Mohon tunggu...
Erlinda Ahmad
Erlinda Ahmad Mohon Tunggu... -

Mapan Lantaran Memberi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Dilamar di Masjid Al-Akbar

16 April 2012   07:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:33 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usiaku memang sudah tidak muda lagi hamper mendekati kepala 3, sudah semestinya aku menyempurnakan separuh agama, bahkan sudah pantas memiliki keturunan, ditambah lagi aku tergolong suku Madura yang lebih kental dengan image bahwa anak perempuan-perempuan di sana menikah dini,teman sebayaku baik di Madura maupun di tingkat perkuliahan sudah memiliki putra-putri, tapi nampaknya aku dinilai belum mendapatkan kepantasan untuk mengemban amanah itu dari-NYA atau usahaku belum maksimal untuk menjemput rizki jodoh dengan cepat yang sudah tersedia dengan lapang di depanku. Aku bersabar, introspeksi diri, berpikir, dan terus meyakinkan diri bahwa ini memang yang terbaik buatku dari-NYA dan melatih kesabaranku.

Keinginan untuk melangkah dalam menyeparuhkan agama ini berada dalam kebimbangan di mana antara iya dan tidak, aku takut, aku minder, semua perasaan menyelimutiku yang menjadikanku enggan menjalankannya. Aku berada pada titik kepasrahan, tapi tidak membuatku menggantungkan semuanya pada-NYA, aku berusaha mencari dan mengerjakan aktivitas yang sekiranya dapat mendukung terbukanya peluang mewujudkannya seperti baca-baca buku, menambah pertemanan, mengikuti sekolah pranikah dan lain sebagainya. Karena kepasrahan itu bukan berarti no action, ALLOH SWT tidak menyukai keputusasaan, kita harus terus berharap dan berusaha.

Usaha dari keluarga untuk mencarikanku sudah dilakukan, namun aku belum yakin dan tidak menemukan titik terang akan kesanggupan diriku untuk menjalankan janji suci dengan pilihan keluarga. Aku butuh seorang imam yang bisa membimbing , mengarahkan, saling support, dan mengingatkan untuk meraih Ridho-NYA. Usaha sudah dan terus aku tingkatkan ditambah dengan doa, doa, dan doa, hingga ALLOH SWT menilai diriku pantas menyempurnakan agamaku. Aku yakin, ALLOH SWT telah menyiapkan seseorang yang pantas dan sesuai yang aku butuhkan dan pada waktu yang tepat akan dipertemukan.

Waktu itu terus aku tunggu dan untuk mencegah munculnya kejenuhan dalam penantian ini, aku menyibukkan diri tanpa melupakan doa dan keyakinan akan waktu terindah itu. Tahun 2012 yang menurut prediksi suku Maya akan terjadi kiamat banyak mensugesti orang untuk menyegerakan menikah di tahun ini, bukan lantas aku juga teracuni oleh ramalan yang tidak wajib diAmini ini tapi aku menilai bahwa ini tahun yang tepat untukku meninggalkan status singleku. Tahun 2012 sudah akan berakhir tepat 5 bulan lagi, namun kepercayaan dari-NYA belum aku terima. Aku tak boleh menyerah tetap harus hamasah.

Ramadhan telah tiba, seperti tahun-tahun sebelumnya aku menjalaninya dalam kesendirian dan kebersamaan dengan teman kos atau keluarga tidak ada perubahan. Dan tepat akan melalui 10 malam terakhir, sesuai saran temanku agar di malam-malam ini diwajibkan untuk I’tikaf dan memperbanyak do’a dengan penuh keikhlasan dan sungguh-sungguh yang InsyaAlloh akan terkabulkan. Ya aku juga sangat yakin, semua doa di bulan Ramadhan apalagi di malam Lailatul Qodar (malam ganjil) pasti terkabul dan didengar oleh-NYA.

Tepat pada 21 hari bulan Ramadhan, aku memutuskan untuk berI’tikaf di Masjid Al-Akbar Surabaya dengan teman. Aku sangat antusias dan mengkhusukkan diri untuk bermunajat kepada Dia, aku yakin akan terkabulkan doa-doaku, aku menangis, mengemis pada Sang Maha Kaya, aku bersimpuh simbolis ketidakberdayaanku, aku merajuk untuk kebutuhan sebagai sunnah Nabi Saw, semua bersedia aku jalankan hanya untuk menagih simpati-NYA.

Menjelang akan terkumdangkan solat Shubuh, aku hendak mengambil wudhu dan ketika membuka mukena hpku bergetar. Namun aku mengabaikan dulu, aku beranjak menuju kamar mandi. 20 menit lamanya aku berwudhu karena antri banyak orang juga melakukan hal yang sama denganku. Setelah sampai di barisan aku hendak solat jamaah,sembari menunggu adzan shubuh aku sempatkan melihat hpku, dan ternyata Subhanalloh isi sms itu”Semoga Alloh SWT memberkahi niatku untuk menjadikan dirimu sebagai bidadari bumiku yang pertama, yang terakhir, sampai maut memisahkan bahkan hingga di Surga. Bersediakah wahai ukhti? Masihkan ada hatimu yang terukir namaku?”.

Sujud syukur, menangis bahagia, bibir membisu, jantung berdetak sangat kencang, rasa tak percaya membaca isi sms yang meminta aku untuk dijadikan bidadarinya. Dan yang paling membuat aku semakin amat sangat berterima kasih, terkejut orang yang mengirim sms itu adalah orang yang selama ini aku dambakan, aku harapkan untuk menjadi imam. Dia memang satu tahun yang lalu tahu nomor hp dari temanku yang juga temannya karena ada kepentingan sosial. Dia mengenalku ketika sama-sama menimba bidang ilmu yang sama di salah satu Institut Negeri di Surabaya. aku memang telah lama menaruh hati pada dia, sejak aku tahu siapa dia.

Ya Rahman Ya Rahim, terima kasih untuk hadiah, anugrah atas kesabaranku, atas positif thingkingku, atas keyakinanku untuk diri-MU, ini adalah buah dari semua yang telah aku lakukan. Sekali lagi dan selalu Engaku tak pernah membuatku menangis dan selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Alhamdulillah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun