Mohon tunggu...
Reinard L. Meo
Reinard L. Meo Mohon Tunggu... Freelencer dan relawan sosial -

Pemuda baik-baik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Segalanya! Segalanya!

23 Januari 2019   07:31 Diperbarui: 23 Januari 2019   08:10 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar: TheMoonDoggies)

Siapa yang harus memulai? Saya yang selalu curiga pada cinta atau kau yang kadang diam di hadapan cinta? Atau begini saja. Kita simpan curiga di awal senja, juga diam di akhir malam. Sebab, siapakah kita sampai-sampai mesti curiga dan diam di hadapan cinta? 

Di hadapan cinta, kita tak ada apa-apanya. Di hadapan kita, cinta segalanya. Segalanya!

'Cinta itu apa?' Bertanyalah sepoi kepada kita. Ada hening panjang sekali, selepas tanya itu terujar. Lebih panjang dari pandangan. Lebih panjang dari ingatan. Cinta itu apa? Kita mengulang-ulang tanya yang sama, bersama detak waktu. Hidup, salah satunya, adalah pengulangan. Kita mengulang-ulang hal yang sama atau hampir sama, setiap hari. Juga mengulang-ulang pertanyaan. Pertanyaan tentang cinta, misalnya. Apakah cinta itu serupa detak waktu? Hening. Hening lagi. Hening yang panjang. Dalam hening, selalu ada sikap. Saya lalu curiga. Dan kau beda. Diam. Sepoi yang menanti pun pergilah. Pergi ke entah.

Kita sepakat. Ada baiknya bila jawaban atas 'apa itu cinta?' itu dicari. Bukannya di-hening-kan. Kita lalu berhenti dalam sajak ini. Barangkali, ia di sini.

Senja Ini

: kita

senja ini, kau kembali kucari. barangkali dalam sajak-sajak tua

dari berjuta-juta silam yang lampau, ada kau

yang setia memintal kenangan.

senja ini, kau kembali kucari. barangkali dalam nada-nada lagu lama

dari tak terhingga bahasa, ada kau

yang tegar menyulam kisah.

kalau bukan karena rindu, sia-sialah pencarianku.

sebab, rindu dan api tak ada bedanya.

menyiksa sekaligus menghidupkan.

(Mei 2016)

Kita tiba-tiba paham. Akar dari segala pencarian adalah rindu. Termasuk merindukan jawaban: 'apa itu cinta?' Baik. Baiklah. Bersama sajak ini, kita simpan curiga di awal senja! Kita mencari cinta di Senja Ini. Kita menyimpan curiga pada awalnya. Yah, rindu itu begitu. Baik menyiksa maupun menghidupkan, sama-sama mengerikan. Ngeri sekali!

Dan malam pun tiba. Teringatlah kita akan sajak yang lain. Boleh jadi di sini. Sebuah sajak Malam.

 

Malam 

: kita

Berterima kasihlah kepada malam

Malam adalah waktu yang paling rindu

Rindu adalah yang kadang tak mudah dijelaskan

Adalah semacam puisi dari ruang teramat sunyi

Kita baru saja memulainya pada malam

Berterima kasihlah kepada malam

(Februari 2016)

Dalam hening, kau masih dengan sikap yang sama. Diam. Kita baru saja memulainya pada malam. Mulai mencari: 'apa itu cinta?' Malam adalah waktu yang paling rindu. Rindu adalah semacam puisi dari ruang teramat sunyi. Kita simpan diam itu, di akhir malam. Berterima kasihlah kepada malam.

 

***

Siapakah kita sampai-sampai mesti curiga dan diam di hadapan cinta?

Saya curiga. Kau diam.

Kita ini siapa?

(Hening....hening....)

Kita ini siapa?

Saya curiga. Kau diam.

Siapakah kita sampai-sampai mesti curiga dan diam di hadapan cinta?

 

Kita berhenti pada doa. Berhenti bersama doa. Yah, doa!

Di Serambi Malam

: kita

Izinkan kami berbaring di

Pelupuk mata-Mu, Tuhan.

Menikmati teduh paling indah

Sepanjang usia samudera.

Izinkan kami lelap di

Palungan kasih-Mu, Tuhan.

Mencumbu damai paling purna

Lebih luas dari bentangan langit.

Tuhan,,,

Tuhan,,,

: kami ini siapanya Engkau?

(1 Agustus 2016)

Di hadapan cinta, kita tak ada apa-apanya. 

Di hadapan kita, cinta segalanya. 

Segalanya!

 

Aku hendak mencintaimu dengan mata hati yang terbuka lebar, Sayang.

Menjangkau sisi-sisi dirimu yang luput dicengkeram apa pun.

Mencintaimu lebih terang dari cahaya.

Di hadapan cinta, kita tak ada apa-apanya. 

Di hadapan kita, cinta segalanya. 

Segalanya!

 

(3 Agustus 2016)

-Reinard L. Meo

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun