Mohon tunggu...
Erlinda Yuly Ekasari
Erlinda Yuly Ekasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga_Fakultas Kedokteran Gigi

Terus berkarya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Muncul Kasus Hepatitis Akut pada Anak di Indonesia, Perlukah Diwaspadai?

25 Mei 2022   13:10 Diperbarui: 25 Mei 2022   15:18 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sehatq.comn

Seiring berjalannya waktu, berbagai pemberitaan yang muncul terkait Covid-19 berakibat pada munculnya pemberitaan-pemberitaan isu lain. Seperti isu sosial, politik hingga keagamaan. Oleh sebab itu, informasi mengenai Covid-19 menjadi perbincangan utama di media. Salah satu pemberitaan yang menarik di sela-sela meredanya pemberitaan terkait Covid adalah munculnya wabah Hepatitis akut.

Kasus hepatitis akut pertama kali muncul di Inggris Raya pada 5 April 2022. Sejak pertama kali diberitakan, mencuat laporan terkait lonjakan kasus penyakit tersebut. Lonjakan kasus terjadi di Asia, Eropa sampai Amerika. 

Oleh karena itu, WHO mengumumkan bahwa Hepatitis akut sebagai kejadian luar biasa (KLB). Hepatitis akut menyerang anak-anak rentan usia 0-16 tahun dan yang terbanyak adalah anak usia dibawah 10 tahun. Bahkan dilaporkan bahwa 17 dari 170 anak penderita Hepatitis akut memerlukan transplantasi hati (Kemenkes RI, 2022)

Dilansir dari National Library of Medicine, hepatitis akut adalah sebuah istilah yang digunakan untuk kondisi peradangan akut parenkim hati atau biasa disebut nekrosis hati. Peradangan ini disebabkan oleh infeksi dan non infeksi.  

Menurut penelitian J. Schaefer Timothy dan John Savio pada tahun 2021 disebutkan bahwa penyebab infeksi hepatitis akut yang paling umum adalah sekunder dari infeksi virus (Hepatitis virus akut).

Hepatitis akut di Indonesia masih dikategorikan oleh WHO sebagai hepatitis ‘Misterius’ atau acute hepaptitis of unkonown aetiology karena hasil identifikasi laboratorium menunjukkan penyakit hepatitis ini tidak berhubungan dengan penyakit hepatitis A, B,C,D dan E yang umum terjadi. 

Secara keseluruhan, bisa dikatakan bahwa penyebab penyakit hepatitis akut ini belum diketahui. Kasus hepatitis akut di Indonesia belum diwaspadai oleh masyarakat, karena gejalanya seperti mual, muntah, kuning (Jaundice), demam hingga gangguan pencernaan yang dinilai sebagai penyakit ringan.

Munculnya kasus hepatitis akut ini, ada 3 anak meninggal dunia pada kurun waktu 2 minggu terakhir 30 April 2022. Dari keterangan Kemenkes, 3 pasien ini merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat.  Per 9 Mei, kasus Hepatitis akut di Indonesia meningkat menjadi 15 kasus. Gejala yang dialami pasien ini diantaranya :

  • Mual
  • Muntah
  • Diare berat
  • Demam
  • Kuning
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran

WHO menyatakan bahwa telah menerima laporan kasus sedikitnya 228 laporan per Mei 2022. Meskipun sudah tergolong banyak, namun penyebab dari hepatitis akut sendiri belum diketahui dan masih dalam tahap penyelidikan. 

Meskipun penyebabnya belum diketahui secara pasti, penting bagi kita untuk mewaspadai diri serta keluarga dari terinfeksinya hepatitis akut ini. Cara apa saja yang perlu diadaptasi dalam kemumculan kasus hepatitis akut ini? berikut penjelasannya :

  • Rutin mencuci tangan sebelum makan karena untuk menjaga kontaminasi virus maupun bakteri dari makanan yang kita makan
  • Tidak bergantian alat makan
  • Selain memperhatikan higienitas makanan, kita juga penting untuk menjaga kebersihan lingkungan.
  • Penting untuk memperhatikan mengenai tempat pembuangan akhir / septic tank yang harus tertutup. Hal ini menjadi edukasi yang sangat penting teruntuk masyarakat yang tempat tinggalnya belum menerapkan septic tank tertutup.
  • Menjaga protokol kesehatan serta menghindari kontak dengan orang sakit

Untuk mencegah agar tidak semakin banyak kasus Hepatitis akut di Indonesia, pemerintah pusat, daerah, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan perlu meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi, seperti yang diatur dalam Surat Edaran Kementerian Kesehatan terbaru terbitan 28 April lalu. 

Pemerintah daerah perlu memaksimalkan kewaspadaan dini untuk memantau sindrom penyakit kuning (Jaundice) akut. Lalu, pemerintah perlu menetapkan rumah sakit rujukan setiap provinsi yang khusus untuk antisipasi penyebaran kasus Hepatitis akut. 

Saat ini pemerintah batu menunjuk Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianto Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan specimen hepatitis akut dengan gejala berat. Yang tak kalah penting, pemerintah perlu menentukan kebijakan deteksi prioritas virus di laboratorium pada kasus hepatitis akut ini yang biayanya ditanggung pemerinntah. 

Alangkah baiknya, pemerintah membuat system informasi publik tentang segala yang berhubungan dengan penyakit ini yang mudah diakses secara cepat dan mudah oleh seluruh masyarakat agar menambah kewaspadaan terhadap penyakit hepatitis akut ini.

Peran serta masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan dalam menjaga tertularnya hepatitis akut. Masyarakat Indonesia harus melek informasi dan bersifat dinamis terhadap perubahan. Jangan takut, tetap tenang namun selalu wapada. Ketakutan yang berlebihan akan berdampak pada kondisi kesehatan fisik dan psikis. 

Bagi siapa saja yang telah mengetahui terkait berita merebaknya kasus hepatitis ini, komunikasikan kepada orang-orang sekitar untuk tidak takut namun tetap waspada, yang terpenting adalah menjaga kebersihan makanan serta lingkungan, waspada terhadap penggunaan alat makan secara bergantian, berolahraga teratur untuk menjaga ritmisitas tubuh dan pengendalian stressor yang dapat memicu ketidakstabilan emosi. Bila menemui gejala-gejala yang timbul, segera berkonsultasi kepada dokter sebagai penanganan lanjut.

Daftar pustaka :

Analisis Framing Berita Hepatitis Akut pada Merdeka.com dan PikiranRakyat.com

Dewi Novi Yanti, Hendra Setiawan Universitas Singaperbangsa Karawang DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.6529801

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-61295128

Kembang Sariadji, National Institute of Health Research and Development (NHRD), Ministry of Health Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun