Mohon tunggu...
Erlinda Nuriswoyo
Erlinda Nuriswoyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ners Universitas Airlangga

Suka mencoba berbagai hal baru yang tentunya memiliki manfaat bagi diri dan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal The Five Stages of Grief: 5 Tahapan Kesedihan yang Belum Banyak Dikenal

8 Juni 2022   15:22 Diperbarui: 8 Juni 2022   15:26 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menjalani sebuah kehidupan, tidak dipungkiri bahwa setiap individu pasti akan mengalami berbagai perilaku emosional yang mampu memengaruhi kondisi psikis mereka. Kesedihan/kedukaan menjadi kondisi yang wajar ketika seseorang dihadapkan pada suatu peristiwa tidak menyenangkan dalam hidup. Alasan di balik kesedihan tersebut juga bermacam-macam, misalnya kematian orang tercinta, berakhirnya sebuah hubungan, kekecewaan yang mendalam, serta berbagai perubahan lain yang mampu mengubah sebuah kehidupan dalam sekejap.

Kesedihan yang terus-menerus juga dapat menimbulkan dampak pada kondisi fisik dan psikis secara tidak langsung. Namun, justru kondisi inilah yang belum banyak dikenali. Alasannya sederhana, karena sebagian besar dari mereka yang mengalami trauma psikis akan selalu mencoba tampil baik seolah tidak ada yang terjadi.

Seorang psikiater, Elizabeth Kubler-Ross (1969) menerangkan dalam bukunya yang berjudul "On Death and Dying" bahwa ada 5 tahap kesedihan yang akan dialami seseorang ketika mereka berada pada fase kesedihan. Lalu apa saja kelima tahap tersebut?

Penyangkalan (Denial)

Pada tahap ini, dunia terasa seperti tidak berarti lagi. Seseorang yang sedang berada pada tahap penyangkalan akan mengalami mati rasa. Akan ada banyak pertanyaan seperti "Apakah saya bisa bertahan dan terus melanjutkan hidup?"; "jika bisa, mengapa saya harus melanjutkan hidup saya?".

Amarah (Anger)

Kemarahan tidak mengenal batas. Luapan emosi ini tidak hanya meluas ke teman-teman, keluarga, diri kita sendiri, dokter, dan orang yang telah meninggalkan kita saja. Tetapi juga kepada Tuhan. Mungkin akan timbul pertanyaan "Mengapa Tuhan memberikan ujian ini kepada saya?"

Tawar menawar (Bargaining)

Perasaan ini pasti di alami oleh semua orang yang berada pada fase kesedihan. Seseorang yang berada pada tahap ini akan mengandai-andai bahkan rela melakukan apapun untuk tidak merasakan sakitnya kehilangan orang tercinta. Sebagai contoh, "Tuhan tolong ambil saja nyawa saya tetapi tolong biarkan ayah saya tetap hidup" atau "Jika saja ia masih hidup, keluarga kami pasti akan bahagia".

Depresi (Depression)

Setelah melalui tahap bargaining, perasaan hampa akan muncul dengan sendirinya dan kesedihan memasuki hidup kita pada tingkat yang lebih dalam. Tahap depresi ini terasa seperti akan berlangsung selamanya. Penting untuk dipahami bahwa depresi ini bukanlah tanda penyakit mental. Ini adalah respon yang tepat untuk kehilangan yang besar. Kita menarik diri dari kehidupan, ditinggalkan dalam kabut kesedihan yang mendalam. Beberapa orang pasti bertanya-tanya, "Mengapa saya yang harus ditinggalkan?"; "Untuk apa saya hidup tanpa ada dirinya di samping saya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun