Judul Novel: Melawan Arus Pengarang : Raffreds Northman Penerbit : Nulis Buku Tanggal Terbit : 31 Oktober 2013 Kota Terbit : Jakarta Jumlah Halaman : 174 hal Pertama sekali saya mengetahui novel ini dari teman saya yang aktif berorganisasi di sebuah komunitas penulis. Teman saya menunjukkan sampul novel ini di sebuah situs dan saya langsung tertarik. Desain sampulnya unik, seperti teka-teki misterius yang ingin diungkap. Saya buka situs tersebut dan membaca sedikit sinopsis dari novel ini. Novel ini adalah novel perdana yang dibuat oleh Raffreds Northman. Melawan Arus menceritakan tentang perjuangan seorang anak petani miskin di Desa Sidamanik, Sumatera Utara dalam mengubah nasib keluarganya. Hendry adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang petani teh dan buruh serabutan, sementara ibunya seorang penjual kopi. Hendri adalah anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Karena keluarganya tidak memiliki televisi, maka setiap hari ia menumpang di rumah teman sekolahnya untuk menonton televisi. Ia kerap menghayal suatu hari bisa seperti artis di televisi tinggal di rumah mewah di Jakarta dengan bergelimangan harta. Maklum saja, keluarganya tidak mampu secara ekonomi. Tekadnya untuk mengubah nasib keluarganya ia buktikan dengan bersekolah dengan rajin dan tekun. Selepas SMP, ia berhasil diterima di sebuah sekolah SMA negeri unggulan di pusat kota Medan. Beruntung, finansial keluarganya membaik. Ayahnya kini bisa membeli rumah yang lebih layak dari sekedar gubuk. Keinginan Hendry tak hanya sampai disitu. Ia belajar keras agar bisa masuk perguruan tinggi seperti anak-anak lainnya di kota besar. Doanya terkabulkan. Ia diterima di Fakultas Kedokteran sebuah universitas ternama di Jakarta. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Selain bisa kuliah di jurusan bergengsi, Hendry juga bisa tinggal di Jakarta, kota idamannya sejak kecil. Setelah lebih kurang enam tahun berjuang, Hendri resmi dinyatakan lulus sebagai dokter umum. Setelah melalui serangkaian proses yang panjang, ia memutuskan untuk membuka sebuah praktek dokter dikawasan padat penduduk. Cobaan menghampiri. Praktek dokter Hendry kurang diminati masyarakat. Prakteknya sering kosong. Hendry menghabiskan waktunya untuk menulis artikel di blog. Saking aktifnnya nge-blog, hendry malah kebanjiran rejeki. Beberapa produk diiklankan di blognya. Tak hanya itu, ia bahkan diajak bekerjasama oleh beberapa perusahaan marketing. Pundi-pundi rupiah menguat drastis. Hendry lebih laku menjadi seorang penulis dari pada dokter. Hidup adalah pilihan. Jalan hidup akhirnya membuat Hendry memutuskan untuk menjadi seorang penulis full time. Pesan positif dari novel ini adalah: 1. Pentingnya menghargai cita-cita. Hendry bekerja keras membantu profesi orang tuanya untuk dapat menyekolahkannya hingga perguruan tinggi. Ia tidak malu untuk bekerja serabutan asal bisa sekolah. 2. Nasib bisa dirubah. Hendry adalah anak petani miskin, namun karena dia bekerja dan belajar sungguh-sungguh, nasib keluarganya bisa berubah menjadi lebih baik. Intinya, mau berusaha. 3. Mengalah demi orang tua. Pada Bab 2 hal. 41-42, diceritakan Hendry mengalah terhadap keinginan orang tuanya (menjadi dokter) dibandingkan cita-citanya sejak kecil (seniman). Dari sini kita belajar bahwa terkadang berkorban itu menyakitkan, namun demi orang tua tercinta, rasa sakit itu harus dihilangkan. 4. Belajar mengambil keputusan. Menjadi dokter atau penulis? Meskipun berpraktek, Hendry tidak mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya setiap bulan. Untuk itu Hendry mengambil job sampingan sebagai penulis. Justru uniknya lebih banyak penghasilan sebagai penulis dibanding praktek. Apa yang dilakukan Hendry tidak salah. Jika memang rejekinya sebagai penulis, berarti itulah takdirnya. Berani mengambil keputusan, meskipun itu melawan arus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H