Begitu rindunya nabi ketika harus meninggalkan tanah kelahirannya lantaran perintah Allah swt. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah swt dalam Q.S. Al-Qashash ayat 85 sekaligus sebagai penghibur nabi lantaran telah meninggalkan Makkah sebagai berikut:
... اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادِ
Artinya: Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali ...”
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa yang dimaksud sebagai “tempat kembali” ialah hari kiamat. Namun pada pernyataan yang disampaikan oleh Imam Bukhori dalam tafsirnya, An-Nasa’i, dan Ibnu Jarir bahwa yang dimaksud sebagai “tempat kembali” sebagaimana Ibnu Katsir tulis dalam kitabnya ialah kota Makkah. Demikian juga riwayat dari Al-Aufi dari Ibnu Abbas bahwa “tempat kembali” adalah Makkah.[4]
Dalam riwayat lain, disebutkan ketika nabi telah tinggal di Madinah, beliau berdoa kepada Allah swt dengan doa sebagai berikut:
" اللهُمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الْمَدِيْنَةَ كَمَا حَبَبْتَ إلَيْنَا مَكَةَ أوْ أشَدَّ "
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah Madinah sebagai kota yang kami cintai, sebagaimana kami mencintai Makkah atau lebih dari itu”[5]
Dari hadits ini, menunjukkan bahwa rasa cinta akan tanah air merupakan tabiat yang dimiliki oleh setiap orang, bahkan nabi sekalipun. Hingga beliau mendoakan Madinah sebagai kota yang beliau cintai sebagaimana kota Makkah. Hal ini sebagaimana Allah swt berfirman dalam Q.S. An-Nisa ayat 66 bahwa meninggalkan tanah air sama dengan membunuh diri sendiri.
Dalam riwayat lain, nabi ketika meninggalkan Madinah lalu kembali lagi ke Madinah, tatkala beliau melihat dinding-dinding kota Madinah, beliau segera mempercepat tunggangannya agar segera sampai di Madinah.
عَنْ أنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ نَبِيَّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا قَدَمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إلَى جُدُرَاتِ الْمَدِيْنَةِ أوْضَعَ رَاحِلَتَهُ, وَ إنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا, مِنْ حُبِّهَا
Artinya: “Dari Anas r.a. bahwa Nabi s.a.w. ketika kembali dari bepergian, lalu beliau melihat dinding kota Madinah, beliau mempercepat tunggangannya. Jika di atas kendaraan lain, beliau menggerak-gerakkan kendaraannya karena kecintaannya kepada Madinah.”[6]
Cinta Tanah Air Adalah Tabiat Manusia
Nasionalisme merupakan paham cinta tanah air yang muncul dari Barat. Paham ini muncul karena adanya rasa sepenanggungan dari penindasan bangsa lain hingga muncul rasa kehendak bersama untuk bersatu. Dari kehendak bersatu, muncul rasa ingin mengusir penindasan itu sebagai wujud kecintaan terhadap tanah air.