Jerman tidak mampu untuk membeli lantaran nilai mata uangnya tak laku di pasar luar negeri. Dengan menjual barang pabriknya pun tidak mungkin, karena harus membutuhkan bahan mentah dari luar. Akibatnya penganguran merajalela dan terjadi kemisikinan. Oleh karena itulah Jerman perlu koloni sebagai pasar. Sebagai solusinya Jerman membuat alutsista secara besar-besaran. Kereta api, pesawat, tank dibuatnya. Bahkan Jerman sudah membuat pesawat jet pertama tahun 1941. Industri Jerman perlahan bangkit kembali mulai 1932. Jumlah pengangguran akhirnya berhasil dikurangi. Ini menjadi untung kalau hasil produksi Jerman laku di pasaran.
Apakah fasisme yang timbul sebagai anak dari kapitalisme yang turun ini menampakkan dirinya di Indonesia?Indonesia bukanlah negeri yang memiliki kapitalisme sebagai di Jerman ataupun di Italia. Sebagai negeri yang memiliki sumber alam yang melimpah, menjadikan Indonesia sebagai pemasok bahan mentah bagi negara thePower. Krisis tahun 1965 menjadikan mata uang Indonesia merosot. Demonstrasi secara tak terelakkan terjadi menyusul tuntutan untuk menurunkan Soekarno dari kursi kepresidenan yang disokong oleh militer. Setelah sang “Ratu Adil” yang diharapkan muncul dalam sosok militer Soeharto, perusahaan swasta asing bebas menanamkan modalnya di Indonesia. Sumber daya alam yang menguasai hajat hidup rakyat banyak seperti emas dan batu bara dikuasai asing. Hal ini menyusul dikeluarkannya UU PMA 1967. Indonesia menjadi pasar dengan berbagai modal asing yang ditanamkan. Akibatnya Indonesia kembali ke dalam jurang neo-Liberalisme.
Berbagai propaganda bermunculan. Di Uni Soviet, koran-koran terbit dengan propaganda A-Soeharto yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang fasis. Di Amerika Serikat, juga bermunculan pula pada tahun 1968. Pertanyaannya bagaimana mungkin fasisme berkembang di Indonesia kalau tidak ada syarat-syarat yang memungkinkan ia bisa timbul?Apakah sosok Soeharto bisa disebut “fasis”?Tidak. Tetapi kebijakannya cenderung membawa kita ke arah neoliberalisme. Tentu kita mengharapkan bahwa negara Indonesia bisa menerapkan sistem ekonomi yang berdasarkan Pancasila yang bebas dari bentuk kapitalisme.
Sumber
Trotsky, Leon. 1944. Fascism, What Is It and How To Fight It. Pioneer Publisher
Soekarno. 1964. Di Bawah Bendera Revolusi. Jilid 1. Cet. ke-3. Djakarta: Panitya Penerbit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H