Mohon tunggu...
Erma Noviana Pratiwi
Erma Noviana Pratiwi Mohon Tunggu... Lainnya - Poltekkes Kemenkes Surakarta

Halo salam kenal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikologi Indigeneous

13 Desember 2024   17:06 Diperbarui: 13 Desember 2024   16:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manfaat mempelajari Psikologi Indigeneous dalam perspektif Islam memberikan berbagai  wawasan yang dapat memperkaya pemahaman kita tentang kesejahteraan manusia, terutama dalam konteks budaya, spiritualitas, dan identitas. Islam dan psikologi indigeneous sama-sama mengajarkan pentingnya keseimbangan antara dimensi fisik, mental, dan spiritual dalam kehidupan manusia. Dalam Islam, kesehatan mental tidak hanya dilihat sebagai aspek kognitif atau emosional, tetapi juga sebagai keseimbangan spiritual, yang tercermin dalam konsep tazkiyah (penyucian jiwa) dan tauhid (penyerahan diri kepada Allah). Di banyak budaya pribumi, penyembuhan juga melibatkan hubungan dengan alam, roh, dan komunitas—sebuah pendekatan holistik yang sejalan dengan pandangan Islam tentang pentingnya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi. Ini memberi insight bahwa kesehatan mental yang sejati membutuhkan pendekatan integral yang melibatkan tubuh, pikiran, dan jiwa.
Mempelajari psikologi indigeneous dalam perspektif Islam memberikan wawasan yang sangat berharga mengenai cara-cara budaya tertentu mengelola kehidupan, hubungan sosial, dan kesejahteraan mental. Pendekatan holistik yang menggabungkan aspek spiritual, sosial, dan budaya dalam penyembuhan psikologis ini sangat selaras dengan prinsip-prinsip Islam yang menekankan keseimbangan hidup, pentingnya komunitas, dan hubungan harmonis dengan alam. Ini memberi kita insight untuk membangun pemahaman yang lebih luas tentang kesehatan mental yang tidak hanya mencakup aspek fisik dan emosional, tetapi juga spiritualitas dan interaksi sosial.
Psikologi Indigeneous dalam Konteks Budaya Jawa menawarkan wawasan yang sangat penting mengenai keseimbangan antara fisik, emosional, dan spiritual dalam kehidupan manusia. Pendekatan ini mengajarkan bahwa kesehatan mental bukan hanya masalah individu, tetapi juga dipengaruhi oleh hubungan sosial, spiritualitas, dan keseimbangan dengan alam. Nilai-nilai seperti kesabaran, rukun, gotong royong, dan keseimbangan menjadi fondasi utama dalam menjaga kesejahteraan mental dalam budaya Jawa, yang sangat berkesinambungan dengan konsep-konsep dalam psikologi dan ajaran Islam. Dengan memahami dan mengintegrasikan konsep-konsep ini, kita dapat memperkaya pendekatan kesehatan mental yang lebih holistik dan sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal.
Psikologi Indigeneous dalam Konteks Penelitian merujuk pada pendekatan dan metode penelitian yang berfokus pada pemahaman dan analisis perilaku manusia, pengalaman psikologis, dan kondisi mental dengan menggunakan perspektif budaya lokal atau tradisional dari kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks ini, penelitian psikologi indigeneous bertujuan untuk menggali nilai-nilai, kepercayaan, praktik sosial, dan sistem penyembuhan yang ada dalam budaya atau komunitas tertentu, dan bagaimana hal tersebut memengaruhi kesejahteraan psikologis individu dan kelompok.

Berikut adalah beberapa aspek penting dalam penelitian psikologi indigeneous:
1. Pendekatan Kultural yang Holistik
Psikologi Indigeneous berusaha untuk memahami individu dan perilakunya dalam konteks budaya yang lebih luas. Ini berarti bahwa penelitian psikologi harus memperhitungkan berbagai faktor sosial, spiritual, dan kultural yang mempengaruhi kehidupan seseorang. Sebagai contoh, dalam banyak budaya pribumi, kesejahteraan mental tidak hanya dipandang dari sisi fisik atau kognitif, tetapi juga dari perspektif spiritual dan sosial. Oleh karena itu, pendekatan penelitian yang holistik ini sering kali melibatkan pengamatan langsung terhadap praktik budaya, upacara, dan ritual yang dilakukan dalam masyarakat tersebut.
2. Penggunaan Metode Kualitatif
Karena psikologi indigeneous lebih menekankan pada nilai-nilai, keyakinan, dan pengalaman budaya yang unik, penelitian dalam bidang ini sering kali menggunakan metode kualitatif seperti wawancara mendalam, diskusi kelompok fokus (focus group discussions), dan partisipasi langsung. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk memahami lebih dalam bagaimana masyarakat pribumi memandang masalah kesehatan mental, stres, dan penyembuhan dari perspektif mereka sendiri.
3. Pentingnya Perspektif Emic dan Etic
Dalam penelitian psikologi, perspektif emic adalah pendekatan yang melihat fenomena psikologis dari sudut pandang internal atau kultural masyarakat itu sendiri. Sebaliknya, perspektif etic merujuk pada pandangan luar atau universaltentang fenomena yang sama. Psikologi indigeneous berfokus pada pendekatan emic, yang berarti peneliti harus lebih memperhatikan nilai-nilai lokal, kepercayaan, dan praktik-praktik budaya dalam masyarakat yang sedang diteliti.
Sebagai contoh, dalam penelitian psikologi di komunitas pribumi, peneliti akan mengutamakan pendekatan budayayang digunakan oleh masyarakat tersebut dalam memahami kesehatan mental. Misalnya, mereka mungkin akan mengkaji penggunaan ritual penyembuhan atau cerita tradisional yang dilakukan oleh komunitas untuk mengatasi gangguan psikologis, daripada menggunakan kategori diagnostik yang lebih bersifat universal dan berdasar pada psikologi Barat.
4. Keterlibatan Komunitas dan Kolaborasi
Salah satu prinsip utama dalam penelitian psikologi indigeneous adalah kolaborasi dengan anggota komunitas yang menjadi subjek penelitian. Peneliti harus bekerja sama dengan para pemimpin adat, tokoh masyarakat, atau praktisi tradisional dalam merancang dan menjalankan penelitian, sehingga penelitian tersebut benar-benar mencerminkan perspektif komunitas tersebut dan tidak terdistorsi oleh pandangan luar.
Penelitian dalam konteks ini tidak hanya berfokus pada pengumpulan data, tetapi juga pada pemberdayaan komunitasitu sendiri. Dengan kata lain, penelitian berbasis komunitas atau community-based participatory research (CBPR) menjadi salah satu metode yang sering digunakan dalam psikologi indigeneous. Melalui metode ini, komunitas diberi ruang untuk berperan aktif dalam merumuskan masalah, memilih metode penelitian, dan menginterpretasikan hasil.
5. Menghargai Pengetahuan Tradisional dan Praktik Penyembuhan
Psikologi indigeneous dalam penelitian juga menekankan pentingnya mengakui dan menghargai pengetahuan tradisional yang ada dalam masyarakat. Banyak kelompok pribumi memiliki pendekatan unik terhadap penyembuhan psikologis yang tidak selalu sejalan dengan konsep-konsep medis atau psikologis Barat. Dalam banyak budaya, penyembuhan mental melibatkan proses yang lebih spiritual, seperti ritual penyembuhan, upacara adat, atau hubungan dengan alam dan leluhur.
Sebagai contoh, di beberapa komunitas adat, proses pengobatan tradisional bisa melibatkan penggunaan tanaman obat, penggunaan energi spiritual (seperti pawang atau dukun), atau upacara khusus yang melibatkan komunikasi dengan dunia roh. Peneliti yang melakukan penelitian psikologi indigeneous harus mengakui pentingnya praktik-praktik ini dalam pemahaman dan penyembuhan gangguan mental, serta memahami cara-cara masyarakat pribumi mengelola kesejahteraan psikologis mereka dalam konteks budaya dan spiritual mereka.
6. Mengatasi Kesalahan Pandang dalam Psikologi Barat
Penelitian psikologi indigeneous juga berfokus pada kritik terhadap pengetahuan psikologi Barat yang cenderung mengeneralisasi dan mengabaikan keberagaman budaya dalam menjelaskan perilaku manusia. Banyak konsep dalam psikologi Barat, seperti psikopatologi, gangguan mental, dan penyembuhan, sering kali dipandang berbeda oleh masyarakat adat, yang mungkin tidak memandang suatu kondisi sebagai "penyakit" atau "gangguan mental" dalam pengertian medis. Oleh karena itu, penelitian dalam psikologi indigeneous bertujuan untuk mengidentifikasi definisi kesejahteraan dan penyembuhan yang lebih sesuai dengan konteks budaya lokal, serta menghindari pathologisasiatau pengkategorian yang tidak relevan dengan realitas masyarakat tersebut.
7. Menjaga Etika Penelitian yang Sensitif Budaya
Penelitian psikologi indigeneous harus memperhatikan etika yang sensitif terhadap budaya, mengingat bahwa banyak kelompok pribumi memiliki sejarah panjang penindasan dan eksploitasi oleh pihak luar, termasuk peneliti. Oleh karena itu, penting bagi peneliti untuk:
•Memperoleh izin informan atau persetujuan dari komunitas sebelum melakukan penelitian.
•Menghormati hak-hak budaya dan privasi anggota komunitas.
•Menghindari interpretasi yang bisa dianggap tidak sensitif atau meremehkan praktik budaya tradisional.
8. Evaluasi dan Penyebaran Hasil Penelitian yang Bertanggung Jawab
Peneliti psikologi indigeneous harus berusaha untuk memastikan bahwa hasil penelitian disebarkan kembali ke komunitas yang diteliti dengan cara yang bermanfaat dan dapat diterima. Penyebaran hasil penelitian harus dilakukan dengan cara yang tidak hanya untuk kepentingan akademis atau ilmiah, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat tersebut. Ini bisa dilakukan dengan menyelenggarakan diskusi atau workshop dengan komunitas untuk berbagi temuan dan berdiskusi tentang bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
9. Pendekatan Multidisipliner
Penelitian psikologi indigeneous sering kali membutuhkan pendekatan multidisipliner, yang melibatkan ilmu psikologi, antropologi, sosiologi, sejarah, dan bahkan agama/spiritualitas. Pendekatan ini berguna untuk memahami fenomena psikologis dalam konteks yang lebih luas dan untuk memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi kesejahteraan mental dalam suatu budaya. Penelitian yang bersifat multidisipliner juga memungkinkan peneliti untuk menggali hubungan antara faktor sosial, ekonomi, budaya, dan spiritual dalam membentuk pemahaman kesehatan mental dan kesejahteraan dalam masyarakat pribumi.
Penelitian dalam psikologi indigeneous tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan teori-teori psikologi yang lebih inklusif dan kontekstual, tetapi juga untuk memberdayakan komunitas adat dengan memvalidasi pengetahuan dan praktik mereka. Pendekatan ini menekankan pentingnya sensitivitas budaya, penghargaan terhadap tradisi, dan kerjasama dengan komunitas dalam merancang dan melaksanakan penelitian. Penelitian psikologi indigeneous berusaha untuk mengurangi ketidakadilan dalam penelitian sosial dan psikologi, serta memberi kontribusi terhadap pemahaman yang lebih luas dan holistik mengenai manusia, kesejahteraan, dan kesehatan mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun