Dapat kita bayangkan, hal apa yang terjadi bila kita menjawab celoteh Adi seperti jawaban pengandaian dari cara para orangtua tadi, apalagi menertawakannya, lalu tidak peduli bahkan melarang anak berekplorasi dengan imajinasinya, karena tidak menyukai rumah bersliweran kabel imajinasinya?
Dia akan tidak terstimulasi untuk leluasa mengungkapkan pendapatnya, mengembangkan passionnya.
Dia akan lebih berpikir, "Ah, ntar aku ditertawakan. Mereka tidak menyukai ceritaku. Mereka tidak menyukai apa yang menjadi kesukaanku. Lebih baik aku diam saja atau lebih baik aku lakukan yang membuat mereka senang saja."
Siapa yang rugi? Tentunya kita, sebagai orangtua ataupun guru
Mereka tidak menjadi diri mereka sendiri. Dan kesempatan mengeksplorasi serta menangkap minat serta bakat peserta didik atau anak kita berlalu.
Padahal bila dari dini kita mengetahuinya, akan sangat powerfull memfasilitasi perkembangan diri anak terkait minat dan bakatnya.
Bahkan kita bisa meneguhkan passion mereka dengan ungkapan yang membangun, misalnya: "Dari pengamatan mama/papa/ibu/bapak guru, Adi memiliki kemampuan yang kuat dan bagus, lho dalam menolong teman-teman."
"Wah, permainan gitar kamu tadi sudah secanggih papa. Bakat musik ini bagus dan perlu dilatih terus, Adi." dll ungkapan yang meneguhkan keberbakatan dan minatnya
Pembelajaran akan lebih mudah dilakukan bagi si Adi yang menyukai musik, adalah saat dilakukan melalui lagu, bernyanyi memainkan alat musik sederhana, mengarang lagu dll
Anak makin bangga dengan dirinya, dan percaya diri dengan minat serta bakat yang ada dan mendorong dirinya.
Selamat menggali bakat dan minat peserta didik ataupun anak-anak kita, bapak dan Ibu guru hebat, beserta para orangtua hebat. Tak pernah disesali upaya kita menggalinya sedari usia dini hidup mereka.