Peralatan hidup sehari-hari seperti tugal, isoak (tempat air atau juga tempat arwah)
Pakaian dan perhiasan : koteka (pakaian laki-laki), sali dan yokal (pakaian perempuan), noken, hiasan kepala, hiasan hidung, hiasan tangan, dan kalung
Alat musik pikon
Peralatan perang seperti busur -- panah, tombak, tongkat komando
Kampung tradisional yang di dalamnya terdapat rumah/bangunan honai, ebeai, hunila, dan wamdabula yang semuanya berkontruksi kayu, rumput dan alang-alang
Tradisi bercocoktanam dengan pola bedeng
Tradisi memasak makanan dengan cara bakar batu
Pesta babi (wam awe) yang di dalamnya memuat banyak ritual adat seperti himiyokal, Apwaya, bayar denda-denda adat, bayar mas kawin, penyucian benda-benda sakral (kaneke).
Peninggalan budaya maupun benda-benda tradisi budaya suku Hubula seperti disebutkan di atas merupakan hasil karya intelektual nenek moyang mereka dalam kerangka beradaptasi terhadap lingkungan alamnya, yang telah memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta telah menata lingkungan alam menurut pandangan kearifan mereka.
Pada sisi lain, Â benda-benda budaya tersebut menggambarkan bagaimana hubungan sosial budaya masyarakat, bentuk kepercayaan, pola kerja, dan karya seni serta perjalanan sejarah manusia suku Hubula. Bangunan dan artefak baik yang kuno maupun tradisi merupakan sisa-sisa kegiatan manusia yang dengan sengaja ataupun yang tanpa sengaja ditinggalkannya dapat memberi pandangan terhadap cara manusia memandang maupun mengatur hidupnya (Magetsari, 2016).
Melalui karya-karya budaya tersebut, kita dapat menggali dan mengungkapkan nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang yang telah melampaui suatu proses perjalanan sejarah yang sangat lama dan panjang, sehingga nilai-nilai tersebut telah berurat dan berakar dalam kehidupan masyarakat pendukungnya sebagai indentitas atau jatidirinya.