Mohon tunggu...
Erlinda Vania
Erlinda Vania Mohon Tunggu... Penulis - anonymous writer

penulis berkedok tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bangun Personal Branding dengan Melek Teknologi

11 Juni 2022   17:13 Diperbarui: 11 Juni 2022   17:34 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram Formekers

Adanya pandemi Covid-19 yang sudah berjalan selama kurang lebih dua tahun ini mampu mempengaruhi setiap aspek kehidupan di masyarakat, salah satunya dalam dunia bisnis. Kondisi yang ada tersebut membuat sektor bisnis mengalami pergeseran dari offline menjadi online dalam setiap aspek nya. Hal ini juga dialami oleh komunitas Formekers yang berbasis pada dunia bisnis furniture, kerajinan dan seni, dimana setiap dinamika kegiatan yang semula dilakukan secara offline kemudian dialihkan secara online. Kegiatan yang mengalami perubahan tersebut dapat meliputi pameran, transaksi, promosi, komunikasi, dan lain sebagainya.

Hal tersebut menjadi tantangan bagi komunitas Formekers untuk dapat beradaptasi di masa pandemi saat ini dengan mengoptimalkan teknologi digital yang semakin maju agar setiap UMKM dibawahnya mampu untuk dapat terus bertahan dan mengalami perkembangan ditengah situasi sulit sekalipun. Namun, pada kenyataannya hal ini masih menjadi tantangan yang perlu dikejar bagi komunitas Formekers, mengingat mayoritas anggotanya berusia matang atau 45-60 tahun, sehingga membutuhkan usaha yang lebih bagi mereka untuk mempelajari teknologi digital yang ada.

Keadaan yang mengharuskan mereka untuk dapat melek teknologi sangat penting untuk dilakukan, mengingat saat ini segala sesuatu nya telah beralih serba virtual. Hal ini yang menjadi tantangan bagi komunitas Formekers untuk dapat membangun portofolio digital baik berupa video, pemasaran, media sosial ataupun virtual show pameran. Komunitas Formekers cenderung melakukan personal branding melalui media sosial seperti Instagram, Facebook ataupun Youtube. Namun, kegiatan tersebut saya rasa masih belum dilakukan secara maksimal melihat konten yang diunggah kurang dikemas secara apik dan kreatif.

Pemanfaatan media sosial sebagai personal branding komunitas perlu dimaksimalkan dengan mengunggah konten visual yang menarik dan kreatif agar tidak terkesan monoton atau membosankan. Mengingat anggota komunitas masih dalam tahap beradaptasi dengan teknologi digital, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bimbingan atau pelatihan kepada para anggota komunitas terkait penggunaan teknologi digital. Pelatihan yang diberikan berfokus pada pembuatan konten yang menarik dan kreatif di media sosial untuk meningkatkan branding sekaligus engagement. Misalnya, dalam konten feed di Instagram perlu memuat hal yang unik, up to date, kreatif, serta caption yang menarik. Selain itu, diperlukan adanya interaksi dengan followers yang dapat dilakukan dengan membuat konten QnA ataupun kuis guna menjangkau khalayak lebih luas. Pelatihan dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Canva sebagai media untuk melakukan edit atau mendesain konten dengan memanfaatkan berbagai fitur yang dapat diakses secara gratis.   

Hal ini seturut dengan teori yang dikemukakan Lasswell, dimana ia membagi lima unsur komunikasi, yaitu sumber (source), pesan, saluran atau media, penerima dan efek (Deddy, 2019:69). Komunitas Formekers dalam hal ini berperan sebagai sumber atau pihak yang berinisiatif membangun personal branding melalui pesan yang diolah dalam bentuk konten di media sosial. Melalui hal tersebut, harapannya seseorang mampu menangkap makna pesan yang disampaikan melalui konten dimedia sosial sekaligus meningkatkan awareness dan membangun reputasi positif bagi komunitas.

Selain itu, komunitas Formekers masih belum memiliki website resmi dimana seharusnya hal ini menjadi salah satu platform yang penting untuk membangun portofolio dan meningkatkan personal branding. Selain itu, dengan adanya website dapat membantu masyarakat agar lebih tahu berbagai informasi terkait komunitas sekaligus membangun kredibilitas di era digital saat ini. Maka dari itu, diperlukan adanya upaya pembuatan website resmi bagi komunitas, dimana nantinya dapat dijadikan sebagai media promosi yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.  

Hal tersebut, sesuai dengan konsep digital marketing yang memanfaatkan teknik pemasaran digital untuk melakukan promosi ataupun memperluas jangkauan pasar tanpa adanya batasan (Wati, 2020:11). Website sebagai salah satu channel digital marketing mampu menyediakan berbagai informasi yang tidak bisa memuat banyak di media sosial. Maka dari itu, website sangat perlu dimiliki oleh Formekers untuk menunjang perkembangan komunitas di era yang serba digital saat ini.

            Maka dari itu, dari adanya permasalahan komunitas Formekers terkait sulitnya para anggota beradaptasi dengan teknologi digital membuat personal branding yang berusaha dibangun di media sosial menjadi kurang maksimal. Maka dari itu, diperlukannya upaya berupa pelatihan akan penggunaan teknologi digital, sehingga mampu menghasilkan konten yang menarik di media sosial. Hal tersebut diperlukan untuk mendorong perkembangan dan membangun citra yang positif bagi komunitas.

Daftar Pustaka: 

Wati. (2020). Digital Marketing. Malang: PT. Literindo Berkah Karya

Mulyana, Deddy. (2019). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun