Mohon tunggu...
Erly Dwi Natarina
Erly Dwi Natarina Mohon Tunggu... Ahli Gizi - An Undergraduate Nutrition Student at Airlangga University

Hi there!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

ODF, Cegah Stunting dengan Perbaikan Sanitasi Lingkungan

22 Agustus 2024   05:16 Diperbarui: 22 Agustus 2024   06:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI, stunting tak hanya dipicu asupan gizi yang tidak tercukupi, namun juga sanitasi yang buruk. Sanitasi, kebersihan, dan air yang buruk dapat berdampak pada 50% berat badan di bawah rata-rata pada anak dan ibu hamil sehingga dapat memicu munculnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare kronik dan stunting. Dalam upaya pencegahan stunting pada anak, sanitasi selalu dipandang sebelah mata. Masyarakat beranggapan sanitasi bisa ditangani belakangan. Padahal sanitasi yang buruk bisa berakibat fatal bagi kesehatan lingkungan, bahkan salah satunya dapat memicu stunting pada balita. Salah satu unsur sanitasi yang baik adalah tidak BAB sembarangan, atau yang selama ini digalakkan pemerintah dengan kampanye Stop BAB Sembarangan.

Open Defecation Free (ODF) atau stop buang air besar sembarangan merupakan pilar pertama yang harus digaungkan untuk mewujudkan kondisi masyarakat dengan akses sanitasi sehat berdasarkan 5 pilar STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

ODF saat ini benar-benar digaungkan dimana-mana karena masih banyak masyarakat di daerah terpencil khususnya desa-desa, masih terbiasa Buang Air Besar di tempat terbuka seperti aliran sungai dan irigasi. Beberapa faktor penyebabnya adalah masalah kebiasaan, minimnya ketersediaan jamban sehat di rumah maupun di masyarakat, serta sulitnya akses air bersih.

Kasus BAB sembarangan sangat perlu disorot oleh pemerintah untuk perbaikan sistem sanitasi yang baik. Jamban dengan septic tank yang tidak disedot secara rutin akan menyebabkan kebocoran yang mencemari air tanah. Ketika ibu hamil atau anak pada periode emas pertumbuhannya mengonsumsi atau membersihkan diri dengan air tanah yang tercemar kotoran manusia tersebut, maka risiko terkena stunting sangat besar.

Selain itu, diare akan mudah terjangkit dimana-dimana. Selama ini diare dianggap sebagai permasalaham sepele, padahal jika gangguan pencernaan ini terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak akibatnya anak bisa terkena stunting karena tubuhnya kehilangan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan, sehingga asupan gizinya tidak terpenuhi. Kasus kekurangan nutrisi yang berlarut merupakan gerbang awal dari stunting pada anak. Masalah ini juga memicu terjadinya tifus yang dapat membuat anak kehilangan nafsu makan dan memperbesar risiko anak terkena stunting.

Jika kondisi ini terus menerus dibiarkan, balita akan mengalami kekurangan gizi yang dapat membuat anak terkena stunting.

Oleh karena itu, ODF atau Open Defecation Free harus diberlakukan sebagai pilar pertama perbaikan sanitasi. Dengan ini, keresahan terkait permasalahan stunting pada balita, juga perilaku buang air besar sembarangan di Kabupaten Situbondo dapat teratasi. Terciptanya kualitas hidup anak-anak yang baik tentunya akan menciptakan sumberdaya manusia yang baik juga. Dengan ini Indonesia emas 2045 dapat terlaksana sesuai harapan.

REFERENSI:

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/Jpmf/article/download/18590/5823 

https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/download/297/162

https://www.kompasiana.com/ilhambudiprasojo5927/65649d9512d50f2cba017972/perilaku-bab-sembarangan-dapat-meningkatkan-resiko-terjadinya-stunting

https://genbest.id/articles/bab-sembarangan-bisa-bikin-balita-stunting-kok-bisa

https://lestari.kompas.com/read/2023/05/31/160000486/berbagai-bahaya-akibat-bab-sembarangan-dari-penyakit-hingga-stunting?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun