Mohon tunggu...
Reinard L. Meo
Reinard L. Meo Mohon Tunggu... Freelencer dan relawan sosial -

Pemuda baik-baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"O Uwi" Bukan Itu! (Tanggapan Terbuka Atas Liputan Metro TV)

20 Januari 2019   17:42 Diperbarui: 20 Januari 2019   18:02 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'O Uwi' adalah tarian yang monoton, membentuk lingkaran, tanpa musik - sekali lagi tanpa dipandu alat musik apa pun -, dan beberapa dari penari, khususnya laki-laki, akan menyanyikan sahut-menyahut sejumlah sajak yang akan dijawab atau disambut penari lainnya membentuk harmonisasi yang memungkinkan tarian semakin enak dan seru ditarikan.

Sekali lagi, yang Anda saksikan itu bukan tarian 'O Uwi', itu tarian kreasi yang dipakai/dibuat termasuk dalam perayaan yang bukan Reba. Soal tarian 'O Uwi', akan segera saya tulis lagi, lengkap dengan gambar pendukung untuk memberikan gambaran yang sebenar-benarnya soal 'O Uwi'.

(2c) Narasi liputan terlalu lengkap dan kaya untuk hasil penggabungan potongan video yang terlalu singkat dan miskin. Narasi bicara hampir seluruhnya tentang Reba, yang ditayangkan hanya potongan Misa Reba dan acara singkat sesudahnya. Reba lebih kaya dan kompleks dari itu.

(3) Anjuran.

(3a) Judul liputan diganti. Bukan: 'Perayaan Reba' melainkan 'Perayaan Misa Reba', meski untuk kedua judul ini pun, narasi dan cuplikannya mesti dibuat lebih lengkap.

(3b) Liputan mestinya tidak buru-buru diturunkan, kalau memang yang mau diliput itu Perayaan Reba. Bisa menanti sampai Reba selesai, agar dapat menampilkan tarian 'O Uwi' dan acara inti lainnya yang sesungguhnya.

(3c) Anda yang ingin tahu lebih dalam tentang Reba, dengan menjadikan liputan ini sebagai acuan, dapat melakukan: (a) riset serius, (b) hadir langsung untuk sekadar menyaksikan, (c) bertanya pada narasumber yang kredibel (karena sejujurnya banyak orang Ngada sendiri mulai gagap atas budayanya sendiri), atau (d) membaca lebih banyak sumber lain.

(4) Sedikit catatan. 

Misa Reba adalah penggabungan yang terpaksa diterima oleh sebab intervensi Gereja lokal. Misa adalah misa, Reba adalah reba. Menggabungkan keduanya, mestinya tidak bisa diterima begitu saja, atau diterima, dengan sejumlah catatan penting. Poin ini bisa kita diskusikan lebih dalam, terlepas dari liputan Metro TV yang jadi fokus tanggapan saya kali ini. *

- Reinard L. Meo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun