Mohon tunggu...
Erllysa Deviana Wanna Putri
Erllysa Deviana Wanna Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Universitas Gunadarma Fakultas Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menegakkan Kesetaraan Gender: Mengubah Pola Pikir Masyarakat Tentang Penerapan Budaya Patriarki

25 Januari 2024   22:30 Diperbarui: 25 Januari 2024   22:31 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya patriaki dikenal sebagai budaya yang dimana laki laki mendominasi perempuan dalam sebuah rumah tangga atau pekerjaan. Budaya patriaki bisa juga disebut sebagai sistem yang menempatkan laki laki sebagai posisi utama, perempuan sebagai posisi yang melengkapi laki laki dan anak sebagai generasi penerus. Sebagian besar, budaya patriarki ini beranggapan bahwa kodrat perempuan adalah melahirkan dan mengerjakan semua pekerjaan rumah. Budaya ini sampai sekarang masih diterapkan pada suku Jawa. 

Dalam masyarakat jawa, posisi laki laki selalu paling utama atau paling tinggi dibandingkan perempuan, sehingga sedari kecil perempuan sudah dihadapkan dengan tugas tugas atau pekerjaan rumah. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa budaya ini benar, maka dari itu banyak opini publik yang mengatakan bahwa perempuan percuma menempuh tinggi pendidikan karena perempuan akan berarkhir dirumah mengurus suami, rumah, dan anak. Dalam bidang pekerjaan pun, terkadang perempuan dianggap lebih lemah dibanding laki laki. Oleh karena itu, banyak pekerjaan yang mendiskriminasi perempuan.

Pandangan budaya patriarki dalam islam

Islam bukanlah agama patriarki. Semua manusia adalah sama dan berasal dari satu sumber yaitu Allah SWT. Satu-satunya perbedaan antara orang tersebut adalah kualitas kinerja dan kesalehan mereka. Sebagaimana tertulis dalam Al Quran Surah Al Zaryat 51:56 , yang artinya: Dan Aku menciptakan jin dan manusia hanya agar mereka dapat mengabdi kepada-Ku. (Mulia, 2014b: 32). Islam tidak mengajarkan bahwa kedudukan perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Islam mengajarkan bahwa ketika seorang wanita menikah, tanggung jawabnya atas dirinya ada pada suaminya, laki-laki. Islam sangat menghormati wanita. Karena sebaik-baiknya laki-laki muslim adalah yang berbuat baik kepada istrinya. Islam memberikan penghormatan yang tinggi kepada wanita muslim. Mereka tidak mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah. Hal ini bukan berarti perempuan digambarkan sebagai laki-laki yang lemah dan memberatkan, namun Islam menghormati perempuan dalam konteks tugas mereka yang sangat penting dalam rumah tangga.

Pentingnya menghilangkan budaya patriarki

Untuk memajukan keadilan dan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan, sangat penting untuk memperdalam pemahaman tentang kesetaraan gender dalam masyarakat. Kesetaraan gender, dalam arti sebenarnya, berarti kondisi yang setara bagi laki-laki dan perempuan. Budaya patriarki menimbulkan kesenjangan dan ketimpangan partisipasi perempuan sehingga harus dikucilkan dari masyarakat. Patriarki yang tertanam juga berdampak negatif terhadap perkembangan generasi dan bangsa, karena patriarki hanya menghilangkan kesempatan dan peluang bagi perempuan di berbagai bidang. Menyikapi tergesernya budaya patriarki, muncullah konsep kesetaraan gender. Dalam konsep kesetaraan gender, perempuan dan laki-laki tetap mempunyai persamaan hak, meskipun tetap mempunyai bagian. Kesetaraan gender harus dipromosikan dari aspek kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan keluarga dan pendidikan. Dampak budaya patriarki terhadap perempuan yaitu laki-laki memandang rendah perempuan dan seenaknya saja. Kejahatan tampaknya terus terjadi, dan permasalahan ekonomi, sosial, dan budaya di masyarakat mendorong terjadinya kejahatan seperti pencurian, penganiayaan, amoralitas, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Dalam dunia kejahatan, perempuan seringkali menjadi ancaman dan sasaran. Selain itu, hasrat seksual laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan, sehingga dapat berujung pada tindakan kejam. Budaya patriarki ini harus menjadi ekspresi dari perjuangan kita yang berkelanjutan untuk hak-hak perempuan. Memberantas budaya memang tidak mudah, namun mengurangi budaya bisa menjadi sumber harapan.

Dalam struktur sosial, tujuan gender adalah menjadikan perempuan sebagai kelompok mandiri di antara laki-laki.  Pelecehan verbal dan non-verbal dianggap sebagai konsekuensi dan dianggap sah bagi perempuan. Perbedaan gender bukan disebabkan oleh jenis kelamin, menstruasi, hormon, atau genetika. Gender merupakan produk konstruksi sosial dalam masyarakat. Masalah ketidaksetaraan gender tidak bisa diselesaikan hanya dengan memberi perempuan lebih banyak kesempatan, namun kita perlu mengubah perspektif kita secara mendasar.

Dampak positif hilangnya budaya patriarki

1. Kesetaraan gender

Menghilangkan budaya patriarki merupakan landasan penting untuk mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya. Hal ini berarti memberikan hak yang sama kepada setiap orang dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi politik, tanpa memandang gender.

2. Maksimalkan potensi

Terbebas dari stereotip gender dan peran tradisional, setiap orang mempunyai peluang untuk mencapai potensi maksimalnya. Hal ini mengarah pada masyarakat yang lebih produktif dan inovatif.

3. Mengurangi Kekerasan dan Diskriminasi

Budaya patriarki seringkali berkontribusi terhadap kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Dengan menghilangkan budaya ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan inklusif bagi semua orang.

4. Keadilan dalam Keputusan

Keadilan gender merupakan prinsip dasar penghapusan budaya patriarki. Artinya, semua individu mempunyai kesempatan yang sama untuk mengambil keputusan dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk keluarga, pekerjaan, dan masyarakat.

5. Kemajuan Sosial dan Ekonomi

Masyarakat yang menghargai kesetaraan gender dan menghapuskan budaya patriarki cenderung lebih progresif secara sosial dan ekonomi. Karena seluruh potensi yang dimiliki setiap individu dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama.

6. Mengubah norma-norma sosial

Menghapus budaya patriarki dapat menciptakan norma-norma sosial yang lebih inklusif dan kooperatif. Artinya, generasi mendatang dapat tumbuh dalam lingkungan yang lebih seimbang.

7. Dampak positif pada kesehatan mental dan emosional

Mengurangi tekanan dari peran gender yang kaku dapat berdampak positif pada kesehatan mental dan emosional seseorang. Hal ini memungkinkan mereka untuk hidup lebih bebas dan otentik.

Mengubah pola pikir tentang budaya patriarki ini secara langsung mendukung gerakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tentang Kesetaraan Gender. Maka dari ini, marilah membuka pikiran yang luas dan positif guna mempertahankan kehidupan yang aman, nyaman, dan damai.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun