Mohon tunggu...
Reinard L. Meo
Reinard L. Meo Mohon Tunggu... Freelencer dan relawan sosial -

Pemuda baik-baik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jean-Paul Sartre (Sekadar Pengantar)

11 Januari 2019   23:48 Diperbarui: 12 Januari 2019   00:03 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Jean-Paul Sartre et Simone de Beauvoir Rome - sumber: fr.muzeo.com)

Lahir di Paris, 21 Juni 1905, meninggal di Paris, 15 April 1980 pada umur 75 tahun lebih sedikit. Filsuf kontemporer cum penulis karya sastra ini pernah diberi Hadiah Nobel Sastra pada 1964, tapi dia menolaknya. Matanya juling, perokok berat, dan dianggap sebagai yang paling serius mengembangkan salah satu aliran filsafat yang hingga kini dikenal sebagai Eksistensialisme.

1. "Eksistensi mendahului esensi"

Kalau Anda buka dan simak dengan cermat Ngaji Filsafat yang dibawakan Fahruddin Faiz tentang Sartre di youtube, Anda akan temukan 2 pesan menarik dan penting dari Faiz seputar tafsirannya atas Eksistensi menurut Sartre.

Pertama, lebih baik disindir 'pencitraan' saat bantu orang, daripada diam duduk pangku kaki dan kritik orang yang sedang bantu sebagai pencitraan. Kedua, berhadapan dengan kelompok atau kubu yang tidak kita sukai, kita dengan mudahnya menyebarkan apa saja (entah link berita atau meme), tidak peduli itu benar atau tidak, rasis atau tidak. Giliran sebaliknya, kita dengan mudah menuduh bahwa pihak lawan menyebarkan hoaks, rasis, juga sentimen.

Bagi Sartre, eksistensi mendahului esensi.

Manusia, dalam frasa Heiddegerian, menentukan esensinya lewat 'caranya berada': you are what always you do on your daily life!

2. Orang Lain

Dalam salah satu teks filosofis yang paling berat dan sulit, Sartre menyebutkan dua model pertemuan dengan orang lain (atau sesama) [baca selengkapnya dalam Franz Magnis-Suseno, Etika Abad Keduapuluh. 12 Teks Kunci, 2010:57-60].

[Ketika saya melihat orang, orang itu juga melihat saya. Orang lain muncul sebagai saingan yang mengancam, yang 'mengobjekkan' saya. Adanya orang lain menghilangkan kebebasan saya].

Secara fenomenologis, [orang yang saya jumpai bukan sekadar benda atau 'objek' tambahan di antara benda-benda lain (misalnya sebelum Margareth masuk ke kamar saya, yang ada dalam kamar saya hanya lemari, buku, gelas, laptop, sepatu, lilin, dan lain-lain).

Begitu ada orang (Margareth) muncul, ia menjadi pusat perhatian saya dan semua benda yang sebelumnya ada 'di alam semesta' saya (kamar) seakan-akan berfokus pada orang itu (Margareth). 'Alam semesta' saya berubah total. Begitu orang lain muncul, ia 'mencuri dunia dari saya'].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun