Mohon tunggu...
Erlyn Choirun Nisa
Erlyn Choirun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Uin Maliki Malang. Tinggal di kota Malang asal Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Anak Pertama, Jadi Objek Perdana Percobaan dalam Pengasuhan?

2 September 2016   10:34 Diperbarui: 2 September 2016   10:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam lingkup keluarga, tidak pernah dipungkiri banyak sekali permasalahan yang menimpa dalam keluarga terutama keluarga yang orangtuanya otoriter. Masalah-masalah datang dikarenakan banyaknya batasan-batasan yang dilayangkan kepada anak, sehingga rasa kebebasan dan kesenangan anak berkurang.

Rasa was-was pengasuhan para orangtua memang lumrah, namun jika pengasuhan yang terlalu mengekang juga tidak baik, akan dapat berdampak pada emosional anak. Para orangtua seharusnya tau, bahwasannya rambu-rambu dalam keluarga dapat ditindak lanjuti dengan rasa kebersamaan, bukan hanya karena rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh para orangtua, sehingga tak heran jika anak membabi buta karena ketidaknyaman dalam lingkup keluarga, terutama pada emosional anak pertama.

Anak pertama biasanya merasa harus memikul beban dalam keluarga yang seperti ini, sehingga emosi yang dirasakan terpendam begitu lama sehingga ketika anak melakukan tindakan tegas dengan cara emosi yang tidak stabil dan dapat mengombang-ambingkan atau membahayakan hidupnya sendiri.

Jika sudah terjadi terjadi seperti itu, anak langsung berusaha tidak patuh pada rambu-rambu yang telah diatur oleh orangtua. Permasalahanpun terjadi seperti halnya:

1. Anak yang keluar dari rumah hingga malam

2. Anak cenderung keluar rumah tanpa izin

3. Anak tidak dapat berkomunikasi secara kekeluargaan

4. Anak yang memberontak jika dinasehati

Itu masalah sering terjadi jika suasana rumah tidak mendukung emosionalnya, sehingga adapula yang sampai anak keluar rumah selamanya, karena mungkin yang dirasakan anak adalah kekecewaaan dan penderitaan, sehingga anak berani melakukan itu.

Ketika semua itu menjadi kompleks, orangtuapun akhirnya mengubah aturan rumah, sehingga kasih sayangpun dan rasa kepedulian yang lebih dan yang dibutuhkan anak lebih diberikan kepada anak, yang itupun oleh anak pertama tidak pernah dimiliki.

Sebenarnya orangtua yang ideal adalah orangtua yang tau keinginan, kebutuhan, hak anak, karena anak juga memerlukan sosialisasi dan juga kebebasan, sehingga dengan ini anak akan lebih patuh dan dapat menjalin komunikasi dengan keluarga secara baik dan komunikasi menjadi rutinitas atau obat ketika permasalahan datang. Dan masalah dapat diatasi dengan baik tanpa ada yang merasa dirugikan.

Sangat disayangkan jika kejadian seperti itu masih berlanjut, karena masa depan anak juga menjadi dampaknya, karena ketika permasahan diri anak belum terselesaikan maka semua yang dilakukan anak akan menjadi tidak terarah dan tidak ada minat karena motivasi orangtualah yang sangat diperlukan dan kepedulian orangtua kepada anak.

Orang tua ketika mendapati anaknya yang sedang kalut, sebenarnya motivasi dari orangtualah yang dapat membangkitkan semangat anak dalam menjalani hidup, namun jika yang terjadi malah orangtua yang hanya abai dalam segala permasalahan anak, maka miss comunication lah yang terjadi. Dan ketika itu terjadi permasalahan yang lebih besar yang kemudian terjadi.

Orangtua adalah kebanggaan anak, yang mana ketika tingkah laku orangtua yang kurang mendominasi anak, kurang perhatian dan peduli pada anak, maka sebenarnya anak merasa sedih atas apa yang tengah terjadi padanya. Anakpun juga membutuhkan kasih sayang dari orangtua seperti kasih sayang dan kepedulian yang diberikan orangtua kepada teman-temannya yang lainnya.

Dan anjuran untuk para orangtua, lebih pedulilah pada apa yang sekarang lebih dibutuhkan anak. Karena anak adalah sebuah harta yang dapat berharga ketika orangtuanya mendidiknya dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun