Mohon tunggu...
Erlangga Danny
Erlangga Danny Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang yang bermimpi jadi penulis

Wat hebben we meestal doen, bepalen onze toekomst. Daardoor geschiedenis is een spiegel voor toekomst. Leben is een vechten. Wie vecht niet, hij zalt in het gedrang van mensen verpletteren.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mewujudkan Rasa Nasionalisme Sebagai Rasa Syukur Kepada Tuhan

19 Agustus 2023   15:39 Diperbarui: 19 Agustus 2023   15:47 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otto Bauer, seorang tokoh dari Jerman dalam bukunya Die Nationalitäten Frage und Die Sozial Demokratie menyatakan bahwa kehendak karena persamaan pengalaman menyebabkan timbulnya satu bangsa yang mana menjadi bibit adanya rasa cinta tanah air.

Die Nation kann also definiert werden als die nicht aus Gleichartigkeit des Schicksals, sondern aus Schicksalsgemeinschaft erwachsende Charaktergemeinschaft. Das ist auch die Bedeutung der Sprache für die Nation. Mit den Menschen, mit denen ich im engsten Verkehr stehe, mit denen schaffe ich mir eine gemeinsame Sprache; und mit den Menschen, mit denen ich eine gemeinsame Sprache habe, mit denen stehe ich im engsten Verkehr.

(Bangsa bisa pula didefinisikan bukan dari persamaan pengalaman, melainkan berasal dari persatuan pengalaman yang membentuk persatuan watak. Ini juga tujuan dari bahasa untuk suatu bangsa. Dengan manusia, dengan merekalah saya berdiri dalam hubungan erat, dengan merekalah saya menciptakan bahasa bersama. Dan dengan manusia, dengan merekalah saya memiliki bahasa bersama, dengan merekalah saya berdiri dalam hubungan erat.)[7]

Di kalangan intelektual Muslim abad ke-20 terjadi perdebatan mengenai paham ini. Akibatnya muncul tokoh seperti Jamaluddin Al-Afghani yang menggaungkan Pan-Islamisme yang mana ingin mempersatukan seluruh panji-panji Islam di dunia. Lalu muncul lagi tokoh Sayid Quth yang menyatakan bahwa untuk menentang dominasi Barat, tidak perlu menggaungkan slogan “nasionalisme”, tetapi Islam memiliki ideologi sendiri untuk menggerakkan massa supaya menyebabkan kemerdekaan.

Pada hakikatnya tanah air merupakan tempat dimana kita lahir dan kita menetap. Rasa cinta terhadap tanah air adalah sesuatu yang lumrah dimiliki oleh manusia. Sama halnya ketika manusia memiliki sebuah komunitas yang disebut keluarga. Ketika manusia jauh dari keluarga dan tanah air, tentu ada rasa rindu. Bahkan ketika tempat ia berasal diserang, muncul rasa untuk mempertahankannya.

Memang jika kita lihat dari pernyataan ulama tentang hadits tersebut, hadits tersebut dinilai palsu. Namun bukan berarti cinta tanah air adalah sesuatu yang tidak memiliki dasar dan dilarang. Sebagaimana nabi juga mencintai tanah kelahirannya dan tempat tinggalnya.

Rasa nasionalisme haruslah dimiliki oleh setiap orang dalam satu bangsa demi mempertahankan keutuhan suatu bangsa. Yang terpenting rasa itu bisa diimplementasikan sebagai rasa syukur kepada Allah swt dilahirkan di negeri Indonesia tercinta ini.

Walaupun ada berbagai kekurangan dan permasalahan yang ada, sebagai generasi muda, kita bisa memberikan sumbangsih baik melalui instansi kita bekerja maupun hal lain selama tidak muncul rasa ingin melakukan pemberontakan membubarkan negara berdasarkan idealisme yang merusak persatuan bangsa.

Sejarah telah membuktikan bahwa ketika para tokoh dari timur keberatan dengan kata sila pertama Pancasila “Ketuhanan Dengan Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluknya”, para ulama juga merelakan untuk diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Tidak ada sebersit dalam diri mereka untuk mendirikan negara Islam. Inilah wujud cinta tanah air sejati. Hingga bangsa kita tetap berdiri kokoh hingga sekarang.

Sumber

[1] Muhammad Nashiruddin al-Albani, Silsilah Al-Ahadits Al-Dhoifah Al-Maudhuah, juz 1, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 2002), hlm. 110.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun