Tentang hari demi hari yang terlewati terasa begitu hampa. Melihat kenangan yang terukir amat indah. Bayangan penuh kebahagian berputar di kepala Ratih.
Pancaran wajah pucat yang menghiasi telah erat sejak kejadian naas yang menewaskan pujaan hatinya. Ezra, malaikat penyelamat bagi Ratih. Meninggal akibat kecelakaan saat hendak menyelamatkan Ratih dari sebuah truk ketika akan menyebrang di malam perayaan hari jadian hubungan mereka diresmikan.Â
Ezra menghembuskan nafas terakhir tepat di malam itu. Malam yang seharusnya menjadi pertemuan bahagia sepasang kekasih hati. Seketika berubah padam layaknya malam paling mencengkam dan mengerikan.
Sekujur tubuh Ratih membeku, lemas, mengais sedikit harapan Ezra bertahan. Namun, Tuhan mengambil Ezra untuk meninggalkan dunia selamanya.
Segala kejadian di malam itu, masih teringat jelas dalam ingatan Ratih. Dia terus mengingat, betapa menyedihkannya kesempatan yang terjalin antara dia dan Ezra.
Dalam dekapan sahabatnya Yuda, Ratih berujar "Yud, aku masih harus butuh waktu untuk memahami semua ini."Â
Berdamai tak selalu mudah, Yuda membiarkan ingatan Ratih untuk Ezra, "Ra, aku akan selalu dukung kamu." ujar Yuda tulus.
Ratih berpikir mungkin memang benar pepatah bahwa apapun bentuk perpisahan, tetaplah menyakitkan. Apalagi perpisahannya dengan seseorang yang dicintai karena kecelakaan maut.Â
Hidup diiringi cinta terkadang penuh resiko di depan mata. Keberuntungan tak selalu menyertai. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi. Pelajaran berharga dari saling mencintai harus saling mengikhlaskan. Sejatinya, cinta adalah keikhlasan.Â
Di bawah matahari terbenam, Ratih memandang langit "Aku akan selalu mencintaimu, Ezra. Di setiap hembusan nafas. Namamu tetap akan terkenang. Kupersembahkan tempat khusus di relung hatiku untuk yang tersayang," batin Ratih.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H