Mohon tunggu...
Erlangga Danny
Erlangga Danny Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang yang bermimpi jadi penulis

Wat hebben we meestal doen, bepalen onze toekomst. Daardoor geschiedenis is een spiegel voor toekomst. Leben is een vechten. Wie vecht niet, hij zalt in het gedrang van mensen verpletteren.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Takhrij Hadits Doa Buka Puasa "Allahumma laka shumtu ... "

16 April 2023   10:30 Diperbarui: 16 April 2023   10:53 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belakangan muncul polemik dari masyarakat kita tentang bacaan doa buka puasa "Allahumma laka shumtu ..." apakah bacaan doa tersebut dari hadits shahih ataukah bukan. Karena ada anggapan dari masyarakat awam bahwa apabila suatu amalan doa yang tidak didasarkan pada hadits shahih maka amalan tersebut adalah bid'ah.

Padahal sejak kecil, kita diajarkan baik oleh guru kita di sekolah maupun guru kita saat mengaji di TPQ (Taman Pendidikan Quran) doa berbuka puasa dengan lafadz tersebut. Bahkan ketika hendak berbuka puasa, salah satu stasiun televisi juga menayangkan doa tersebut dengan dibacakan oleh seorang anak. Entah kenapa kemudian setelah Ramadhan belakangan ini tidak ditayangkan kembali doa tersebut?

Baik, disini kami akan sebutkan darimana doa tersebut. Sebagaimana kami temukan dalam kitab Sunan Adu Dawud nomor hadits 2358 dalam Bab Doa Menjelang Berbuka Puasa, redaksi hadits beserta sanadnya sebagai berikut:

حَدًّثَنَا مُسَدَّدٌ, حَدَّثَنَا هُشَيْمٍ, عَنْ حًصَيْنٍ, عَنْ مُعَذً بْنُ زُهْرَةَ, أنَّهُ بَلَّغَهُ أنَّ النَبِيَّ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًّمَ كَانَ إذَا أفْطَرُ قَالَ : "اللهُمًّ لَكَ صُمْتُ, وَعَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ".

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Musaddadun, telah menceritakan kepada kami Husyaim, dari Hushain, dari Muadz bin Zuhrah, bahwasannya dia telah menyampaikan kepadanya, bahwa Nabi s.a.w. ketika berbuka ia membaca doa, "Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthartu (Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa, dan atas rizqi-Mu aku berbuka)".[1]

Dalam kitab Tahdzibul Kamal, disebutkan bahwa Muadz bin Zuhrah memiliki nama Muadz Abu Zuhrah Adh-Dhobi Thabi'u yang berarti ia seorang tabi'in, generasi yang bertemu dengan para sahabat tetapi tidak pernah bertemu dengan Rasulullah s.a.w. secara langsung. Artinya, secara sanad dari hadits ini, kita bisa katakan bahwa riwayat ini mursal.

Hanya saja, menurut Ibnu Hajar Asqolani, hadits mursal bisa maqbul (diterima) kalau saja tabi'in tersebut adil walaupun tabi'in tersebut tidak pernah bertemu Rasulullah s.a.w. secara langsung.[2] Menurut Ibnu Hibban, Muadz bin Zuhrah termasuk terpercaya (tsiqat). Artinya secara riwayat apabila kita mengikuti pendapat Ibnu Hajar Asqolani, memungkinkan bisa diterima.

Sebenarnya, ada jalur lain yang kami temukan dalam kitab Mu'jam Al-Ausath karangan ath-Thabarani.  Hadits ini redaksinya sebagai berikut:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ بْنُ إبْرَاهِيْمِ, ثَنَا إسْمَاعِيْلُ بْنُ عَمْرُوْ الْبَجَلِيُّ, نَا دَاوُدُ بْنُ الزِّبْرِقَانِ, نَا شُعْبَةُ, عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ, عَنْ أنَسِ بْنُ مَالِكٍ قالَ: كَانَ النَّبِيَّ صَلَى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إذَا أفْطَرَ قَالَ: "بِسْمِ اللهِ, اللهًمَّ لَكَ صُمْتُ, وَ عَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْطُ"

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Amr Al-Bajali, telah menceritakan kepada kami Dawud bin Az-Zibriqani, telah menceritakan kepada kami Syubah, dari Tsabit Al-Bunani, dari Anas bin Malik, ia berkata, "Biasanya Rasulullah s.a.w. ketika berbuka membaca doa "Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rizqi-Mu aku berbuka".[3]

Hanya saja ada yang membuat riwayat ini bermasalah. Hal ini dikarenakan ada dua orang perawi yang di-jarh (dinilai negatif) oleh para ulama hadits. Siapakah mereka itu?

  • Dawud bin Az-Zibriqani

Ia memiliki nama asli Dawud bin Az-Zibriqani Ar-Raqasyi atau lebih dikenal juga dengan nama Abu Umar Al-Bashri. Yahya bin Ma'in menyatakan lemah (laisa bi syai'in). Kemudian Ibrahim bin Ya'qub al-Juzjani menyatakan ia pendusta (kadzab). Imam Al-Bukhori menyatakan haditsnya muqorib. Lalu ada lagi, Ya'qub bin Syaibah dan Abu Zur'ah menyatakan matruk. Imam An-Nasai mengatakan ia bukan perawi terpercaya (laisa bi tsiqotin).[4] 

  • Ismail bin Amr Al-Bajali

 Nama aslinya Ismail bin Amr bin Najih Al-Bajali Al-Kuffi Al-Isbahani. Abu Hatim dan Daruquthni menyatakan bahwa ia dhoif (lemah). Al-Azdi mengatakan bahwa hadits yang ia sampaikan adalah munkar. Hal senada juga disampaikan oleh Al-Uqoili bahwa halal untuk tidak menerima hadits yang ia riwayatkan. Ia wafat pada 227 H.[5] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun