanggungjawab atas ucapannya.

Begitu berkobar-kobar sang orator berbicara di hadapan ratusan orang, tiba-tiba lidah tanpa tulang menjurus pada kata-kata organ seks. Akhirnya, sang orator itu berbicara dengan pilihan kata-kata spontan tanpa disadari justeru menimbulkan konsekuensi hukum.

Kata-kata jorok ditolak, aparat bertindak. Wauw! Bisa diadukan sebagai delik penghinaan terhadap presiden. Ya ampun!

Mungkin sudah atau belum pernah mendengar istilah phalogosentris (Derridian).

Phalogosentris atau lingga kelamin serupa kata-kata tidak utuh yang dimainkan oleh sang orator. Organ seks atau main-main cilukba?

Bukan saja sebelumnya, sekarang saja jika kita melihat dan mendengar pembicaraan orang, malahan seseru gosip emak-emak lebih mengandalkan bahasa lisan atau ujaran. Tetapi, perhatikan jika ada seseorang berbicara sesuatu yang mengarah ke soal seks, sontak saja pada terangsang.

Dari semua kasus aksi unjuk rasa sejak sebelum dan setelah kenaikan harga BBM, hanya ‘ketidaksensoran kata seks’ melalui sang orator yang berbicara porno dengan kata-kata tidak tuntas cukup mendapat sorotan.

Sang orator telah menyentuh fantasi kekerasan bahasa dan kekerasan pikiran. Baginya mungkin tidak jadi soal. Dia tidak bermain dengan seks yang menyimpang, melainkan satu pendekatan etika. Dia membuat makna yang berbeda hingga titik kelenyapan makna dari ucapannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun