Suro dalam kalender Jawa, warga desa Tlekung di Kecamatan Junrejo, Kota Batu menyelenggarakan tradisi Iber-Iber. Berbagai kegiatan dilaksanakan mulai dari membersihkan punden, mengirim sesaji untuk leluhur desa, dan mengadakan kenduri sebagai ucap syukur atas rahmat dan hidayatNya dan meminta perlindungan kepada Allah swt serta menghormati para leluhur desa yang telah membukakan alas untuk desa Tlekung.
Memasuki kalender Tahun baru Islam 1 Muharram 1443 atau yang dikenal bulanTradisi Iber-Iber dilakukan oleh perangkat desa dan juga sebagian sesepuh masyarakat sebelum melakukan bersih desa. Kegiatan ini dilakukan dengan mengirim sesaji ke 11 titik yang dipercaya sakral sebagai punden makam leluhur desa dan juga pawuhan sebagai tempat pengolahan sampah.Â
"Sesaji yang dipersembahkan kepada leluhur desa berupa cok bakal yang terdiri dari bunga setaman, rokok, telur, minyak wangi, dan dupa. Kegiatan ini merupakan tradisi warga desa Tlekung menjelang acara bersih desa dan selametan desa" ujar Pak Bambang selaku perangkat desa, Senin (09/08/2021).
Sebelas titik yang dipercayai sebagai tempat sakral tersebut antara lain; Punden Mbah Gatel, Punden Krapyak, Punden Sentono, Punden Dauhan Kalilasim, Punden Sumberurip, Punden Kali Kulon, Punden Babakan Suwarni, Punden Kutukan Nik Melik, Sumber Kali lanang, Sumber Kali Wedok, Kali Ampo, dan Pawuhan. Beberapa tempat tersebut diyakini memiliki cerita sejarah yang dianggap penting bagi masyarakat desa Tlekung.
Punden Mbah Gatel, punden ini diyakini sebagai makam leluhur yang dulunya membuka atau membabat alas sehingga terbuka lahan sehingga bisa ditempati untuk warga desa Tlekung.Â
Selanjutnya,Punden Sumberurip yakni tempat yang dulunya digunakan untuk pemandian para raja dan ratu pada jaman kolonial Jepang. Kemudian, Sumber Kali Lanang dan Sumber Kali Wedok, sumber ini menjadi satu lokasi akan tetapi berbeda titik yang berada di bagian atas untuk Sumer Kali Lanang dan bawah untuk Sumber Kali Wedok. Dan juga Kali Ampo yang diyakini juga sebagai sumber mata air yang menghidupi warga desa Tlekung dari jaman dahulu dan sekarang.
Usai menggelar tradisi di 11 titik Punden, pada malam harinya dilaksanakan doa bersama di rumah kepala desa Tlekung bapak Mardi dengan harapan doa bersama ini bisa menjauhkan dari balak selama setahun ke depan umumnya untuk Desa Telkung, khususnya untuk warga yang datang di acara dan mengkonsumsi sesaji tersebut.Â
Setelah pelaksanaan ritual Iber-Iber dan selamatan di rumah bapak kepala desa, keesokan harinya dilanjutkan dengan kegiatan kenduri di Dawuhan Ibo, nama dawuhan memiliki arti air yang mecah atau bercabang, sedangkan Ibo adalah nama leluhur yang membuka hutan (babat alas) guna memecah air untuk memberi kehidupan warga desa Tlekung. Dawuhan Ibo ini terletak di dekat air terjun Coban Rais. Kemudian dilanjutkan lagi kenduri tepatnya di tandon Sumber Murni (Parang Bedeg) yang terletak di dekat air terjun Coban Putri.
Secara menyeluruh, tujuan dari bersih desa ini adalah untuk memohon berkat agar hasil panen berikutnya melimpah, seluruh warga diberi kesehatan dan menjadikan desa yang aman, tentram, gemah ripah loh jinawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H